Model-model Penataan PKL di Indonesia

tempat parkir dengan meniru kefleksibelan dan kecocokan kondisi suatu tempat terhadap gaya hidup kaum kota modern dan lingkungan kota dari tiap kota-kota modern.

2.5 Model-model Penataan PKL di Indonesia

Penelitian atau kajian mengenai penataan PKL di kota-kota di Indonesia memiliki model yang berbeda-beda, ada yang melalui pendekatan bottom-up dan ada pula yang menggunakan pendekatan yang partisipatif melalui diskusimusyawarah sehingga menghasilkan kesepakatan bersama. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan diantaranya di Kota Bogor dengan mengklasifikasikan PKL ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok pembinaan, kelompok penataan, dan kelompok penertiban. Pengklasifikasian itu berdasarkan beberapa variabel yang digunakan yaitu : Skor komponen kemacetan, Skor dampak node yang ada di sekitar kawasan, Rata-rata tenaga kerja yang digunakan setiap pedagang, Rata-rata omset harian setiap pedagang, Rata-rata modal usaha setiap pedagang, dan Rata-rata durasi waktu berjualan Sudarmadji, dkk., 2006. Berdasarkan skor kemacetan tersebut, lalu dikelompokkan dengan menggunakan analisis faktor dan analisis kluster untuk mengelompokkan PKL kedalam 3 kelompok di atas sehingga penanganan atau program yang akan dilakukan sesuai jenis kelompoknya dimana kelompok pembinaan merupakan kelompok PKL yang mendapatkan prioritas pertama untuk ditangani. Model penataan lain yang sekarang sedang menjadi contoh bagi kota-kota di Indonesia ialah model penataan PKL di Kota Solo. Model penataan PKL Kota Solo dilakukan dengan pendekatan dialogis dan komunikatif yang mengusung misi nguwongke wong cilik memberi martabat pada orang kecil dengan cara membuat kawasan PKL dan membuat kantong-kantong PKL melalui relokasi, gerobak, shelter, dan tenda Kompas, 15-5-2008. Pemerintah Kota Solo melakukan penataan PKL dengan merelokasi dari Monumen Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi dengan melakukan kirab boyongan dan upacara adat lihat Gambar 11 yang dilakukan oleh PKL dan Pemerintah Kota Solo beserta DPRD Kota Solo yang disaksikan oleh lebih dari separuh penduduk Kota Solo presentasi Walikota Solo, Mei 2008 di Bogor. Gambar 11 Kirab Upacara Boyongan Pindahan PKL dari Monumen Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi kiri dan kondisi PKL Setelah dipindah ke Pasar Klithikan kanan Selain itu juga dibangun shelter-shelter di Stadion Manahan dan Kleco dan memberi gerobak untuk pedagang lihat Gambar 12. Kemudian, Pemerintah Kota Solo juga melakukan revitalisasi pasar tradisional diantaranya Pasar Nusukan, Pasar Sidodadi, dan Pasar Kembang. Gambar 12 Kondisi PKL Manahan Dalam rangka memperkenalkan dan meningkatkan kuliner Kota Solo juga dibuat pusat jajanan malam yaitu Gladag Langen Bogan dengan membangun tenda-tenda Gambar 13. Gambar 13 Pusat jajanan Kota Solo yang asalnya berupa bangunan semi permanen di pinggir jalan kini diubah menjadi tenda-tenda kiri dan penyeragaman gerobak untuk pedagang yang asalnya menggunakan gerobak keliling.

2.6 Kekuatan dan Potensi dari PKL