4. Kembang Gula Tirol Choco Mix, isi 10 pieces, registrasi ML
237103407045, importir PT Indomaru Lestari, Jl Semut No 12, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat. Mengandung melamin 17,18 ppm
5. Dutchmill, yoghurt drink natural, isi 180 ml, registrasi ML 406505001229,
produksi Diary Plus Company Limited Nakom Sawan, Thailand. Importir PT Nirwana Lestari, Jl Raya Narogong Km 7, Bantar Gebang, Bekasi.
Mengandung melamin 15,98 ppm 6.
Pura Low Fat UHT milk beverage, isi 1 L, registrasi ML 405708002189, produksi Fonterra Brands New Zealand, importir PT Sukanda Jaya,
kawasan industri MM 2100 Jl Irian Blok FF No 2, Cibitung, Bekasi. Mengandung melamin 11,70 ppm
7. Nestle Bear Brand Sterilized Low Fat Milk, isi 140 ml, produksi FN
Dairies Thailand. Mengandung melamin 10,88 ppm 8.
Crown Lonx Biskuit rasa coklat, berat 150 gram, registrasi ML 827118009109, produksi Crown Con Co ltd, importir PT Koin Bumi,
Jalan Senayan 43, Jakarta 12180. Mengandung melamin 9,54 ppm 9.
Fan Fun Sweet Heart Biscuit, berat 45 gram, tidak ada nomor registrasi, tidak ada alamat importir. Mengandung melamin 3,17 ppm
10. Yake Assorted Candies, berat 500 gram, jenis permen coklat lonjong agak
lentur, tidak ada nomor registrasi, produksi Fujian Yake Food C ltd China. Mengandung melamin 1,15 ppm.
2.4 Penelitian Terdahulu
Arfianto 2007 meneliti tentang perilaku konsumen terhadap keberadaan biskuit merek pengikut di Kota Bogor kasus Oreo dan Rodeo. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis persepsi, analisis cochran, analisis multi atribut Fishbein dan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
konsumen terhadap kinerja biskuit Oreo menunjukkan angka positif pada atribut rasa, kemasan, label halal, dan teksturkesegaran. Sedangkan pada biskuit Rodeo
yang menunjukkan angka positif hanya pada atribut harga. Produk Oreo memiliki banyak keunggulan dibandingkan biskuit Rodeo seluruh kinerja biskuit Oreo
hampir mendekati harapan konsumen sedangkan biskuit Rodeo masih dalam tahap
yang mendekati harapan konsumen. Astarina 2007 melakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi
konsumen terhadap perilaku pembelian produk House Brand Hero kategori bahan pangan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis model logit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden mempersepsikan harga produk Huose Brand Hero lebih murah daripada merek lainnya. Berdasarkan analisis logit terdapat empat
variabel yang berpengaruh nyata yaitu pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan variabel persepsi yang meliputi kualitas dan ketersediaan produk.
Dewi 2007 melakukan penelitian mengenai analisis persepsi konsumen terhadap merek-merek mie instan kasus mahasiswa S-1 Institut Pertanian Bogor.
Alat analisis yang digunakan adalah Multidimensional Scalling. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden persnah mengkonsumsi kedua jenis mi isntan
yaitu mi goreng dan kuah. Frekuensi membeli dalah dua kali dalam seminggu pada pagi dan malam hari. Responden lebih menyukai mi goreng dibandingkan mi
kuah. Persepsi berdasarkan merek dan atribut mi goreng menunjukkan bahwa Indomie dan mie Sedap dinilai lebih unggul dalam atribut rasa, variasi rasa lebih
banyak, kandungan gizi lebih lengkap, ketersediaan barang, promosi yang paling menarik, dan merek yang paling disukai. Penentuan merek mi instan goreng
menunjukkan Indomie dn Mie Sedap dapat memposisiskan dirinya sebagai merek mie instan yang unggul dibandingkan dengan merek mie instan lainnya.
Fauzan 2006 menganalisis mengenai hubungan persepsi tentang flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi telur dan daging ayam studi kasus pada
KFC cabang MT Haryono Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi rank-spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen
terhadap flu burung sudah baik dalam hal memahami flu burung yang tengah mewabah di Indonesia dengan rataan skor 3,89. Sikap pelanggan KFC dalam
mengkonsumsi produk unggas dalam hal ini telur, daging ayam, dan produk olahannya adalah tetap mengkonsumsi dengan rataan skor 2,55. Terdapat
hubungan yang nyata positif tentang pencegahan penularan flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi produk unggas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada produk yang diteliti dan alat analisis yang digunakan. Penelitian ini meneliti
bagaimanan tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan, persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, sikap responden
terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya
isu melamin. Penelitian-penelitian sebelumnya terhadap produk biskuit adalah menganalisis perilaku konsumen terhadap kepentingan label halal dan perilaku
konsumen terhadap keberadaan biskuit pengikut kasus Oreo dan Rodeo, produk Oreo yang diteliti merupakan produk Oreo produksi PT. Nabisco Food.
Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelaha adanya isu melamin. Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Penelitian terdahulu dengan menggunakan alat
analisis regresi logistik pernah dilakukan untuk produk House Brand Hero kategori bahan pangan beras dan gula. Pada produk House Brand Hero beras
dan gula data yang digunakan adalah data mengenai karakteristik responden, data tingkat pengetahuan keamanan pangan, data tingkat pengetahuan terhadap produk
Oreo, data persepsi responden, dan data sikap responden.
III. KERANGKA PEMIKIRAN