cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan.
Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didisain untuk menerima data spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan
mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini adalah data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan
data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah besar. SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan
pengindraan jauh dalam menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh tersebut tergantung pada cara penanganan dan
pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang berguna.
2.13 Kerangka Pemikiran
Menurut UU No. 26 tahun 2007, penataan ruang didefinisikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Terkait perencanaan kawasan perkotaan, dalam undang- undang tersebut Pasal 28c disebutkan harus disediakan rencana penyediaan dan
pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Barat, Kota Tasikmalaya memiliki visi ingin mewujudkan ”Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan
Timur pada tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun 2025”. Selaras dengan visi tersebut, keberadaan sektor perdagangan dan industri sangat berperan penting
dalam kegiatan perekonomian Kota Tasikmalaya. Dengan adanya amanat UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 dan PP No. 69 tahun 1996, maka dalam
rencana tata ruang wilayah kota harus disediakan sarana dan prasarana untuk sektor informal, salah satunya PKL dengan mengikutsertakan peran masyarakat
dalam proses perencanaannya. Dengan demikian, dalam untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan
langkah-langkah dalam mengkaji PKL di suatu wilayah atau daerah yang menurut
Deguchi 2005 bahwa dalam re-evaluasi PKL perlu diteliti hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya tipologi dari karakteristik PKL yang diidentifikasi berdasarkan kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku bisnis berdasarkan aspek fisik dan sosial.
2. Sistem administrasi pemerintah dan implementasi-implementasinya yang belum mengatur penggunaan jalan raya dan tempat-tempat yang kondisinya
penuh dengan kegiatan dari PKL sebagai sektor informal. 3. Adanya penyelewengan dan sistem manajemen sendiri didalam karakteristik
teknik pembuatan dan siklus jam kerja yang membolehkan penggunaan sementara dan efisien dari jalan raya dan tempat parkir.
Berkaitan dengan tujuan spesifik dari penelitian ini yang pertama ialah mengkaji aspek sosial ekonomi dari PKL. Maka perlu diidentifikasi jumlah PKL
beserta jenis usahadagangannya, lokasi penempatannya, modal usaha, social capital jaringannetworking, norma-norma, dan social trust, dan kelembagaan
dari PKL. Dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah secara sederhana
Geddes mengemukakan ada tiga tahapan, yaitu input, analisis, dan rencana. Setelah ada input berupa aspek sosial dan ekonomi dari PKL, maka dalam proses
analisisnya dipertimbangkan pula aspek kebijakan pemerintah dalam penataan ruang yang direpresentasikan dalam dokumen RTRW atau RDTR Kota
Tasikmalaya. Hal itu dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pemerintah memperhatikan kebutuhan PKL dan sektor informal secara luas yang dituangkan
dalam konsep ruang. Dengan berdasarkan aspirasi dari masyarakat, PKL pendekatan Ethic,
dan pemerintah pendekatan Emic dengan menggunakan tools analisis akan dibuat beberapa alternatif konsep penataan yang sesuai dengan kondisi eksisting
yang ada dan kebijakan yang ada. Dari setiap aspirasi stakeholder PKL, masyarakat dan pemerintah yang
menghasilkan alternatif perencanaan itu tentunya terdiri atas tiga tahapan penataan ruang yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian yang tentunya
menurut aspirasi masing-masing pihak. Berdasarkan pemikiran di atas, maka disusun kerangka pemikiran studi yang dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Modernisme
PKL tidak mendapatkan tempat karena segala sesuatu haru serba teratur, efisien
VS
Post-modernisme
Dicirikan dengan karakteristik adanya pengakuan dan penghargaan atas hak setiap
individu dalam mengontrol dirinya sendiri
Pendekatan Partisipatif dalam penataan PKL
PKL Masyarakat Umum, Pedagang Formal
Pemerintah - Jumlah PKL
- Jenis Usaha - Modal Usaha
- Lokasi - Asal PKL
- Sosial Kapital - Kelembagaan
- Aspirasi PKL mengenai penataan
dan pengaturannya - Jumlah Penduduk
- Karakteristik Konsumen - Persepsi dan Aspirasi Masyarakat
tentang PKL dan penatannya - Persepsi dan Aspirasi Pedagang
tentang PKL dan penatannya - Kebijakan yang terkait penataan
PKL di Kota Tasikmalaya - Aspirasi dan persepsi mengenai
PKL dan penataannya
Penataan PKL Berdasarkan “demand driven”
Penataan PKL Menurut Masyarakat Penataan PKL Berdasarkan
“supply driven”
Alternatif Penataan PKL yang optimal - Analisis Statistik Deskriptif
- Analisis Spearman - Analisis Deskriptif
- Analisis Statistik Deskriptif - Analisis Deskriptif
- Analisis Deskriptif - SIG
Perencanaan Pemanfaatan
Pengendalian Perencanaan
Pemanfaatan Pengendalian
Perencanaan Pemanfaatan
Pengendalian - Analisis Deskriptif
- SIG
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, dengan lingkup wilayah studi area PKL di BWK I. Alasan dipilihnya BWK I karena kawasan ini
merupakan kawasan pusat kota dimana kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi dan dominasi PKL di Kota Tasikmalaya terdapat di daerah ini.
Orientasi wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 15 dan batas administrasi wilayah studi pada Gambar 16. Adapun penelitian lapangan dilaksanakan pada
bulan Februari-Mei 2008.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan dari publikasi data-data statistik BPS yang terdiri dari data Kota
Tasikmalaya dalam angka, data-data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, data-data dari Satpol PP, data RTRW dan RTBL Kota Tasikmalaya, dan sumber-
sumber lain yang mendukung topik penelitian. Jenis data sekunder yang dikumpulkan meliputi data jenis dan jumlah
PKL, jumlah penduduk, arahan pemanfaatan ruang Kota Tasikmalaya, rencana tata guna lahan BWK I, desain jalan dan parkir BWK I, dan Peta Trayek
Angkutan Umum.
3.2.2 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan kuesioner dan wawancara semi terstruktur terhadap informan-informan kunci, yaitu beberapa tokoh
masyarakat Kota Tasikmalaya, PKL, pedagang formal yang berada di daerah sekitar PKL, konsumen yang berbelanja di PKL, masyarakat umum, pihak
Pemerintah Kota Tasikmalaya yang terdiri dari Bapeda Kota Tasikmalaya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Dinas Koperasi dan UKM, dan
Polisi Pamong Praja.