60 Barat. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Provinsi
Jawa memiliki tren menurun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Namun pada tahun 2009 laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,89 persen.
Gambar 4.3Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat Sumber: BPS 2010
Peningkatan laju pertumbuhan yang cukup signifikan di tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 yakni 0,18 persen harus diwaspadai. Dengan laju
pertumbuhan yang meningkat, Jawa Barat yang telah menjadi provinsi terpadat di Pulau Jawa akan mengalami masalah-masalah krusial seperti peningkatan
kemiskinan, peningkatan pengangguran, dan peningkatan kriminalitas yang pada jangka panjang akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
4.3 Capaian IPM Jawa Barat Hingga Tahun 2009
Berbagai program dan kebijakan dibuat oleh Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Pergerakan IPM Jawa Barat dalam
kurun waktu tahun 2004-2009 pun meningkat. Meski meningkat, IPM Provinsi Jawa Barat tidak mencapai target pada tahun 2009. Target yang tercantum dalam
bukuLKPJ Gubernur adalah sebesar 72,39. Namun pada tahun 2009 IPM hanya mencapai 71,64. Hal ini dapat ditunjukkan melalui data dan grafik sebagai
berikut:
1,81 1,81
1,75 1,75
1,71 1,89
1,6 1,65
1,7 1,75
1,8 1,85
1,9 1,95
2004 2005
2006 2007
2008 2009
La ju
P e
rt u
m b
u h
a n
P e
n d
u d
u k
Tahun
61
Tabel 4.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM Beserta Komponennya di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004
2009 No
Indikator Indeks
2004 2005
2006 2007
2008 2009
1 Angka
Harapan Hidup
66,7 67,2
67,40 67,60
67,80 68
2 Angka Melek
Huruf 94,0
94,6 94,91
95,32 95,53
95,98 3
Rata rata
Lama Sekolah 7,2
7,4 7,50
7,50 7,50
7,72 4
Pengeluaran perkapita
616,1 619,7
621,11 623,64
626,81 628,71
5 Indeks
Pembangunan Manusia
69,1 69,9
70,32 70,71
71,12 71,64
Sumber: BPS 2010 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, IPM
menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut menggambarkan secara jangka panjang perkembangan dari tiga dimensi dasar pembangunan manusia Jawa Barat,
yaitu angka harapan hidup, persentase melek huruf orang dewasa, angka partisipasi sekolah bagi anak, dan GDP per kapita cenderung meningkat. Secara
grafik, IPM Jawa Barat tahun 2004-2009 dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar: 4.4Pergerakan Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat Tahun 2004-2008
Sumber: BPS 2010
Peningkatan IPM ini sebagai dampak dari meningkatnya komponen- komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010 diprediksikan IPM Jawa Barat akan
meningkat lebih dari 0,5 poin, seiring dengan meningkatnya berbagai fasilitas dan
69,10 69,90
70,32 70,71
71,12 71,64
2004 2005
2006 2007
2008 2009
62 sarana pendidikan serta kesehatan yang menjadi prioritas pembangunan di Jawa
Barat. Indeks Pendidikan IP sebagai salah satu komponen utama dalam IPM
merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf AMH dan rata-rata lama sekolah RLS. Indeks Pendidikan pada tahun 2009 mencapai angka 81,14
meningkat dari tahun 2008 yang mencapai angka 80,35. Angka Melek Huruf AMH yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 Tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis latin dan huruf lainnya sebagai salah satu variabel dari indeks pendidikan di samping variabel rata-rata lama sekolahRLS, pada
periode Tahun 2006 2009 mengalami peningkatan walaupun relatif kecil. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa sampai dengan Tahun 2009, telah terjadi
peningkatan terhadap kemampuan baca masyarakat. Pada tahun 2009 AMH Jawa Barat telah mencapai 95,98.Sementara untuk nilai Rata-rata Lama Sekolah
RLS yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15 Tahun ke atas yang bersekolah dalam Tahun, pada tahun 2009 mencapai 7,72 tahun, jika
dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk Jawa Barat adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai kelas 1 SLTP. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuan pencapaian RLS maksimal 15 Tahun, masih memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan biaya yang besar.
Indeks Kesehatan mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu, yang diukur melalui angka harapan hidup
waktu lahir AHHe . Pada tahun 2009, indeks kesehatan Jawa Barat mencapai
angka 71,67 meningkat 0,34 poin dari tahun 2008 yang mencapai 71,33 poin. Angka tersebut merupakan gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang dilihat
dari meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Jawa Barat yangmencapai 68 Tahun pada tahun 2009 dari 67,8 tahun pada tahun 2008.
Indeks Daya
Beli Masyarakat
sebagai komponen
utama IPM
merupakanindikator dengan fluktuasi perubahan yang dinamis, sebab indeks ini sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal Jawa Barat, seperti kebijakan fiskal dan
moneter. Terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap dinamika naik turunnya kekuatan daya beli masyarakat, yaitu faktor pendapatan dan inflasi
tingginya harga barang dan jasa. Pada tahun 2009, indeks daya beli meningkat
63 sebesar 0,44 poin dari tahun 2008 yaitu mencapai 62,10 poin dari angka 61,66
poin. Angka ini dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli masayarakat Jawa Barat yang ada tahun 2009 mencapai Rp. 628,71.
4.4Kebijakan Jawa Barat dalam Meningkatkan IPM
Jawa Barat membuat beberapa kebijakan dalam rangka terus meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusianya. Kebijakan-kebijakan tersebut bermula pada
tahun 2003 dimana Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat program akselerasi IPM generasi pertama dengan leading sector berbasis kelompok masyarakat. Pada
tahun ini digulirkan program Raksa Desa untuk mendorong perekonomian pedesaan melalui pemberian bantuan permodalan bergulir dan pembangunan atau
perbaikan infrastruktur pedesaan. Sementara itu dalam bidang pendidikan dan kesehatan, digulirkan program
Desa Cerdas dan Desa Sehat dimana
implementasinya kurang optimal. Pada tahun 2005, digulirkan program akselerasi IPM generasi ke-2 dengan
leading sector Pemerintah Kabupaten Kota yang berbasis multistakeholder. Program akselerasi IPM generasi ke-2 ini membuat sebuah program yang
melibatkan seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat. Program tersebut adalah Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan IPM PPK-IPM. Melalui
PPK-IPM Pemerintah
Provinsi Jawa
Barat memfasilitasi
Pemerintah KabupatenKota untuk menggalang peran serta stakeholders pembangunan di
daerahnya masing-masing untuk bersama-sama menyusun strategi dan menjalankan upaya-upaya peningkatan IPM di KabupatenKota masing-
masing.Strategi dan upaya tersebut dituangkan ke dalam sebuah proposal dan diajukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, untuk kemudian dinilai dan
diseleksi oleh sebuah Tim Reviewer Independen yang terdiri unsur Perguruan Tinggi, Konsultan, LSM dan masyarakat profesional, serta unsur Pemerintah
Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.Proposal yang dinilai layak serta Pemerintah KabupatenKota dan stakeholdersnya yang dinilai memiliki kesiapan
dan komitmen yang kuat dalam upaya peningkatan IPM, akan dipilih dan ditetapkan sebagai KabupatenKota yang berhak mendapatkan dana stimulan
antara 15 sampai dengan 25 milyar rupiah per tahun per KabupatenKota, selama dua tahun. Kegiatan ini mulai di implementasikan pada tahun 2006. Pada tahun
64 2006 juga diterapkan kebijakan 10 Kabupaten dengan IPM terendah, yakni
memberi perhatian khusus kepada 10 Kabupaten dengan IPM terendah dengan jalan memprioritaskan program dan kegiatan sektoral yang terkait dengan IPM
untuk diarahkan ke 10 Kabupaten tersebut. Tahun 2008, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus melakukan komitmen
dalam meningkatkan IPM. Upaya yang dilakukan yakni dengan pemerataan pendidikan di Jawa Barat melalui kegiatan Akselerasi Penuntasan Wajar Dikdas
Sembilan Tahun, yang pada tahun 2008 memasuki tahun atau fase yang ke-4. Pada tahun ini juga dibuat MoU Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan
Prasarana Pendidikan
Dasar. Beasiswa
juga diberikan
kepadasiswa SMPMTsPKBM yang berasal dari keluarga tidak mampu, upaya tersebut
diharapkan telah optimal memenuhi sasaran. Selain itu, upaya Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun di kabupatenkota Jawa Barat telah menjadi agenda stakeholders
terkait, baik dalam tataran perencanaan maupun pelaksanaannya. Komitmen dalam bidang kesehatan pada tahun 2008 lebih difokuskan
pada pelayanan kesehatan dasar yang masih belum mencapai standar pelayanan minimal SPM, prasarana pelayanan kesehatan dasar belum dapat diakses
sepenuhnya oleh masyarakat terutama penduduk miskin, tenaga kesehatanbelum merata terutama di perdesaan, masih munculnya kasus-kasus penyakit seperti
DBD, diare, suspect flu burung, gizi buruk dan peran serta masyarakat belum menunjukkan yang lebih baik, terutama dalam pemahaman terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat PHBS. Di samping itu juga, kesehatan lingkungan, air bersih dan sanitasi perumahan masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan.Dengan demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memfokuskan kebijakan dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kesehatan sehingga
permasalahan diatas dapat diatasi. Pada
bidang pendidikan tahun 2010 telah diprioritaskan untuk menciptakan sumber daya manusia Jawa Barat yang Mandiri dan Dinamis serta
berdaya Saing, dengan sasaran : tuntasnya pemberantasan Buta Aksara dalam
rangka Jabar bebas Buta Aksara; meningkatnya angka partisipasi jenjang pendidikan dasar dan menengah; meningkatnya angka yang melanjutkan antar
jenjang dalam rangka Jabar Bebas Putus Jenjang Sekolah; meningkatnya mutu
65 pendidikan dasar dan menengah bertaraf internasional; meningkatnya kompetensi
dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Beberapa upaya yang dilakukan adalah melalui penuntasan dan pemeliharaan Bebas Buta Aksara
melalui Program Keaksaraan Fungsional KF; BOS Provinsi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; pengadaan Paket Buku Teks Pelajaran untuk
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah; peningkatan Kesejahteraan Guru PNS, Non PNS dan Guru Bantu NegeriSwasta Daerah Terpencil dan Perbatasan;
bantuan Baju Seragam Sekolah untuk Siswa SDMI dan SMPMTs dari Keluarga Tidak Mampu; pembinaan dan pengembangan Sekolah Standar Nasional SSN
dan Sekolah bertaraf Internasional SBI jenjang SD, SMP, SMA dan SMK; Revitalisasi Sarana dan Prasarana Daerah Khusus; rehabilitasi pembinaan
Kelembagaan dan Peningkatan Mutu SD-SMP Satu Atap; pembinaan SMP Terbuka; beasiswa Reguler, Satu Siklus, Tahun Pertama dan Tugas Akhir bagi
Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Tidak Mampu; peningkatan Sarana dan Prasarana SMASMK Dalam Rangka Pencanangan Wajib Belajar 12 Tahun;
peningkatan RLS Melalui Program Paket B dan C berbasis life skill; perluasan Peningkatan Layanan PAUD Non Formal; pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan bagi Siswa SMASMK; optimalisasi Pendidikan Kejuruan melalui Pemberdayaan Lembaga Tri Partit Bidang Pendidikan; Sertifikasi Guru dan Siswa
Pendidikan Menengah Kejuruan; rehabilitasi bangunan sekolah yang mengalami kerusakan berat akibat bencana gempa bumi Jawa Barat 2009.
Pada bidang kesehatan beberapa kegiatan difokuskan pada peningkatan prilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit serta kualitas pelayanan
kesehatan dasar, dengan sasaran : menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak; meningkatkan pengendalian, pencegahan penyakit menular;
meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat; meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan; meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar, dan
penanganan gizi buruk. Kegiatan yang telah dilakukan adalah: peningkatan kualitas tenaga kesehatan melalui fasilitasi dan bimbingan teknis; peningkatan
kuantitas sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan; perbaikan sanitasi, screening penderita dan Pengobatan TB paru; pendidikan
kesehatan mengenai PHBS dan gizi masyarakat.
66
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT
5.1 Analisis Model Regresi Data Panel