4.4.4 Observasi Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara mengamati semua unit contoh pengamatan yang telah ditentukan. Pengumpulan data secara
langsung dilakukan untuk memperoleh data dan informasi keberadaan harimau lokal dan hewan mangsa utamanya rusa, kijang dan babi melalui
metode transek sign di dalam daerah jelajah harimau sumatera yang ditranslokasikan di kawasan hutan Ulu Masen. Observasi lapangan juga
dilakukan guna memvalidasi data areal contoh tutupan lahan.
4.4.4.1 Survey Transek Sign
Survey keberadaan harimau lokal dan hewan mangsa utamanya babi, kijang dan rusa dengan metode transek dilakukan di areal yang dijadikan
daerah jelajah oleh harimau yang ditranslokasikan di kawasan hutan Ulu Masen. Metode yang digunakan untuk menandakan keberadaan harimau
lokal serta hewan mangsa utamanya adalah dengan melakukan pencatatan setiap perjumpaan langsung direct encounter dan setiap perjumpaan tidak
langsung inderect encounter pada semua jalur yang disurvey Dinata Sugardjito 2008. Semua jejak atau tanda keberadaan harimau lokal dan
hewan mangsa utama yang berada dalam segmen 1 km transek dianggap satu temuan Wibisono et al. 2011. Jenis keberadaan harimau lokal dan hewan
mangsa utama yang dicatat adalah perjumpaan langsung, jejak kaki, cakaran, kotoran serta tanda-tanda lain yang dapat diidentifikasi.
4.4.4.2 Penentuan Presence dan Pseudo-absence
Penentuan titik presence dan pseudo-absence harimau digunakan untuk membuat model kesesuaian habitat harimau translokasi. Pemodelan
dilakukan hanya berdasarkan data posisi kalung GPS harimau betina BD-1 yang ditranslokasikan di kawasan hutan Ulu Masen, menimbang bahwa
tingkat akuisisi 67,3 dan proporsi data akuratnya tertinggi 59,8. 6.680 data posisi yang terkumpul ditapis untuk mendapatkan data posisi dengan
akurasi tinggi yakni sebanyak 6.116 data posisi. Sebanyak 50 dari data posisi tersebut digunakan untuk menentukan areal presence dan 50 data
49 lainnya digunakan untuk validasi model. Titik pseudo-absence ditentukan
berdasarkan pengacakan titik posisi menggunakan ekstensi Hawthstool pada ArcGIS 9.3 pada areal seluas ukuran daerah jelajah harimau BD-1 studi, di
luar poligon daerah jelajah harimau BD-1.
4.4.5 Komponen Habitat Harimau Sumatera
Komponen bio-fisik habitat jika dirinci secara keseluruhan akan meliputi banyak sekali variabel-variabel ekologi yang berperan dalam
membentuk seluruh komunitas dengan hubungan yang kompleks di tempat dimana satu spesies hidup Odum 1993. Di dalam pemodelan spasial
kesesuaian habitat, pemilihan variabel-variabel ekologi ini sangat tergantung pada ketersediaan data spasial. Oleh karena itu, dipilih variabel-variabel
ekologi yang diduga menjadi variabel dominan yang berpengaruh terhadap kesukaan atau preferensi harimau sumatera akan suatu wilayah atau ruang
tertentu. Variabel-variabel yang diobservasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Elevasi atau ketinggian tempat X
1
, merupakan representasi komponen fisik kawasan, didapat dari peta radar Aster GDEM Globat Digital
Elevation Model; 2 Kelerengan atau slope X
2
, merupakan representasi komponen fisik kawasan, didapat dari peta radar Aster GDEM Globat Digital Elevation
Model; 3 Jarak dari sungai X
3
, merupakan representasi komponen fisik kawasan, didapat dari peta RBI skala 1:50:000 yang kemudian diproses dengan
euclidean distance; 4 Jarak dari pemukiman X
4
, merupakan representasi komponen fisik kawasan, didapat dari peta RBI skala 1:50:000 yang kemudian diproses
dengan euclidean distance; 5 Jarak dari jalan X
5
, merupakan representasi komponen fisik kawasan, didapat dari peta RBI skala 1:50:000 yang kemudian diproses dengan
euclidean distance;