2. Private property di mana klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha korporasi.
3. Common property atau Communal property di mana individu atau kelompok memiliki klaim atas sumber daya yang dikelola bersama.
Suatu sumber daya bisa saja tidak memiliki klaim yang sah sehingga tidak bisa dikatakan memiliki hak pemilikan. Sumber daya seperti ini dikatakan sebagai
open access Grima dan Barkes, 1989 dalam Fauzi, 2006. Dengan mengambil contoh dua tipe akses yang berbeda, yakni akses terbuka
open access dan akses terbatas limited access, maka secara umum ada empat kemungkinan kombinasi antara hak pemilikan dan akses, yaitu Fauzi, 2006:
1. Tipe pertama adalah tipe di mana hak pemilikan berada pada komunal atau negara dengan akses yang terbatas. Tipe kombinasi ini memungkinkan
pengelolaan sumber daya yang lestari. 2. Tipe kedua adalah di mana sumber daya dimiliki secraa individu privat
dengan akses yang terbatas. Pada tipe ini karakteristik hak pemilikan terdefinisikan dengan jelas dan pemanfaatan yang berlebihan bisa dihindari.
3. Tipe ketiga adalah kombinasi antara hak pemilikan komunal dan akses yang terbuka. Tipe inilah yang dalam perspektif Hardin 1968 dalam Fauzi 2006
akan melahirkan “the tragedy of the common”. Tragedi terjadi karena apa yang dihasilkan dari sumber daya dalam jangka panjang tidak lagi sebanding
dengan apa yang dimanfaatkan oleh pengguna. 4. Tipe keempat adalah kombinasi yang sebenarnya jarang terjadi di mana
sumber daya dimiliki secara individu namun akses dibiarkan terbuka. Pengelolaan sumber daya ini tidak akan bertahan lama karena rentan terhadap
intrusi dan pemanfaatan yang tidak sah sehingga sumber daya akan cepat terkuras habis.
2.10 Kapital Sosial
Menurut Rustiadi,dkk. 2006, konsep kapital sosial telah dipopulerkan oleh Putnam 1993 walaupun sebelumnya terlebih dahulu telah dikembangkan oleh
Coleman 1988. Putnam 1993 mendefinisikan social capital sebagai gambaran kehidupan sosial yang memungkinkan para partisipan bertindak bersama secara
lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan penelitiannya di Italia, Putnam mengidentifikasi komponen-komponen kunci dari social capital dan
berargumen bahwa keberadaannya merupakan prakondisi untuk 1 pembangunan ekonomi dan, 2 sistem pemerintahan yang efektif.
Kapital sosial diidentifikasikan dan dideskripsikan secara berbeda-beda, Prety and Ward 2001 dalam Rustiadi, dkk. 2006 mengidentifikais empat aspek
utama social capital, yakni : a hubungan saling percaya relations of trust, b adanya pertukaran reciprocity and excahanges, c aturan umum common
rules, norma-norma norms dan sanksi-sanksi sanctions, dan d keterkaitan connectedness, jaringan networks, dan kelompok-kelompok groups.
Sedangkan komponen-komponen kunci dari social capital yang diidentifikasi oleh Putnam 1993, Fukuyama 1995, serta oleh Knack dan Keefer 1997 adalah :
1 jaringan pertemuandialog masyarakat networks of civic engagement, 2 norma-norma yang saling berinteraksitimbal balik norms of generalized
reciprocity, dan 3 social trust.
2.11 Peraturan Zonasi Zoning Regulation
Menurut Zubir 2007, pembangunan kota memerlukan dua instrumen penting, yaitu pertama development plan dan kedua development regulation.
Development plan adalah rencana tata ruang kota yang umumnya di semua negara terdiri dari 3 jenjang rencana yang baku, meliputi rencana umum, rencana
menengah, dan rencana rinci. Rencana umum, dikenal dengan berbagai istilah antara lain strategic plan, structure plan, master plan, schematic plan, general
plan, concept plan dan lain sebagainya. Rencana menengah juga dikenal dengan bebagai istilah antara lain functional plan, zoning plan, district plan, local plan
dan lain sebagainya. Sedangkan rencana rinci dikenal dengan istilah antara lain subdivision plan, land use plan dan sebagainya.
Development regulation adalah suatu perangkat peraturan yang dipakai sebagai landasan dalam menyusun rencana tata ruang mulai dari jenjang rencana
yang paling tinggi sampai kepada rencana yang sifatnya operasional dan juga sebagai alat kendali dalam pelaksanaan pembangunan kota. Development
regulation dikenal juga dengan berbagai macam istilah, antara lain zoning
regulation, zoning ordinance, zoning resolution, zoning code, land management and development code, town planning act and zoning code, planninga act dan
planning rule dan lain sebagainya. Istilah yang paling populer digunakan adalah zoning regulation. Kedua instrumen pembangunan tersebut merupakan dokumen
yang terpisah. Dalam memahami zoning regulation, Zubir 2007 memberikan beberapa
pengertian terkait hal ini yaitu: - Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik yang
spesifik. - Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi
atau karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. - Zoning regulation adalah ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan
penerapannya ke dalam ruang kota, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pemanfaatan lahan.
Tujuan zoning regulation adalah : a.
Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan, keserasian peruntukan lahan dan menentukan tindak atas suatu
satuan ruang. b. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
c. Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang memadai, meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
d. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan. e. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna
serta mendukung partisipasi masyarakat. Adapun fungsi zoning regulation diantarnya :
1. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Zoning regulation dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata
ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang perjabaran rencana yang berisifat makro ke dalam rencana yang bersifat
menengah sampai kepada rencana yang bersifat rinci. 2. Sebagai panduan teknis pengembangan lahan.
Ketentuan-ketentuan teknis yang menjadi kandungan zoning regulation, seperti ketentuan tentang penggunaan rinci, batasan-batasan pengembangan
persil dan ketentuan-ketentuan lainnya menjadi dasar dalam pengembangan dan pemanfaatan lahan.
3. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan Zoning regulation yang lengkap akan memuat ketentuan tentang prosedur
pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya. Ketentuan- ketentuan yang ada karena dikemas dalam aturan penyusunan perundang-
undangan yang baku dapat dijadikan landasan dalam penegakan hukum.
2.12 Sistem Informasi Geografi