Pengumpulan Data Posisi Tahapan Penelitian

57 Keterangan: p = proporsi luas masing-masing tipe tutupan vegetasi n = frekuensi posisi harimau yang teramati u = proporsi jumlah koordinat posisi harimau yang teramati ni ∑ni e = nilai harapan pi x ∑ni w = indeks preferensi terhadap tipe tutupan vegetasi ui pi b = indeks preferensi yang distandarkan wi ∑wi

4.5.2.2 Penggunaan Habitat Siang dan Malam

Ada dugaan bahwa satwa liar yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan dan menggunakan bermacam-macam tipe vegetasi pada satu lansekap, seperti harimau, membedakan penggunaan habitat utamanya berdasarkan waktu. Dalam analisis ini, dipilih hanya data posisi dari kalung GPS dengan akurasi tinggi saja. Kemudian dengan menggunakan ArcGIS v. 9.3 ESRI, Redlands, California, data pisahkan berdasarkan siang hari antara pukul 06:00-17:59 dan malam hari antara pukul 18:00-05:59 keesokan harinya. Selanjutnya di-overlay-kan dengan peta tutupan lahan MODIS untuk menentukan frekuensi kunjungan setiap harimau translokasi pada setiap tipe vegetasi yang tersedia di dalam daerah jelajahnya. Untuk menentukan apakah ada perbedaan penggunaan habitat oleh harimau translokasi pada siang dan malam hari digunakan uji Wilcoxon signed rank Siegel 1992, Zar 1996, Pratisto 2009. 4.5.3 Analisis Pemodelan Habitat 4.5.3.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas merupakan salah satu uji asumsi klasik, yang merupakan prasyarat statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi. Multi kolinearitas adalah satu keadaan dimana variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi mempunyai korelasi hubungan yang erat satu sama lain. Menurut Pratisto 2010 korelasi yang erat di antara variabel bebas harus dihindari karena dapat menimbulkan berbagai masalah pada model regresi yang terbangun. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan memeriksa nilai VIF Variance Inflation Factor dan nilai Tolerance pada model regresi. Jika satu variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari10 maka variabel tersebut tidak mengalami multikolineraitas. Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti telah terjadi multikolineraitas. Pada penelitian ini semua variabel bebas diuji dengan regresi linear berganda untuk melihat nilai VIF-nya dan mengeliminasi setiap variabel yang mengalami multikolineritas.

4.5.3.2 Analisis Regresi Logistik

Model regresi logistik pada penelitian ini dibangun berdasarkan data variabel terikat titik presencekehadiran harimau translokasi BD-1 pada satu tempat. Penyusunan model menggunakan 50 dari keseluruhan data posisi harimau yang dikumpulkan melalui kalung GPS, sedangkan 50 sisa data digunakan untuk validasi model. Bentuk regresi logistik yang digunakan dalam analisis kesesuaian habitat harimau translokasi ini adalah regresi logistik biner binary logistic regression. Pengembangan model regresi logistik dimulai dengan memasukkan variabel-variabel bebas atau variabel habitat harimau yang tersisa setelah dilakukan eliminasi melalui nilai VIF. Semua analisis statistik dilakukan melalui program SPSS 17 dengan metode Enter. Metode ini digunakan karena tidak memandang besar-kecilnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model parameter diduga menggunakan kaidah “maximum likelyhood method ”, dengan rumus sebagai berikut Pratisto 2010: Z = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + .......... + B n X n dan P = 11+e -z Keterangan: Z= model regresi logistik; P= peluang kehadiran harimau; X= variabel bebas covariates; a= konstanta; e= 2,7182818 Tingkat kesesuaian habitat ditentukan berdasarkan pada tiga kategori yaitu “kurang sesuai”, “sesuai” dan “sangat sesuai”. Penentuan ambang batas kategori mengacu pada Supranto 2000 yang menentukan interval ambang batas suatu kategori berdasarkan persamaan sebagai berikut: P max - P min Jarak interval = Jumlah kategori 59

4.5.3.3 Model Spasial Kesesuaian Habitat

Model spasial dibangun dari nilai peluang hasil perhitungan regresi logistik. Peta kesesuaian habitat dibuat dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3. ArcGIS menggabungkan semua informasi yang ada variabel-variabel lingkungan yang berpengaruh nyata ke dalam sebuah peta kesesuaian dengan fungsi regresi logistik. Pengolahan menggunakan raster calculator memperoleh nilai kesesuaian lokasi translokasi harimau. Nilai tersebut kemudian diklasifikasikan melaui proses reclassify pada ArcGIS 9.3. Peta kesesuaian yang dinterpretasi merupakan peta dengan resolusi 30 meter. Skema pemodelan kesesuaian habitat disajikan pada Gambar 10. 4.5.3.4 Uji Kelayakan Model Regresi Logistik Uji kelayakan model menilai bagaimana sebuah model dapat menggambarkan variabel terikat. Penilaian kelayakan model berkaitan dengan penelusuran seberapa dekat nilai prediksi dari sebuah model terhadap nilai pengamatan. Untuk melakukan uji kelayakan model, maka digunakan uji Hosmer-Lemeshow. Uji ini cocok untuk model yang terdiri dari beberapa variabel bebas baik yang bernilai kontinyu atau kategorik Hosmer Lemeshow 2000. Pada penelitian ini, kelayakan model regresi logistik yang dibangun dapat dilihat dari penurunan nilai -2 log likelihood serta uji Hosmer-Lemeshow yang didapat dari hasil pengolahan data dengan SPSS 17. Model dinilai layak apabila signifikansi penurunan nilai -2 log likelihood kurang dari 0,05. Lain dengan penurunan nilai -2 log likelihood, uji Hosmer-Lemeshow digunakan untuk melihat kecocokan variabel prediktor dengan model yang dibangun. Variabel prediktor dinyatakan fit cocok dengan model atau model dikatakan layak jika signifikansi yang tertera pada hasil uji Hosmer- Lemeshow diatas 0,05. Koefisien determinasi R 2 ditentukan dengan model Nagelkerke R 2 yang analog dengan R 2 pada metode kuadrat terkecil untuk fungsi regresi linear berganda Piorecky Prescott 2006. Nagelkerke R 2 menunjukkan seberapa penting variabel bebas memprediksi variabel terikat.