Pengertian Masyarakat Desa Hutan Partisipasi Masyarakat Desa Hutan

8 Hasil PHBM TS Modal usaha, Saprodi Gambar 1 Bagan interaksi antar stakeholder dalam penyelenggaraan monumen KAHMI. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM merupakan salah satu usaha dalam pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Menurut Najiyati et al. 2005 pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor kehidupan. Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif.

2.2 Pengertian Masyarakat Desa Hutan

Koentjaraningrat 1990 mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terkait oleh rasa identitas bersama. Menurut Soekanto 1982 masyarakat adalah kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama dan terjalin hubungan satu sama lainnya sehingga menghasilkan Rekruitmen peserta, subsidi dan bimbing an Partis ipas i d alam Perlindungan hutan HUTAN PHBM PAMONG DESA TOKOH DESA PETANI PESERTA PHBM SWASTA MITRA KERJA PHBM Ijin k emitra an LMDH PERSAKI,PERHUTANI DAN DEPHUT PENGELOLA MONUMEN 9 kebudayaan. Sedangkan pengertian dari desa merupakan himpunan penduduk yang cenderung homogen dengan sifat kegotongroyongan dan kekeluargaan yang tinggi serta bermata pencaharian utama dari sektor pertanian. Sehingga masyarakat desa adalah himpunan penduduk agraris cenderung homogen yang menempati wilayah tertentu dan memiliki kebudayaan dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang tinggi. Menurut Perum Perhutani 2009 masyarakat desa hutan MDH adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. Dalam pembangunan masyarakat desa hutan falsafahnya adalah bahwa pembangunan atau pembinaan masyarakat di sekitar hutan merupakan bagian dari pembangunan kehutanan Fakultas Kehutanan 1987. Menurut Soedjarwo 1985 dalam Fakultas Kehutanan 1987 bahwa pembangunan kehutanan adalah untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sumber daya alam hutan dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan penyelamatan hutan, tanah dan air serta pembinaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lestari.

2.3 Partisipasi Masyarakat Desa Hutan

Pengertian partisipasi menurut kamus besar bahasa Indonesia Depdikbud 1986 adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat pula diartikan keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa dipaksa sebagaimana yang dijelaskan Sastropoetro 1988 bahwa partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan. Soelaiman 1985 mengatakan bahwa partisipasi anggota masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu adanya sikap mendukung dan adanya keterlibatan masyarakat secara individu, kelompok atau ke dalam kesatuan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program atas dasar tanggung jawab sosial. Afiff 1992 mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat secara umum diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi 10 sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek. Meningkatkan partisipasi dalam pemerintah daerah harus dilakukan dengan cara meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan oleh perseorangan atau kelompok dalam kegiatan publik Cunill, 1991: Rosenberg 1994 dalam New Economics Foundation 2001. Dalam perkembangannya, partisipasi terbagi dalam dua pola yaitu pola partisipasi secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seseorang yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat membantu dirinya dan keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara ekonomis dan spiritual. Sebagai mahluk sosial, maka pola individu harus dikembangkan kepada anggota yang lain, sehingga tercipta pola partisipasi secara berkelompok atau secara menyeluruh Levis 1996. Pamudji 1997 menyatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi terdiri dari : 1. Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan 2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk penyediaan dana, pengadaan sarana, berkorban waktu dan tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan kegiatan yang berupa pemeliharaan hasil-hasil kegiatan 3. Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan dan evaluasi, yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk : penyusunan pedoman pengendalian melalui survey partisipatif, pengumpulan data melalui survey partisipatif, dan penilaiannya melalui penilaian partisipatif 4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan. Partisipasi masyarakat dalam pengurusan sumberdaya hutan harus dimulai sejak awal, yaitu mulai dari tahap penatagunaan hutan. Dalam Undang- Undang No. 41 tahun 1999 penatagunaa hutan meliputi kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan kawasan hutan, sehingga partisispasi masyarakat dalam 11 penatagunaan hutan adalah dalam menetapkan fungsi dan batas suatu kawasan hutan, serta bagaimana menggunakan kawasan secara adil dan berkelanjutan Anonim 2001. New Economics Foundation 2001 mengungkapkan partisipasi adalah sebuah kata tak jelas yang memiliki arti berbeda bagi setiap orang. Salah satu cara untuk memahami partisipasi adalah dengan menggunakan versi “tangga partisipasi” yang dikembangkan pertama kali oleh Sherry Arnstein. Tangga ini membantu kita memahami apa yang dimaksud oleh seseorang saat dia berbicara mengenai ‘partisipasi’ atau ‘keterlibatan’. Pengawasan oleh warga Pendelegasian Kekuasaan Kekuasaan Warga Kemitraan Konsultasi Menginformasikan Tokenisme Penenteraman Manipulasi Tidak Ada Partisipasi Slamet 1980 mengemukakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah : 1 Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan 2 Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut 3 Adanya kemampuan untuk berpartisipasi. Gambar 2 Skema tangga partisipasi. 12 Pengkajian desa partisipatif adalah metode kajian terhadap kondisi desa dan masyarakat melalui proses pembelajaran bersama guna memberdayakan masyarakat desa yang bersangkutan agar memahami kondisi desa dan kehidupannya sehingga mereka dapat berperan langsung dalam pembuatan rencana dan tindakan secara partisipatif Perum Perhutani 2009. Kartasubrata 1986 mengemukakan bahwa dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi mencakup faktor-faktor kesempatan, kemauan, kemampuan dan bimbingan. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian dan kemudian distribusi hasilnya. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Madrie 1986, faktor pribadi yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan meliputi : tingkat pendidikan, kosmopolitan dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan. Menurut Khairuddin 1992, terdapat korelasi positif antara tingkat pendidikan dan pemilikan tanah dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian.

2.4 Konsep Pohon Asuh dan Pohon Adopsi