Kondisi Umum Daerah Penelitian

27 Berdasarkan Laporan Pengadaan Tanah PT. PLN Persero tahun 2011, pemilik tanah tapak tower sebelum dibebaskan terdiri dari 94 orang dari masyarakat perorangan, satu instansi pemerintah, dua badan usaha milik negara, dan enam perusahaan swasta. Dalam penelitian ini responden yang diteliti semuanya berasal dari masyarakat perorangan, dengan jumlah responden 60 orang. Adapun pemilik lahan dari bukan masyarakat perorangan tidak diteliti karena dianggap kurang relevan dengan tujuan penelitian ini. Luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan setiap tower berbeda berdasarkan tipe tower yang dibangun yaitu: 225 m 2 15 m x 15 m, 289 m 2 17 m x 17 m, dan 400 m 2 20 m x 20 m. Untuk memenuhi kebutuhan lahan 66 buah tapak tower diperlukan tanah seluas 14.539 m 2 . Dari luasan tersebut lahan yang menjadi milik masyarakat perorangan sehingga perlu dibebaskan adalah 8.691 m 2 atau 59,78 persen dari luas total ketersediaan lahan. Adapun sisa keperluan lahan seluas 5.848 m 2 40,22 persen bukan merupakan milik masyarakat perorangan yaitu: PT. PLN persero, Dinas Pertanian, PT. Kereta Api Indonesia Persero, perusahaan swasta non pemerintah, dan developer perumahan. Proses pembebasan lahan sudah selesai menjelang akhir tahun 2011 dan pada kondisi saat ini tahun 2015, SUTT tersebut telah selesai dibangun dan telah beroperasi menyalurkan tenaga listrik. Pada proses pembebasan lahan, seluruh pemilik lahan telah menerima uang ganti rugi lahan, dengan demikian hak pemilikan lahan beralih kepada PT. PLN Persero.

4.2 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Pada penelitian ini digunakan data sekunder mengenai kependudukan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian masyarakat dari publikasi BPS tahun 2011 berupa Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2011, dan Kota Depok Dalam Angka 2011. Data ini dipilih untuk menggambarkan kondisi daerah penelitian pada saat sebelum pembebasan lahan berlangsung. Berdasarkan data tersebut, diketahui jumlah penduduk setiap desa dan kelurahan yang diteliti berkisar 7.703-46.502 jiwa, terendah di Desa Sukmajaya dan terpadat di Kelurahan Depok. Luas wilayah desa dan kelurahan studi berkisar antara 98 ha hingga 373 ha, terendah Kelurahan Sukaresmi dan terluas Kelurahan Depok. Tingkat kepadatan penduduk desa dan kelurahan berkisar antara 27 jiwaha hingga 155 jiwaha, terendah di Desa Sukmajaya dan tertinggi di Desa Pabuaran. Jumlah anggota keluarga di setiap rumah tangga berkisar antara 3 jiwaKK hingga 5 jiwaKK, terendah di Desa Sukmajaya dan tertinggi di Kelurahan Ratu Jaya. Rincian data kependudukan daerah penelitian disajikan pada Tabel 4. 28 Tabel 4 Struktur kependudukan daerah penelitian Daerah penelitian Jumlah penduduk Luas wilayah Kepadatan penduduk Jumlah rumah tangga Jumlah anggota keluarga jiwa ha jiwaha KK jiwaKK Kedung Badak 27.770 195 142 6.914 4 Sukaresmi 11.831 98 121 2.937 4 Sukadamai 13.392 112 120 3.176 4 Kencana 17.772 214 83 4.488 4 Waringin Jaya 11.921 170 70 2.827 4 Kedung Waringin 23.228 180 129 5.828 4 Susukan 15.996 340 47 4.480 4 Pabuaran 38.820 250 155 10.231 4 Sukmajaya 7.703 284 27 2705 3 Pondok Terong 34.945 244 143 6.532 4 Ratu Jaya 35.521 265 134 7.022 5 Depok 46.502 373 125 13.389 4 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2011, dan Kota Depok Dalam Angka 2011 Berdasarkan data statistik tingkat pendidikan daerah penelitian, terlihat cukup tinggi prosentase jumlah masyarakat yang Tidak Tamat SD TT-SD, yakni berkisar antara 1,92 persen hingga 32,78 persen, terendah di Waringin Jaya dan tertinggi di Sukadamai. Masyarakat tidak tamat SD adalah masyarakat usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan SD dan masyarakat yang belum tergolong usia sekolah. Pada setiap desa dan kelurahan terdapat masyarakat berpendidikan tinggi yang telah menyelesaikan pendidikan Diploma, Sarjana S1 atau S2 dengan prosentase berkisar antara 1,31 persen hingga 15,17 persen, terendah di Kedung Waringin dan tertinggi di Pondok Terong. Data tingkat pendidikan masyarakat daerah penelitian disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan data sekunder tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar masyarakat 55,86 persen telah menyelesaikan program pendidikan sembilan tahun yang dicanangkan Pemerintah, sisanya sebanyak 26,82 persen berpendidikan SD dan 17,33 persen tidak belum tamat SD. Rata-rata masyarakat daerah penelitian yang telah menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi adalah sebanyak 6,38 persen, pendidikan SLTA sebanyak 27,65 persen, pendidikan SLTP sebanyak 21,83 persen, dan pendidikan SD atau sederajat sebanyak 26,82 persen. Tingkat pendidikan masyarakat daerah penelitian menjadi salah satu faktor yang diduga berpengaruh pada persepsi masyarakat terhadap dampak pembebasan lahan. 29 Tabel 5 Tingkat pendidikan masyarakat daerah penelitian Daerah penelitian TT-SD SD SLTP SLTA PT Kedung Badak 17,05 21,19 20,04 30,21 11,51 Sukaresmi 23,28 33,33 17,92 21,19 4,28 Sukadamai 32,78 27,12 13,39 16,62 10,09 Kencana 24,84 21,43 18,23 28,77 6,73 Waringin Jaya 1,92 25,79 28,29 42,60 1,40 Kedung Waringin 7,83 28,11 30,04 32,71 1,31 Susukan 11,77 49,36 21,47 11,61 5,79 Pabuaran 9,35 16,19 27,03 43,97 3,46 Sukmajaya 8,75 33,08 28,04 27,78 2,36 Pondok Terong 22,50 23,69 23,27 15,37 15,17 Ratu Jaya 23,52 27,56 22,13 22,17 4,62 Depok 24,31 14,93 12,16 38,76 9,84 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2011, dan Kota Depok Dalam Angka 2011 Keterangan: TT-SD: Tidak Tamat SD, SD: Sekolah Dasar, SLTP: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, SLTA: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, PT: Perguruan Tinggi. Terdapat tiga kelompok jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian masyarakat daerah penelitian yaitu: petani, wiraswasta, dan pegawai. Termasuk dalam kelompok petani adalah: petani pemilik lahan, petani penggarap, dan buruh tani, sedangkan yang tergolong kelompok wiraswasta adalah pengusaha kecil dan menengah, pemborong, dan pengrajin. Adapun yang termasuk dalam kelompok pegawai adalah: karyawan swasta, buruh, Pegawai Negeri Sipil, TNI Polri, pensiunan, guru sekolah, tenaga medis dan lain-lain. Data jenis pekerjaan masyarakat daerah penelitian disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan data sekunder yang tersedia, sebagian besar masyarakat daerah penelitian 57,72 persen memiliki mata pencaharian di kelompok pegawai yang bekerja sebagai karyawan swasta, buruh, Pegawai Negeri Sipil, TNI Polri, guru sekolah, tenaga medis, dan lain-lain. Adapun sisanya 23,16 persen bekerja sebagai wiraswasta dan 19,12 persen bekerja sebagai petani. Pada beberapa daerah, prosentase jumlah masyarakat yang bekerja sebagai petani masih dominan dibanding jenis pekerjaan lainnya, yaitu Kedung Waringin 54,76 persen, Susukan 38,54 persen, dan Sukmajaya 47,26 persen. Tiga daerah ini merupakan desa-desa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bogor. Berbeda dengan tiga desa tersebut, masyarakat daerah studi di Kota Bogor dan Kota Depok umumnya bekerja sebagai karyawan dengan kisaran masing-masing antara 41,20 persen hingga 91,48 persen dan antara 71,54 persen hingga 83,44 persen. 30 Tabel 6 Jenis mata pencaharian masyarakat daerah penelitian Daerah penelitian Petani Wiraswasta Pegawai Kedung Badak 0,28 8,24 91,48 Sukaresmi 29,90 10,49 59,61 Sukadamai 7,57 44,83 47,60 Kencana 7,30 29,61 63,09 Waringin Jaya 26,90 31,90 41,20 Kedung Waringin 54,76 11,88 33,36 Susukan 38,54 22,99 38,47 Pabuaran 5,39 41,15 53,46 Sukmajaya 47,26 16,32 36,42 Pondok Terong 9,75 18,71 71,54 Ratu Jaya 1,73 25,30 72,97 Depok 0,10 16,46 83,44 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kabupaten Bogor Dalam Angka 2011, dan Kota Depok Dalam Angka 2011 Bertani merupakan jenis pekerjaan yang sangat tergantung dengan keberadaan lahan. Tanpa lahan, petani tidak akan dapat menjalankan usahanya. Dari data sekunder yang tersedia, daerah yang masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian masyarakatnya adalah: Sukaresmi, Waringin Jaya, Kedung Waringin, Susukan, Sukmajaya. Jumlah petani di lima daerah ini adalah berkisar antara 26,90 persen hingga 54,76 persen dari total masyarakat masing-masing desa dan kelurahan.

4.3 Karakteristik Responden