Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

lainnya yaitu data udang hasil penangkapan tidak memperhitungkan IUU Illegal, Unreported, Unregulated. Menurut DKP 2006, secara keseluruhan kerugian negara akibat illegal fishing dari segi ekonomi antara Rp 27 sampai dengan Rp 54 triliun per tahun. 2. Analisis daya saing dilakukan pada tingkat produk yaitu udang dengan tujuan ekspor ke tiga pasar utama yaitu: Jepang, AS, dan UE menggunakan indikator pangsa pasar. Analisis produktivitas hanya dilakukan untuk udang budidaya dengan studi kasus tambak udang di Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan non Jawa Timur Lampung, NTB, Sulsel, dan Jabar. 3. Perbandingan analisis daya saing dengan Thailand hanya dilakukan pada aspek perdagangan, sedangkan aspek produksi tidak dilakukan karena keterbatasan data. Implikasinya pada aspek produksi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kurang tergali. 4. Harga udang ekspor dan impor diproxy dari harga rata-rata nilai ekspor dibagi kuantitas ekspor karena kesulitan memperoleh data. Secara umum data perdagangan misalnya UNComtrade tidak menyebutkan ukuran udang, dilain pihak data harga yang tersedia misalnya Infofish dibuat berdasarkan jenis, ukuran, dan asal. Studi ini menggunakan harga rata-rata tidak tertimbang dari seluruh ekspor udang bentuk tertentu misalnya beku dari berbagai jenis, ukuran, kualitas, dan asal. Rata-rata harga tersebut diperoleh dengan membagi nilai eskpor dengan volumenya seperti yang dilakukan studi Suryana et al., 1989. 5. Data perdagangan yang lebih rinci yaitu menggunakan data HS-10 dijit, akan tetapi ketersediaan data HS-10 dijit untuk periode pengamatan sejak tahun 1989-2008 tidak tersedia secara lengkap yaitu hanya tersedia untuk pasar AS, maka studi ini menggunakan data HS 6-dijit. Implikasinya, komposisi produk yang diekspor akan sangat berpengaruh terhadap hasil studi. 6. Analisis mutu pada tingkat nasional diproxy dari dummy persayaratan mutu karena data jumlah penolakan produk oleh negara importir tidak tersedia secara lengkap hanya tersedia sejak tahun 1999. Negara yang mempunyai diferensiasikeragaman produk lebih lebih tinggi diasumsikan mempunyai mutu udang lebih baik. 7. Pakan merupakan penyumbang biaya terbesar pada sistem budidaya udang intensif dan semi-intensif, namun data pakan selama periode penelitian tidak tersedia lengkap baik pada Statistik Perikanan Budidaya tersedia sejak tahun 2007, maupun dari asosiasi pakan GPPMT. Data tersebut diperlukan untuk menghitung TFP dan sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat produksi udang tambak. Data penggunaan jumlah pakan pada tingkat nasional menggunakan data BPS survey perusahaan perikanan sehinga hasilnya dapat menjadi bias. 8. Jumlah pupuk dan obat-obatan yang digunakan pembudidaya udang bervariasi jenisnya. Pada analisis mengenai produktivitas di tingkat lapangan, dilakukan simplifikasi menjadi obat-obatan. Implikasinya kalau dirata-ratakan tingkat penggunaan fisikHa diduga terjadi bias ke atas ataupun ke bawah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Produksi Udang Indonesia

Udang berasal dari hasil budidaya di tambak, hasil penangkapan di laut dan hasil penangkapan di perairan umum. Perkembangan kuantitas produksi udang berdasarkan sumbernya disajikan pada Gambar 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Berdasarkan Gambar 3, terjadi peningkatan cukup signifikan pada udang hasil budidaya, sedangkan udang hasil tangkapan relatif stagnan. 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 Sumber: Statistik Perikanan Budidaya dan Statistik Perikanan Tangkap berbagai edisi Gambar 3. Perkembangan Produksi Udang Indonesia Hasil Budidaya di Tambak dan Hasil Penangkapan,Tahun 2000-2010 Udang budidaya Udang penangkapan ton Tabel 4. Produksi Udang Tambak Indonesia Menurut Varietas, Tahun 2000-2010 ton Tahun Udang windu Udang Putih Udang vanamei Udang Api- Api Udang Lainnya 2000 93 759 28 965 - 20 453 - 2001 103 603 25 862 - 19 093 - 2002 112 840 24 708 - 21 634 - 2003 133 836 35 249 - 22 881 - 2004 131 399 33 797 53 217 19 928 - 2005 134 682 27 088 103 874 13 731 - 2006 147 867 36 187 141 649 - - 2007 133 113 16 995 179 966 - - 2008 134 930 - 208 648 - 66 012 2009 124 564 22 365 170 971 - 32 549 2010 125 519 16 424 206 578 - 30.804 Sumber: DJPB: Statistik Perikanan Budidaya, DKP berbagasi edisi Berdasarkan data pada Tabel 4, terjadi peningkatan produksi udang hasil budidaya sampai dengan tahun 2008, dan terjadi penurunan produksi pada tahun 2009. Berdasarkan varietas, sampai dengan tahun 2006 produksi udang windu mengalami peningkatan, dan sejak tahun 2007 produksi udang vaname telah melampaui udang windu. Sebaliknya, udang hasil penangkapan relatif stabil Tabel 5. Berdasarkan varietas, udang putih mendominasi disusul jenis udang lainnya. Dibandingkan dengan udang hasil budidaya, sizeukuran udang hasil tangkapan memiliki keragaman cukup besar. Dengan demikian, tidak semua jenis udang hasil tangkapan menjadi layak ekspor.