Perkembangan Kuantitas dan Nilai Ekspor Udang Indonesia

AS 16-17, dan sisanya ke negara lainnya, kemudian terjadi perubahan dengan mayoritas tujuan ekspor menjadi ke AS. Tabel 6. Perkembangan Kuantitas dan Nilai Ekspor Udang Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor, Tahun 2005-2011 Tahun Jepang AS UE Lainnya Kuantitas ton Nilai US 1000 Kuantitas ton Nilai US 1000 Kuantitas ton Nilai US 1000 Kuantitas ton 2005 45 951 373 874 50 489 327 364 27 775 161 308 29 691 2006 50 380 419 895 60 973 418 175 31 016 190 125 26 960 2007 40 334 334 982 60 399 420 720 28 845 178 195 27 967 2008 39 582 337 681 80 479 550 773 26 825 177 855 26 397 2009 38 528 333 056 63 592 426 995 23 689 146 597 25 180 2010 36 712 351 402 58 277 443 220 13 383 10 549 36 720 2011 17 712 186 495 33 779 293780 9 265 81 973 14 536 Pengembangan ekspor udang Indonesia terkendala oleh hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif terutama untuk produk udang olahan ke UE 27 yaitu sekitar 20, sedangkan ke AS sekitar 5-10, ke Jepang, special rate yang diberikan untuk produk udang olahan sebesar 3.2, tetapi untuk produk olahan yang termasuk kategori others diberikan tarif 0 atau . free. Menurut Ling et al., 1996 hambatan tarif diterapkan dalam rangka melindungi industri udang olahan domestik negara tersebut.

2.3. Gambaran Umum Perdagangan Udang Dunia

Persaingan eksportir utama akan terus berlangsung diantara sesama negara di Asia yang secara umum diuntungkan keunggulan geografisnya. Di lain pihak, importir utama masih didominasi oleh AS, Jepang, dan UE. Seperti dijelaskan pada Bab I, ketatnya persaingan menyebabkan tiap negara mempunyai strategi pemasaran tertentu DKP, 2004. Pertama, Thailand merupakan eksportir nomor satu dunia sejak tahun 1993. Strategi pemasaran yang dilakukan melalui inovasi pengembangan produk dengan menciptakan produk bernilai tambah. Selain itu, eksportir Thailand memiliki komitmen tepat waktu, dan menjaga mutu. Kekuatan industri udang ditentukan oleh kuatnya peran pengusaha yang tergabung dalam berbagai asosiasi, dan market intellegencia. Mereka mengisi kekosongan pasar akibat terjadinya kasus mad cow, flu burung atau pada saat ekspor dari Ekuador menurun. Industri pengolahan melakukan contract farming. Dari sisi produksi, pembudidaya dalam satu kawasan memperkuat keberlanjutan usaha melalui pembentukan kluster dengan memperkuat kelembagaan koperasi. Manfaat yang diperoleh yaitu makin efektifnya pengelolaan budidaya melalui sistem manajemen terpadu. Kedua, industri udang Vietnam mengalami pertumbuhan pesat dalam 10 tahun terakhir. Vietnam merupakan pengekspor ke dua di pasar AS dan ketiga di pasar Jepang. Strategi yang ditempuh Vietnam yaitu melalui pembentukan opini sebagai produk ramah lingkungan. Pada tahun 1999, pengusaha perikanan yang tergabung dalam Vietnam Association of Seafood Exporters and Producers VASEP mencanangkan kebijakan budidaya udang organik. Kekuatan industri udang ditentukan oleh peran para pengusaha yang tergabung dalam berbagai asosiasi, dan pada industri pengolahan: contract farming dan kluster. Ketiga, fenomena yang terjadi di China yaitu meningkatnya budidaya udang putih. Selain itu, industri pengolahan China berkembang pesat, tidak saja jumlah, namun juga respons terhadap perkembangan produk dan pasar baru. Bentuk kerja sama yang dilakukan melalui contract processing. Pelaku usaha pengolah udang fokus pada persaingan dengan pengekspor udang dari Asia