102
Tabel 32 Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Penataan PKL Berdasarkan Aspirasi Masyarakat Kota Tasikmalaya
No. Bentuk Penataan
Kelebihan Kelemahan
1. Penataan tempat,
pengaturan lokasi berjualan berdasarkan
jenis dagangan, pengaturan waktu jualan, pengaturan
sarana berdagang Pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar, tetapi hanya perlu kesepakatan
antara pemerintah, PKL dan Masyarakat sekitar.
Diperlukan kontrol yang kuat terhadap pertumbuhan
jumlah, dan lokasi berjualan baik oleh pemerintah,
masyarakat maupun PKL itu sendiri
2. Direlokasi ke satu tempat yang strategis
Tidak akan terjadi bentrok kepentingan antara PKL dengan
Pedagang formal. Penataan bekas PKL akan lebih
mudah sehingga estetika lingkungan akan terjaga
Diperlukan biaya yang relatif besar terutama untuk
penyediaan ruang. Kontrol yang kuat terhadap
bekas lokasi berjualan baik oleh pemerintah, masya-
rakat maupun PKL itu sen- diri agar tidak digunakan
lagi oleh PKL lama maupun Baru.
Tempat yang baru belum tentu disepakati oleh PKL
3. Ditata di suatu gedungpasar
dan penempatannya sesuai jenis dagangan
Penataan bekas PKL akan lebih mudah sehingga estetika
lingkungan akan terjaga, terutama bila penataan ruangnya
berdasarkan kekhususan kegiatan.
Diperlukan biaya yang relatif besar terutama untuk
penyediaan ruang. Akan terjadi bentrok ke-
pentingan dengan pedagang tuan rumah
Kontrol yang kuat terhadap bekas lokasi berjualan baik
oleh pemerintah, masyara- kat maupun PKL itu sendiri
agar tidak digunakan lagi oleh PKL lama maupun
Baru.
Tabel 33 Kelebihan dan Kelemahan Kebijaksanaan Struktural dan Edukatif Dalam Penataan PKL
No. Bentuk Penataan
Kelebihan Kelemahan
1. Struktural - Jika kebijaksanaannya lunak
berarti pemerintah mempunyai perhatian dan peranan besar
terhadap penataan PKL - Akan tercipta suatu penataan yang
terarah karena danya pengatturan dari pemerintah bersama PKL dan
masyarakat - Jika kebijaksanaannya bersifat
keras, berarti pemerintah kurang peduli terhadap PKL karena
kebijakannya tidak mendukung PKL.
- Perkembangan PKL tidak akan terkendali dan akan terus terjadi
kucing-kucingan antara aparat dan PKL karena kebijakan yang
memberatkan PKL
2. Edukatif - PKL dianggap sebagai contoh
wirausahawan yang berhasil Tidak adanya dukungan dari
pemerintah akan menimbulkan perkembangan PKL yang semakin
tak terkendali dan kenyamanan serta ketertiban kota semakin
memburuk
103
7.3 Tinjauan Terhadap Trayek Angkutan Umum
Infrastruktur merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan suatu kota karena merupakan penghubung dalam pergerakan aktivitas masyarakatnya.
Begitupula di Kota Tasikmalaya, untuk mendukung aktivitas masyarakat sehari- hari dibangun sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi
masyarakat serta sarana dan prasarana transportasi sebagai alat bagi masyarakat untuk melakukan pergerakan.
Berkaitan dengan sarana transportasi sebagai akses bagi masyarakat Kota Tasikmalaya dalam melakukan aktivitas ekonomi dan aktivitas lainnya,
Pemerintah Kota Tasikmalaya telah menetapkan rute trayek angkutan umum yang melayani trayek dalam kota berupa angkutan kota sebanyak 19 trayek sesuai
dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 11 tahun 2007. Trayek angkutan umum ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk
melakukan rekayasa transportasi dalam rangka penataan PKL dengan mengubah- ubah trayek angkutan umum itu sehingga suatu lokasi dapat dihidupkan dan
dimatikan. Gambaran mengenai trayek angkutan umum dapat dilihat pada Gambar 32.
Berdasarkan data trayek angkutan kota di Kota Tasikmalaya didapatkan bahwa dari 19 trayek angkutan kota terdapat 11 trayek yang melalui pusat kota.
Dari hal itu, bisa kita lihat bahwa kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya memusatkan semua pergerakan melalui pusat kota karena fungsikegiatan yang
diembannya diantaranya : 1. perkantoran pemerintahan,
2. perdagangan dan jasa skala regional dan kota, 3. ruang terbuka utama kota alun-alun dan taman kota,
4. fasilitas umumsosial skala kota dan regional, 5. perumahanpermukiman pusat kota.
Berdasarkan fungsi pusat kota di atas, maka dapat dibayangkan besarnya tingkat keramaian pergerakan masyarakat di Kota Tasikmalaya. Penetapan
trayek angkutan umum melalui pusat kota yang dilandasi oleh fungsi pusat kota sebagai pusat perdagangan dan jasa CBD mengakibatkan berkembangnya
perdagangan formal di daerah itu yang menimbulkan efek multiplier terhadap
104
105 timbulnya PKL di pusat kota.
Hal itu tentu saja menjawab alasan mengapa PKL tumbuh di pusat kota dan pada saat dipindahkan ke lokasi lain yang tidak begitu jauh dari pusat kota,
PKL itu kembali lagi. Fenomena ini tentusaja tidak terlepas dari penetapan kebijakan trayek angkutan itu.
Berdasarkan hal itu, Pemerintah Kota Tasikmalaya bisa saja merelokasi para PKL ke daerah lain, misalnya ke bekas Terminal Cilembang dengan mengalihkan
jalur angkutan kota yang ada ke daerah itu sehingga aktivitas ekonomi bisa lebih menyebar dan tidak terpusat di pusat kota serta masalah kemacetan akan teratasi.
Dengan melakukan hal itu, akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya: Pemerintah Kota Tasikmalaya akan mudah melakukan pengendalian
terhadap kegiatan para PKL, PKL memiliki ruang untuk melakukan kegiatannya, konsumenmasyarakat tidak akan terganggu haknya karena ruang publik yang
digunakan PKL mengganggu aktivitasnya serta masyarakat yang ingin berbelanja di tempat PKL langsung datang ke daerah yang diperuntukkan bagi PKL itu.
Dengan demikian, kota akan terlihat rapi, tertib, dan teratur tanpa menghilangkan hak orang lain.
Selain itu, masalah penataan PKL juga bisa dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan wilayah yang berbatasan dengan Kota Tasikmalaya seperti
dengan Kabupaten Tasikmlaya, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Garut. Bisa saja dari ketiga daerah itu bersedia untuk menampung PKL dengan menetapkan
suatu kawasan tertentu sebagai kawasan PKL. Namun, tentu saja untuk melakukan hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
7.4 Ringkasan
Berdasarkan hasil diskusi, penataan PKL di Kota Tasikmalaya dilakukan dengan relokasi in-situ di tempat dengan melakukan penataan sarana berdagang,
pengaturan waktu berdagang time sharing, dan penataan lokasi berdagang berdasarkan jenis dagangan ada yang campuran dan ada yang homogen.
Hal itu diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan sebesar 53,66 PKL menginginkan relokasi bersifat in-situ, tetapi pedagang dan konsumen
masyarakat menginginkan di relokasi ke tempat lain yang strategis. Berkaitan