1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno 2006 mengatakan penduduk dapat
menjadi faktor pendorong maupun penghambat pembangunan. Peubah ini dipandang sebagai faktor pendorong pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa
ke masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka sebelum menjadi tenaga kerja, membuat masyarakat memperoleh tenaga
ahli, terampil, terdidik, dan juga enterpreneur yang berpendidikan. Selain itu, perkembangan penduduk juga merupakan perluasan pasar. Luas pasar barang-
barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Dengan demikian, apabila penduduk bertambah dengan
sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Karena perannya ini, maka perkembangan penduduk akan merupakan pendorong bagi sektor produksi untuk
meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi.
Pertambahan penduduk, di sisi lain dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Pertambahan penduduk menghambat ketika produktivitas sangat
rendah sementara terdapat banyak pengangguran. Dengan adanya kedua keadaan ini, pertambahan penduduk tidak akan menaikkan produktivitas secara signifikan
namun justru dapat menurunkan pendapatan perkapita. Keadaan bertambah buruk saat jumlah penduduk sudah sangat
berlebihan. Pertambahan penduduk menimbulkan implikasi yang tidak mendukung terhadap tingkat tabungan,
penanaman modal, pembagian pendapatan, migrasi penduduk, kemampuan mengekspor
dan beberapa
faktor lain
yang mempengaruhi
laju pertumbuhan.Dengan demikian perlunya pengelolaan yang tepat dalam menyikapi
pertambahan penduduk. Sehingga pertambahan penduduk menjadi modal dalam pembangunan dan bukan menjadi beban atau permasalahan yang justru merugikan
dan menghambat pembangunan.
2 Pengelolaan penduduk yang ekstra hati-hati harus diterapkan di Jawa Barat
dikarenakan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan social costseperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas. Jawa Barat merupakan
salah satu provinsi terpadat di Indonesia. Letaknya yang startegis dan dekat dengan Ibu Kota Jakarta membuat Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang
lebih banyak dibandingkan dengan provinsi lain Gambar 1.1
Gambar 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk di Pulau JawaTahun 2005-2009 Sumber: BPS 2010
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Jawa barat selalu lebih banyak dibandingkan dengan provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Terdapat lebih dari 40 juta jiwa penduduk yang tinggal di Jawa Barat.Selain itu, laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat juga sangat pesat.Pada
tahun 2009, laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat mencapai 1,68 persen jauh lebih tinggi dari pada Jawa Tengah yang hanya sebesar 0,57 persen dan Jawa
Timur sebesar 0,83 persen Gambar 1.2.
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00 45,00
2005 2006
2007 2008
2009
Ju m
la h
p e
n d
u d
u k
J u
ta
Tahun
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
3 Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Jawa Tahun 2005- 2009
Sumber: BPS 2010 Kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat juga lebih tinggi dari pada di
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.Pada tahun 2009, kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat sebesar 1.124 orangkm
2
lebih tinggi dari kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Tengah 1.002 orangkm
2
dan Provinsi Jawa Timur 798 orangkm
2
. Keadaan ini dapat digambarkan pada Gambar 1.3 sebagai berikut:
Gambar 1.3 Kepadatan Penduduk Pulau Jawa Tahun 2005-2009 Sumber: BPS 2010
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8 2
2005 2006
2007 2008
2009
La ju
P e
rt u
m b
u h
a n
P e
n d
u d
u k
Tahun
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
200 400
600 800
1000 1200
1400
2005 2006
2007 2008
2009
R a
ta -r
a ta
K e
p a
d a
ta n
p e
n d
u d
u k
O ra
n g
km 2
Tahun
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
4 Paparan diatas menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki modal manusia
yang potensial untuk dikembangkan.Modal manusia ini kemudian haruslah diolah hingga menjadi modal manusia yang berkualitas sehingga modal manusia dapat
menjadi faktor pendukung pembangunan di provinsi Jawa Barat. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB telah menetapkan indikator kualitas
pembangunan manusia melalui Human Development Index HDI atau Indeks Pembangunan Manusia IPM yang pencapaiannya tergantung pada derajat
kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Indeks ini dikembangkan oleh ekonom Pakistan bernama Mahbub ul Haq pada tahun 1990 dan digunakan oleh
United Development Program UNDP pada laporan tahunannya sejak tahun 1993.
UNDP memasukkan pembangunan manusia sebagai komponen utama dalam pembangunan ekonomi.Pembangunan manusia human development
dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk enlarging the choice ofpeople, yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah perluasan pilihan dan
sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat,
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Di antara pilihan lain yang tak
kalah pentingnya adalah kebebasan politik, jaminan atas hak asasi manusia dan harga diri. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan
peningkatan kemampuan manusia, seperti meningkatkan kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia juga mementingkan apa yang bisa dilakukan
oleh manusia dengan kemampuan yang dimilikinya, untuk menikmati kehidupan, melakukan kegiatan produktif, atau ikut serta dalam berbagai kegiatan budaya,
dan sosial politik. Pembangunan manusia harus menyeimbangkan berbagai aspek tersebut.
Jawa Barat masih harus meningkatkan IPM-nya dalam konsep pembangunan manusia. Pada tahun 2009, Jawa Barat menempati urutan 15 dari 33
provinsi, dengan angka IPM 71,64. Berikut dapat dilihat Peringkat IPM tahun 2009 untuk tiap-tiap provinsi di Indonesia pada Tabel 1.1.
5 Tabel 1.1 IPM 33 Provinsi di Indonesia
Provinsi Tahun 2009
Provinsi Tahun 2009
IPM Ranking
IPM Ranking
DKI Jakarta 77,36
1 Jawa Timur
71,06 18
Sulawesi Utara 75,68
2 Maluku
70,96 19
Riau 75,6
3 Sulawesi
Selatan 70,94
20 Yogyakarta
75,23 4
Lampung 70,93
21 Kalimantan Timur
75,11 5
Sulawesi Tengah
70,7 22
Kepulauan Riau 74,54
6 Banten
70,06 23
Kalimantan Tengah 74,36
7 Gorontalo
69,79 24
Sumatera Utara 73,8
8 Sulawesi
Tenggara 69,52
25 Sumatera Barat
73,44 9
Kalimantan Selatan
69,3 26
Sumatera Selatan 72,61
10 Sulawesi Barat
69,18 27
Bangka Belitung 72,55
11 Kalimantan
Barat 68,79
28 Bengkulu
72,55 12
Maluku Utara 68,63
29 Jambi
72,45 13
Irian Jaya Barat 68,58
30 Jawa Tengah
72,1 14
Nusa Tenggara Timur
66,6 31
Jawa Barat 71,64
15 Nusa Tenggara
Barat 64,66
32 Bali
71,52 16
Papua 64,53
33 Nanggroe Aceh
Darussalam 71,31
17
Indonesia BPS
71,76
Sumber: BPS 2010 Makin tinggi nilai IPM berarti makin baik kondisi sumber daya manusia di
suatu daerah.Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa IPM Jawa Barat masih jauh tertinggal dari IPM DKI Jakarta. Padahal sebagai Provinsi penopang ibu kota Jakarta,
kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jawa Barat perlu diperhatikan karena dapat menjadi potensi pembangunan daerah dan juga menopang pembangunan Ibu
Kota Jakarta. Bahkan pada jangka panjang akan memajukan pembangunan Indonesia.
Dampak pembangunan manusia mempunyai pengaruh yang besar dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dalam mengentaskan kemiskinan, nilai
pembangunan manusia tidak boleh dikesampingkan. Dengan pembangunan manusia yang baik, pembangunan negara dapat tercapai dan derajatsosial bangsa
akan meningkat sehingga mendorong pembangunan manusia yang berkualitas.
6
1.2 Perumusan Masalah