6
1.2 Perumusan Masalah
Pentingnya Indeks Pembangunan Manusia IPM yang telah dipaparkan diatas memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk yang besar di Jawa Barat
tidak bisa diabaikan. Diperlukan kebijakan pembangunan manusia yang tepat sehingga Jawa Barat dapat memaksimalkan potensi modal manusia dalam
pembangunan era globalisasi.Pembangunan manusia dilakukan dengan berbagai kebijakan seperti dengan membangun pendidikan yang baik agar lulusan sekolah
mempunyai kualitas yang baik. Selain itu juga dengan membangun fasilitas- fasilitas kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Penggunaan konsep IPMmembuat pembangunan manusia tak hanya terpusat pada besarnya penghasilan. Namun memberikan suatu ukuran gabungan tiga
dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca
tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beli PPP,
penghasilan. Indeks pembangunan manusia di Jawa Barat terus meningkat dari tahun ke
tahun, namun nilai IPM di Jawa Barat belum dapat menembus nilai 80 dimana pada nilai tersebut, IPM dikategorikan tinggi. Pergerakan IPM Jawa Barat dapat
dilihat pada Gambar 1.4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa IPM Provinsi Jawa Barat konsisten meningkat, namun dengan besaran yang tidak terlalu besar. Pada
Tahun 2009 IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 71,64 naik dari tahun 2008 sebesar 0,52 poin.
Gambar 1.4 Pergerakan IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009 Sumber: Bappeda Jawa Barat2010
69,9 70,32
70,71 71,12
71,64
69,0 69,5
70,0 70,5
71,0 71,5
72,0
2005 2006
2007 2008
2009
IP M
Tahun
7 Jawa Barat menetapkan target IPM mencapai 80 pada tahun 2025 dan
menetapkan visi sebagai provinsi termaju di Indonesia. Dengan target tersebut Pemerintah Provinsi harus mendorong peningkatan kualitas di sektor pendidikan,
kesehatan, dan perekonomian. Peningkatan di salah satu sektor tersebut dapat mendorong peningkatan IPM. Peningkatan dalam sektor tersebut meliputi akses
masyarakat terhadap pendidikan yang mudah, yakni dari segi menjangkau dan mengenyam pendidikan. Akses terhadap kesehatan juga sangat menentukan
peningkatan IPM. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana kesehatan di setiap Kabupatenkota akan mendukung
peningkatan IPM Jawa Barat. Selain itu, yang tidak bisa dilepaskan dari peningkatan IPM adalah daya beli masyarakat. Daya beli menandakan
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam mengakses pendidikan dan kesehatan.
Perbedaan karakteristik tiap KabupatenKota di Jawa Barat juga sangat mempengaruhi pemenuhan target tersebut. Provinsi Jawa Barat merupakan
wilayah luas yang memiliki 26 kabupaten kota dengan angka IPM yang berbeda- beda Gambar 1.5. Dengan demikian diperlukan penerapankebijakan yang
berbeda untuk tiap kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat.Namun dengan adanya otonomi daerah yang dimulai tahun 1999, Pemerintah Provinsi hanya berperan
sebagai pengawas dan Pemerintah KabupatenKota lebih memiliki kewenangan dalam peningkatan kesejahteraan daerah masing-masing.
Gambar 1.5 memperlihatkan pergerakan nilai IPM untuk setiap kabupatenkota di Jawa Barat untuk selang tahun 2007-2009. Terlihat bahwa IPM
untuk daerah kota memiliki kecenderungan lebih tinggi daripada wilayah kabupaten. Daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan Ibu Kota Jakarta juga
memiliki perkembangan lebih cepat pada IPM daripada daerah-daerah yang letaknya lebih jauh dari Ibu Kota Jakarta. Bukan hanya letak daerah saja yang
mempengaruhi perbedaan nilai IPM kabupatenkota di Jawa Barat, faktor-faktor lain berupa geografis daerah, karakteristis budaya, dan kearifan lokal secara
langsung maupun tidak sangat mempengaruhi IPM tiap kabupatenkota yang selanjutnya sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membuat
kebijakan di daerah tersebut.
8 Gambar 1.5 Pergerakan IPM KabupatenKota di Provinsi Jawa Barat tahun
2007-2009 Sumber: Bappeda Jawa Barat 2010
Kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan IPM meliputi sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor perekonomian. Pada sektor pendidikan,
Provinsi Jawa Barat membuat misi meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat
dari indikator pendidikan berupa angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
60,00 65,00
70,00 75,00
80,00 Kab. Bogor
Kab. Sukabumi Kab. Cianjur
Kab. Bandung Kab. Garut
Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis
Kab. Kuningan Kab. Cirebon
Kab. Majalengka Kab. Sumedang
Kab. Indramayu Kab. Subang
Kab. Purwakarta Kab. Karawang
Kab. Bekasi Kota Bogor
Kota Sukabumi Kota Bandung
Kota Cirebon Kota Bekasi
Kota Depok Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya Kota Banjar
IPM K
a b
u p
a te
n K
o ta
d i
ja w
a B
a ra
t
2009 2008
2007
9 Kedua indikator tersebut merupakan komponen penyusun IPM dalam sektor
pendidikan. Angka melek huruf di Provinsi Jawa Barat sudah tergolong tinggi. Terlihat
dari Gambar 1.6 pada tahun 2009 angka melek huruf Provinsi Jawa Barat telah mencapai 95,98 persen. Meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 95,53
persen. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk provinsi Jawa Barat yang buta huruf masih ada sebesar 4,02 persen.
Gambar 1.6Persentase Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009
Sumber: Bappeda Jawa Barat 2010
Pendidikan memang merupakan hal penting dalam membangun negara. Kesadaran inilah yang mendorong Pemerintah Pusat menetapkan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab IV pasal 6 ayat 1 mengenai hak dan kewajiban warga negara berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 11 ayat 2 dinyatakan bahwa Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negaraberusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Dengan demikian, seharusnya sudah tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang
tidak bersekolah. Rata-rata lama bersekolah juga menjadi indikator pendidikan dikarenakan
rata-rata lama bersekolah dapat menjadi cerminan tingkat drop out murid.Gambar 1.6 memaparkan pergerakan rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Barat. Pada
94,6 94,91
95,32 95,53
95,98
93,5 94,0
94,5 95,0
95,5 96,0
96,5
2005 2006
2007 2008
2009
A n
g ka
M e
le k
H u
ru f
P e
rs e
n
Tahun
10 tahun 2009, rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Barat mencapai 7,72 tahun.
Angka ini tergolong masih rendah karena angka maksimal rata-rata lama sekolah yang ditetapkan oleh BPS adalah 15 tahun.
Gambar 1.7Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009 Sumber: Bappeda Jawa Barat 2010
Program wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah pusat, harus mendorong pemerintah daerah menggiatkan pembangunan sarana prasarana
pendidikan yang berkualitas.Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan merupakan kebijakan tepat untuk memperluas akses masyarakat terhadap
pendidikan. Pembangunan sekolah akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan angka melek huruf dan peningkatan partisipasi bersekolah.Pada tahun
2009 jumlah SD dan SMP sebanyak 29.600 sekolah meningkat dari tahun 2008 yang sebesar 28.130 sekolah Gambar 1.8.
Gambar 1.8 Jumlah SD dan SMP di Jawa Barat Tahun 2005-2009 Sumber: BPS 2010
7,4 7,50
7,50 7,50
7,72
7,1 7,2
7,3 7,4
7,5 7,6
7,7 7,8
2005 2006
2007 2008
2009
R a
ta -R
a ta
L a
m a
S e
ko la
h T
a h
u n
Tahun
22,76 22,88
27,18 28,13
29,60
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
2005 2006
2007 2008
2009
Ju m
la h
s e
ko la
h S
D d
a n
S M
p
r ib
u
11 Sektor kesehatan juga menjadi fokus dalam peningkatan IPM di Jawa Barat.
Tolak ukur kondisi kesehatan di Jawa Barat salah satunya bisa dilihat dari angka harapan hidupnya. Provinsi Jawa Barat memiliki angka harapan hidup sebesar 68
tahun pada tahun 2009. Dibandingkan dengan nilai maksimal IPM menurut UNDP sebesar 85 tahun, usia harapan hidup di Jawa Barat masih termasuk
rendah. Namun tren meningkatnya usia harapan hidup tiap tahun di Provinsi Jawa Barat menandakan adanya perbaikan di sektor pendidikan di provinsi ini. Gambar
1.9
Gambar 1.9 Angka Harapan Hidup Jawa Barat Tahun 2005-2009 Sumber: BPS, 2010
Perbaikan sektor kesehatan juga terlihat dari jumlah sarana prasarana kesehatan yang meningkat di Jawa Barat. Pada tahun 2009, jumlah puskesmas di
Jawa Barat sebanyak 3.337 Puskesmas yang terdiri dari puskesmas umum, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling
Gambar 1.10. Dengan meningkatnya jumlah puskesmas, akses masyarakat terhadap sarana kesehatan
pun akan meningkat.
67,2 67,40
67,60 67,80
68,00
66,8 67,0
67,2 67,4
67,6 67,8
68,0 68,2
2005 2006
2007 2008
2009
A n
g ka
H a
ra p
a n
H id
u p
T a
h u
n
Tahun
12 Gambar 1.10 Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2005-2009
Sumber: BPS 2010 Sektor perekonomian juga menjadi penentu peningkatan IPM. Dalam
penghitungan IPM, komponen pengeluaran per kapita menjadi indikator. Pendapatan per kapita mencerminkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat
akan menentukan akses masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang menyangkut kualitas hidup termasuk akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Di
Jawa Barat pengeluaran per kapita masyarakat adalah Rp 628.710,- pada tahun 2009 Gambar 1.11. Jumlah ini masih dibawah standar maksimal yang ditetapkan
oleh UNDP yakni sebesar Rp 732.720,-.
Gambar 1.11 Pengeluaran Per Kapita Jawa Barat Tahun 2005-2009 Sumber: BPS 2010
2985 3031
3094 3230
3337
2800 2900
3000 3100
3200 3300
3400
2005 2006
2007 2008
2009
Ju m
la h
P u
ske sm
a s
619,7 621,11
623,64 626,81
628,71
614,0 616,0
618,0 620,0
622,0 624,0
626,0 628,0
630,0
2005 2006
2007 2008
2009
P e
n g
e lu
a ra
n P
e r
K a
p it
a R
ib u
R p
Tahun
13 Berdasarkan paparan di atas, terdapat bebarapa permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia di Jawa
Barat 2. Bagaimana implikasi kebijakan peningkatan sumber daya manusia dengan
realitas yang terjadi di provinsi Jawa Barat.
1.3 Tujuan Panelitian