Kepemilikan Institusional Institutional Investors

intitusional sehingga akan dapat dengan mudah untuk menjadi pemilik saham mayoritas. Pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh manajer akan lebih kuat dengan kepemilikan yang bersifat mayoritas. Apabila investor institusional tidak puas akan kinerja manajer, maka mereka dapat menjual sahamnya. Oleh karena itu, peningkatan aktivitas institutional investor mendukung usaha untuk meningkatkan tanggung jawab insiders dan menekan pendanaan eksternal melalui hutang. Penelitian ini menggunakan rasio jumlah saham institusional dibagi dengan total saham beredar sebagaimana yang digunakan dalam penelitian Soesetio 2008.

2.7 Struktur Aset Asset Structure

Struktur aset menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan collateral value of assets.Perusahaan dengan struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Investor akan lebih mudah memberikan pinjaman, sehingga akan mengurangi risiko kebangkrutan perusahaan. Myers dan Maljuf 1984 dalam Lestari 2001 menyatakan bahwa komposisi collacteral value of assets perusahaan mempengaruhi sumber pembiayaannya. Seorang investor akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai dengan jaminan yang ada. Di sisi lain jika perusahaan menggunakan hutang yang disertai dengan jaminan, maka akan mengurangi risiko kebangkrutan perusahaan. Menurut Brigham dan Gapenski 1996 dalam Lestari 2001 secara umum perushaaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang dari pada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Maka dengan demikian, perusahaan yang memiliki jumlah aktiva tetap yang mudah untuk dijual akan menggunakan hutang dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang aktiva tak berwujud dalam jumlah besar meskipun memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Penelitian ini menggunakan perhitungan Asset Structure, menurut Jensen, et al. 1992 dan Moh’d et al. 1998 dalam Lestari 2001 asset structure diukur dengan menggunakan hasil bagi antara fixed asset terhadap total asset.

2.8 Profitabilitas

Salah satu faktor utama yang menentukan kesehatan suatu perusahaan adalah perolehan laba yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu. Perolehan laba yang meningkat akan mengurangi pendanaan ekternal melalui hutang. Berdasarkan pecking order theory dikatakan bahwa dalam keputusan pendanaan perusahaan cenderung menggunakan internal financing laba perusahaan, kemudian apabila laba perusahaan tidak mencukupi maka hutang menjadi pendanaan eksternal pertama yang dipilih. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya.Pengukuran tingkat profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas.Rasio ini memberikan gambaran mengenai perubahan-perubahan finansial perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio profitabilitas dapat juga digunakan sebagai bahan analisis bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan yang terjadi akan berpengaruh terhadap perimbangan pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset ROA,menurut Keown et al. 2002 Return on Asset ROA atau pengembalian atas aset-aset bisa digunakan sebagai indikator akan profitabilitas perusahaan. Rasio ini memperhitungkan laba bersih sebagai pembilang dan total aktivasebagai penyebut untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktifitas investasi Mardiyanto 2009. Dengan kata lain rasio ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

2.9 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada suatu perusahaan.Suatu perushaaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk