Keamanan Pangan TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia Undang-Undang RI No.7 tahun 1996. Keamanan pangan meliputi faktor-faktor antara lain seperti penyakit yang terkandung dalam pangan, kontaminasi pestisida, dan kontaminasi lingkungan seperti logam berat, keamanan zat aditif atau bahan tambahan pangan. Jaminan akan mutu pangan dan keamanan pangan cukup berarti untuk kesejahteraan individu, komunitas dan suatu bangsa. Banyak penyakit pada manusia yang berhubungan dengan makanan. Status nutrisi dan jkesejahteraan ekonomi dipengaruhi oleh makanan yang membawa organisme patogen dan racunnya, serta bahan kimia berbahaya. Terjaminnya keamanan pangan yaitu terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau dari jenis pangan yang tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat. Berdasarkan informasi dan data yang tersedia, dapat diidentifikasi empat masalah utama keamanan pangan di Indonesia, yaitu a masih banyak ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dalam peredaran b masih banyak kasus penyakit dan keracunan melalui makanan yang sebagaian besar belum dilaporkan dan belum diidentifikasi penyebabnya c masih banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi pangan yang tidak memenuhi persyaratan, terutama industri kecil atau rumah tangga, industri tata boga dan penjual makanan jajanan dan d rendahnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan Fardiaz 2000, diacu dalam Indrianti 2005. Bahan tambahan pangan adalah senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan dan bukan merupakan bahan utama BPOM, 2002. Bahan Tambahan Pangan BTP Atau zat aditif pangan menurut Komite Gabungan Ahli FAO Food and Agriculture Organization dan WHO Worlh Health Organization, merupakan suatu substansi bukan gizi yang ditambahkan dalam bahan pangan dengan sengaja, pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki penampakan, citarasa, tekstur atau sifat penyimpanan Desrosier 1998 diacu dalam Indrianti 2005. Pada umumnya bahan tambahan pangan atau food additive dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu a Intentional additive yaitu merupakan bahan yang ditambahkan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu. Misalnya BTP dapat digunakan untuk meningkatkan kosistensi, gizi, cita rasa, untuk meningkatkan keasaman atau kebasaan, untuk memantapkan bentuk dan rupa, untuk memberikan warna yang dikehendaki, dan lain sebagainya. b Incidental additive yaitu secara tidak sengaja “bahan asing” terdapat dalam makanan dalam jumlah yang besar atau kecil sebagai akibat dari perlakukan selama fase produksi, pengolahan, pengasapan, dan pengepakan penggunaan bungkus plastik sehingga terjadi migrasi dari sebagian kecil plasticier ke dalam bahan makanan Winarno 1981, diacu dalam Solikhah 2004. Secara khusus kegunaan BTP di dalam pangan adalah mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah, dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya BPOM, 2002 Menurut Desrosier 1998 dalam Indrianti 2005, pemakaian zat aditif bahan pangan bagi keuntungan konsumen secara teknologi dapat dibenarkan bila bahan tersebut meenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan 2. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi kegilangan berat bahan pangan. 3. Membuat bahan pangan menjadi lebih menarik bagi konsumen yang tidak mengarah pada penipuan. 4. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan.

2.2 Melamin