30
Tabel 6 Jenis mata pencaharian masyarakat daerah penelitian Daerah penelitian
Petani Wiraswasta
Pegawai Kedung Badak
0,28 8,24
91,48 Sukaresmi
29,90 10,49
59,61 Sukadamai
7,57 44,83
47,60 Kencana
7,30 29,61
63,09 Waringin Jaya
26,90 31,90
41,20 Kedung Waringin
54,76 11,88
33,36 Susukan
38,54 22,99
38,47 Pabuaran
5,39 41,15
53,46 Sukmajaya
47,26 16,32
36,42 Pondok Terong
9,75 18,71
71,54 Ratu Jaya
1,73 25,30
72,97 Depok
0,10 16,46
83,44
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2011, dan Kota Depok Dalam Angka 2011
Bertani merupakan jenis pekerjaan yang sangat tergantung dengan keberadaan lahan. Tanpa lahan, petani tidak akan dapat menjalankan usahanya.
Dari data sekunder yang tersedia, daerah yang masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian masyarakatnya adalah: Sukaresmi, Waringin
Jaya, Kedung Waringin, Susukan, Sukmajaya. Jumlah petani di lima daerah ini adalah berkisar antara 26,90 persen hingga 54,76 persen dari total masyarakat
masing-masing desa dan kelurahan.
4.3 Karakteristik Responden
Pemilik lahan yang terkena pembebasan dari kalangan masyarakat perorangan seluruhnya berjumlah 94 orang namun karena beberapa di antara
pemilik lahan tidak dapat ditelusuri domisilinya maka yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini hanya 60 orang 64,52 persen. Tidak semua
pemilik lahan berdomisili di sekitar lahan yang terkena pembebasan. Para responden ini telah menerima uang ganti rugi pada tahun 2011 dan sebagai
konsekuensinya menyerahkan hak pemilikan sebagian atau seluruh lahannya kepada PT. PLN Persero. Karakteristik responden secara rinci disajikan pada
Tabel 7.
31
Tabel 7 Karakteristik responden terkena pembebasan lahan Profil responden
Jumlah responden Orang
Jenis kelamin Laki-laki
48 80,00
Perempuan 12
20,00 Total
60 100,00
Umur responden
tahun 21-30
1 1,67
31-40 5
8,33 41-50
11 18,33
51-60 21
35,00 61-70
17 28,33
71-80 5
8,33 Total
60 100,00
Pendidikan responden
Tidak Tamat SD 7
11,67 SD Sederajat
21 35,00
SLTP 6
10,00 SLTA
21 35,00
Perguruan Tinggi 5
8,33 Total
60 100,00
Berdasarkan hasil survei, jenis kelamin responden pemilik lahan terbanyak
adalah laki-laki sebanyak 48 orang 80,00 persen, sedangkan perempuan pemilik lahan sebanyak 12 orang 20,00 persen.
Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa lima orang perempuan pemilik lahan 8,33 persen merupakan janda yang mewarisi tanah
dari almarhum suaminya, sedangkan tujuh orang perempuan lainnya 11,67 persen merupakan ahli waris tanah dari almarhum orang tuanya. Tingkat
pendidikan 12 orang perempuan ini adalah tiga orang tidak tamat SD, empat orang tamat SD, satu orang tamat SLTP, dua orang tamat SLTA, dan satu orang Sarjana.
Dalam proses pembebasan lahan, pemilik lahan perempuan terutama yang berpendidikan SD atau tidak sekolah mendapat perhatian khusus.
Umur responden pemilik lahan umumnya berkisar antara 51 tahun hingga 60 tahun sebanyak 21 orang 34,43 persen, yang termuda berusia 24 tahun dan
tertua berusia 74 tahun. Jumlah responden berusia di atas 60 tahun adalah 22 orang 36,67 persen. Usia di atas 60 tahun ini sering digolongkan sebagai usia
tidak produktif sehingga perlu mendapatkan bantuan ekonomi dari anggota
32
keluarga lainnya. Kehilangan aset tanah akibat pembebasan lahan bagi kelompok umur tersebut dapat menyulitkan dalam mencari nafkah.
Tingkat pendidikan yang dimiliki responden beragam dari yang Tidak Tamat SD hingga Perguruan Tinggi. Jumlah responden yang telah menyelesaikan
pendidikan sembilan tahun atau telah menyelesaikan pendidikan SLTP adalah 32 orang 53,33 persen. Responden yang tidak sekolah atau tidak tamat SD
memiliki keterbatasan keterampilan dalam mencari pekerjaan sehingga perlu mendapat perhatian khusus setelah lahannya terkena pembebasan. Sebanyak
tujuh orang 11,67 persen pemilik lahan Tidak Tamat SD, dan lima orang 8,33 persen berpendidikan Sarjana, namun mayoritas responden telah memiliki
pendidikan SD sebanyak 21 orang 35,00 persen dan SLTA sebanyak 21 orang 35,00 persen. Tingkat pendidikan responden yang diteliti senada dengan tingkat
pendidikan rata-rata daerah penelitian dimana mayoritas penduduk memiliki pendidikan SLTA sebesar 27,65 persen, kemudian SD sebesar 26,82 persen,
SLTP 21,51 persen, tidak tamat SD 17,33 persen, dan terendah Perguruan Tinggi sebesar 5,55 persen.
Berdasarkan hasil survei mengenai jenis mata pencaharian responden saat ini tahun 2015, 59 orang responden 98,33 persen memiliki pekerjaan dan satu
orang 1,67 persen masih menganggur akibat lahan miliknya yang sebelumnya digunakan untuk usaha warung kelontong terkena pembebasan lahan. Selain
memiliki pekerjaan utama, 15 dari 59 responden 25,00 persen tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Jenis pekerjaan
utama dan sampingan responden tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis mata pencaharian responden setelah pembebasan lahan tahun 2015
Jenis Mata Pencaharian
Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan
Orang Orang
Pertanian 15
25,00 3
Pegawai 20
33,33 -
Perdagangan 11
18,33 2
Jasa 13
21,67 10
Tidak Bekerja 1
1,67 -
Total 60
100,00 15
Jumlah responden yang mengandalkan sektor pertanian sebagai pekerjaan utama maupun sampingan masih cukup tinggi yaitu 18 responden 24,00 persen.
Pada sektor ini responden bekerja sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap,
33
atau keduanya. Mayoritas responden terkena pembebasan lahan bekerja di sektor jasa 23 orang 30,67 persen dan sektor perdagangan 13 orang 17,33 persen.
Jenis pekerjaan di sektor pertanian terdiri dari petani pemilik lahan, petani penggarap, dan gabungan keduanya. Pada kelompok pegawai terdiri dari: pegawai
negeri sipil, guru sekolah, karyawan, satuan pengamanan, honorer kelurahan, pensiunan PNS dan Polri, serta veteran. Responden yang bekerja di sektor
perdagangan membuka berbagai usaha berupa: warung kelontong, warung makanan dan minuman ringan, toko buku dan fotokopi, jualan ikan. Adapun
pekerjaan di sektor penyediaan jasa meliputi: pembantu rumah tangga, bengkel mobil, bengkel sepeda, supir, tukang ojek, serabutan, dan penyewaan rumah.
34
5. HASIL DAN PEMBAHASAN