12 Pengkajian desa partisipatif adalah metode kajian terhadap kondisi desa
dan masyarakat melalui proses pembelajaran bersama guna memberdayakan masyarakat desa yang bersangkutan agar memahami kondisi desa dan
kehidupannya sehingga mereka dapat berperan langsung dalam pembuatan rencana dan tindakan secara partisipatif Perum Perhutani 2009.
Kartasubrata 1986 mengemukakan bahwa dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi mencakup faktor-faktor kesempatan, kemauan, kemampuan
dan bimbingan. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan,
pelaksanaan, pemantauan, penilaian dan kemudian distribusi hasilnya. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Madrie 1986, faktor pribadi yang dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan meliputi : tingkat pendidikan, kosmopolitan dan kesesuaian kegiatan dengan
kebutuhan. Menurut Khairuddin 1992, terdapat korelasi positif antara tingkat pendidikan dan pemilikan tanah dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pertanian.
2.4 Konsep Pohon Asuh dan Pohon Adopsi
Pada prinsipnya konsep pohon asuh dan pohon adopsi berlandaskan pada pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Pengertian dari pohon asuh adalah sebuah
konsep menanam pohon, dimana orang tua asuh memberikan donasi dengan jumlah uang tertentu untuk biaya menanam dan memelihara pohon tersebut
sampai jangka waktu tertentu. Sedangkan pohon adopsi adalah seorang donatur pohon asuh menyumbangkan sejumlah dana untuk memelihara pohon yang sudah
ada, dimana pohon tersebut akan dijaga dan tidak akan ditebang dalam jangka waktu tertentu. Pihak yang akan menjaga pohon milik donatur adalah masyarakat
sekitar hutan sehingga bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari pohonhutan, dengan demikian gangguan kelestarian hutan tersebut akan berkurang. Prinsip
pendanaan dilakukan pada awal kerjasama sampai perjanjian dalam jangka waktu tertentu.
Dalam konsep pohon asuh ini, masyarakat dapat terlibat aktif dalam penghijauanpenanaman pohon yaitu sebagai orang tua asuh dari pohon yang
13 akan ditanam. Orang tua asuh melakukan pemeliharaan pohon sampai pohon
tersebut dianggap bisa tumbuh mandiri. Mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan gulma Katenzo 2008.
Menurut Fitri 2008 pohon yang diadopsi akan tercatat atas nama ‘orang tua asuh’nya diidentifikasi dengan nomor dalam data base yang dilengkapi peta
lokasi tempat tumbuhnya. Para ‘orang tua asuh’ akan menerima sertifikat untuk setiap pohon yang menjadi anaknya. Setiap pohon yang sudah punya orang tua
asuh akan dipelihara secara intensif selama usia ‘balita’ hingga ia sampai pada usia amannya. Untuk selanjutnya pohon-pohon akan dilindungi secara hukum
hingga pohon tersebut bisa tumbuh sampai akhir hayatnya secara alami. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2007 dalam rangka
memperbaiki kondisi hutan khususnya di areal perluasan Taman Nasional, perlu dikembangkan sebuah program adopsi pohon yang akan melibatkan masyarakat
dalam kegiatan dan penanamannya. Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk mendorong publik untuk lebih memberikan perhatian kepada lingkungan
melalui kegiatan adopsi pohon sekaligus mendukung tercapainya program konservasi sumberdaya hutan.
Program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi yang sedang dilaksanakan oleh KAHMI dan Perhutani di Gunung Hambalang diwujudkan dalam Monumen
Tanaman KAHMI. Monumen Tanaman KAHMI adalah suatu areal hutan dengan batas-batasnya yang jelas di lapangan dan digambarkan pada peta, sebagai suatu
ekosistem hutan yang berfungsi memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan hidup, pendidikan lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jenis
pohon yang ditanam ditetapkan oleh Departemen Kehutanan dan Agroindustri KAHMI yaitu terdiri dari pinus, jati, suren, gmelina, mahoni, albasia, matoa,
rasamala, jambu bol, durian, sukun, rambutan, khaya, petai, nangka. Pengertian pohon asuh secara khusus adalah tanaman yang kegiatan penanamannya dan
pemeliharaannya dibiayai oleh Bapak ibu Asuh. Pohon adopsi adalah tanaman yang kegiatan penanamannya dibiayai oleh Perum Perhutani KPH Bogor,
sedangkan pemeliharaannya dibiayai oleh Bapak ibu adopsi. Bapak ibu asuh dan Bapak ibu adopsi adalah seseorang yang menjadi donatur pemeliharaan tanaman
pada Monumen Tanaman KAHMI. Selain itu terdapat pula pengasuh lapangan,
14 yaitu anggota LMDH Wana Sejahtera yang ditunjuk untuk melaksanakan
pemeliharaan Pohon AsuhAdopsi di lokasi Monumen Tanaman KAHMI. Periode pengasuhan dan adopsi pohon ini dilakukan selama 3 tahun. Bila dalam masa 3
tahun, pohon tersebut mengalami kegagalan tumbuh atau kematian, maka pohon akan segera diganti pada musim tanam berikutnya. Dengan kata lain diberi
jaminan selama 3 tahun bahwa pohon yang diasuh dapat hidup dan bertumbuh. Kewajiban utama orang tua asuh adalah memberikan biaya. Biaya asuh ini sudah
termasuk penyediaan bibit pohon, pembuatan lubang tanam, penanaman, pembuatan dan penempelan papan nama tree tag, dan pemeliharaan pohon
selama 3 tahun sejak pohon ditanam. Pohon yang di asuh akan tercatat atas nama orang tua asuhnya, diidentifikasi dengan nomor dalam data base yang dilengkapi
peta lokasi tempat tumbuhnya. Para orang tua asuh akan menerima sertifikat untuk setiap pohon yang menjadi anaknya. Setiap pohon yang sudah punya orang
tua asuh akan dipelihara oleh pengasuh lapangan secara intensif selama 3 tahun. Program penanaman pohon adopsi dapat dilakukan pada lahan milik
maupun lahan negara. Pada prinsipnya bahwa program pembangunan hutan dalam bentuk pohon adopsi yang menjadi pemilikan bersama dalam periode tertentu
yang berdasarkan asas manfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi. Masyarakat sekitar hutan mendapatkan kompensasi berupa finansial selama periode tertentu
dalam pemeliharaan dan pengawasan pohon tersebut.
2.5 Konsep Pemeliharaan Tanaman