15
pertanian tanaman keras, untuk kehutanan maupun untuk ladang pengembalaan dan perikanan. Tanah memiliki nilai ekonomi dan nilai pasar yang berbeda-beda.
Dalam teori ekonomi sumberdaya tanah, sewa tanah merupakan salah satu konsep penting, yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: sewa tanah
contract rent sebagai pembayaran dari penyewa kepada pemilik melalui kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu; dan keuntungan usaha economic rent atau
land rent yang merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input tanah yang memungkinkan faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam
proses produksi. Sewa tanah land rent secara sederhana dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi yaitu kelebihan nilai produksi total di atas biaya total.
Salah satu cara dalam menentukan nilai atau faktor produksi tanah adalah dengan menggunakan konsep economic rent, yaitu perbedaan nilai produk yang
dihasilkan oleh tanah tersebut dikurangi dengan seluruh biaya produksi tidak termasuk pajak atau royalti, dan pungutan lainnya serta laba yang layak yang
harus diterima oleh pengusaha. Faktor-faktor yang menentukan harga tanah dipengaruhi oleh: kegunaan dan kepuasan utility, kelangkaan scarcity,
permintaan demand, dan kemudahan untuk dipindahkan transferability.
2.4 Dampak Pembebasan Lahan Terhadap Petani
Menurut Suryana 2000, meningkatnya kelangkaan lahan pertanian yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah petani
berlahan sempit, kurang subur dan petani tidak berlahan semakin banyak. Kelangkaan ini juga disebabkan oleh konversi lahan melalui pembebasan lahan
yang ditujukan untuk keperluan non pertanian. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan penguasaan sumberdaya lahan dan pendapatan antar kelompok
masyarakat khususnya petani. Dalam hasil penelitiannya, Suryana menemukan bahwa setelah pembebasan lahan yang menyebabkan pemilikan lahan menjadi
lebih sempit, terjadi perubahan jenis mata pencaharian pada para pemilik lahan dimana jenis pekerjaan petani pemilik lahan menjadi lebih beragam dibanding
sebelumnya. Dalam penelitian tersebut Suryana juga mendapatkan bahwa kegiatan pembebasan lahan tidak begitu berpengaruh terhadap aspek sosial
masyarakat pada hubungan keluarga, hubungan kemasyarakatan dan harga diri petani yang terkena pembebasan. Hanya untuk aspek kebahagiaan hidup,
tampaknya ada dampak positif terhadap petani yang terkena pembebasan tanah pertanian dimana petani merasa lebih berbahagia setelah tanahnya terkena
pembebasan.
Meskipun tidak sepenuhnya benar, luas penguasaan lahan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan rumah tangga petani. Dalam penelitiannya
Mudakir 2011 melihat bahwa petani yang mempunyai penguasaan lahan lebih luas cenderung mempunyai pendapatan yang lebih besar dibanding penguasaan
lahan yang lebih sempit. Menurutnya, pendapatan rumah tangga petani yang
16
memiliki pendapatan lain dari luar pekerjaan bertani jauh lebih tinggi dibanding petani yang semata-mata hanya mengandalkan pendapatan dari bertani saja.
Tingkat ketimpangan pendapatan petani tanpa pendapatan di luar pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan ketimpangan pendapatan petani yang telah
memasukkan pendapatan dari luar pertanian.
Dalam sebuah penelitian terhadap petani miskin di dataran tinggi Kabupaten Kapahiang Provinsi Bengkulu, Bahrin, et al. 2008 mendapatkan bahwa luas
pemilikan lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pendapatan rumah tangga petani, demikian pula sebaliknya. Menurutnya lagi, rendahnya
produktifitas lahan petani disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang belum optimal, harga jual produk usaha tani khususnya
sektor tanaman pangan tidak sebanding dengan harga produk industri yang sudah menjadi kebutuhan rumah tangga petani, jebakan kemiskinan seringkali membuat
kemampuan sumberdaya keluarga terpecah tidak terfokus secara penuh pada upaya pemanfaatan lahan milik sendiri melainkan harus dibagi untuk menjadi
buruh tani harian guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga, dan rendahnya kemampuan dalam melihat peluang dan potensi yang ada yang dapat
dimanfaatkan bagi peningkatan produktiftas dan pendapatannya.
Penelitian dampak pembebasan lahan terhadap aspek lainnya juga telah dilakukan oleh Sumaryanto 1994. Dalam hasil penelitiannya di Jawa Timur dan
Jawa Barat, mereka mendapatkan bahwa alih fungsi lahan sawah dapat menimbulkan dampak negatif terutama dalam memproduksi hasil pertanian yang
terkonversi. Jenis kerugian tersebut mencakup produksi dan nilainya, pendapatan usahatani dan kesempatan kerja usahatani. Namun demikian, diakui bahwa selain
mengakibatkan kerugian, alih fungsi lahan juga memberikan beberapa manfaat berupa
pertambahan kesempatan
kerja, peningkatan
pendapatan dan
pengembangan ekonomi wilayah. Adanya dampak positif alih fungsi lahan juga dinyatakan oleh Irawan et al.
2000. Menurutnya, petani yang mendapatkan uang ganti rugi lahan sawah yang dijualnya mampu membeli sawah baru yang lebih luas. Selain itu, terjadi
perubahan kualitas hidup petani melalui penggunaan uang ganti rugi yang diperolehnya untuk melakukan perbaikan rumah tinggal. Terlihat juga adanya
pertambahan aset non tanah atau tabungan serta peningkatan sumberdaya manusia berupa pengalokasian uang hasil penjualan tanah untuk biaya pendidikan anak.
2.5 Sengketa Lahan pada Pembebasan Lahan