Karakteristik Konsumen KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN

hampir 100 dari PKL, pedagang formal, dan konsumen tidak tahu tentang RTRW Kota Tasikmalaya. Masyarakat umum yang tahu hanya yang pernah terlibat dalam penyusunan dan sosialisasi RTRW Kota Tasikmalaya dan jumlahnya pun hanya sedikit sekali dibandingkan jumlah total penduduk Kota Tasikmalaya. Ketidaktahuan masyarakat terhadap penataan ruang RTRW ini disebabkan tidak diikutsertakannya masyarakat khususnya PKL dalam proses penyusunan RTRW dan sosialisasi RTRW sehingga aspirasi mereka tidak terwakili dalam rencana tata ruang Kota Tasikmalaya dimana penataan PKL tidak ada dalam program rencana pembangunan Kota Tasikmalaya.

6.1.2 RDTR BWK I dan RTBL Kawasan Pusat Bisnis

Berdasarkan RDTR BWK I dan RTBL Kawasan Pusat Bisnis, pusat Kota Tasikmalaya yang merupakan wilayah studi penelitian merupakan kawasan pusat bisnis yang memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta industri kecil dengan tingkat pelayanan dalam skala regional. Untuk lokasi dari pusat kota sendiri berada di sekitar Mesjid Agung Kota Tasikmalaya yang merupakan kawasan dengan kegiatan perdagangan dan jasa komersial. Secara umum kawasan pusat Kota Tasikmalaya merupakan kawasan yang memiliki tingkat aktivitas cukup tinggi, baik itu aktivitas yang berskala kecil ataupun aktivitas yang berskala besar. Jika dilihat berdasarkan fungsi kegiatannya, kawasan pusat kota di Tasikmalaya memiliki beberapa fungsi kegiatan, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, kesehatan, pendidikan dan perdagangan serta jasa komersial. Pada saat ini kawasan pusat kota sudah bukan merupakan pusat administrasi dan pemerintahan. Hal ini dapat terlihat dari adanya rencana pembangunan kawasan perkantoran pemerintah kota di BWK V. Dalam RDTR BWK I sudah ada mengenai rencana penanganan PKL yang meliputi : 1. Pemilahanpengelompokkan para pedagang kaki lima menurut kategori jenis barangjasa. Secara garis besar pengelompokkan pedagang kaki lima menurut barang danatau jasa adalah sebagai berikut. • Pedagangpenyedia jasa pembuatan stempel, gravier, plakat dan sejenisnya • Pedagangpenyedia barang elektrik seperti CD, kaset, radio, dan perlengkapan elektrik lainnya. • Pedagangpenyedia barang-barang hiasanaksesoris pakaian dan sejenisnya. • Pedagangpenyedia barang-barang bacaan seperti buku, koran, majalah dan sejenisnya. • Pedagangpenyedia barang-barang makanan dan minuman, termasuk didalamnya pedagang buah-buahan. • Pedagangpenyedia barang-barang sandang, baik kemeja, celana panjang- pendek, pakaian dalam dan sejenisnya. 2. Pemilihan dan penyediaan tempat berdagang bagi para pedagang kaki lima berdasarkan kelompok barangjasa yang diperjualbelikan. Dalam rangka mengurangi kesemrawutan pemanfaatan ruang yang selama ini terjadi serta dalam rangka kemudahan aksesibilitas bagi konsumen menurut kelompok barang, maka penyediaan tempat para pedagang kaki lima dalam RDTR BWK I diarahkan sebagai berikut: o Pedagangpenyedia jasa pembuatan stempel, gravier, plakat dan sejenisnya diarahkan menempati ”ruang” ruas jalan yang berdekatan dengan kawasan perkantoran danatau pemerintahan. Ruas jalan dimaksud di antaranya Jalan Empangsari, Jalan Pemuda, dan Jalan Otto Iskandardinata. o Pedagangpenyedia barang makanan, minuman dan buah-buahan diarahkan menempati ”ruang” ruas jalan yang berdekatan dengan kawasan perbelanjaan, dan kawasan hiburan dan rekreasi. Ruas jalan dimaksud di antaranya Jalan Yudanegara dan Jalan Sukawarni. o Pedagangpenyedia barang elektrik seperti CD, kaset, radio, dan perlengkapan elektrik lainnya diarahkan menempati ”ruang” ruas Jalan Cihideung dan Jalan Cihideung Balong. o Pedagangpenyedia barang-barang hiasanaksesoris pakaian dan sejenisnya serta pedagangpenyedia barang-barang bacaan seperti buku, koran, majalan dan sejenisnya diarahkan menempati ”ruang” ruas Jalan Tentara Pelajar, Jalan Panyerutan, dan Jalan Pataruman. o Pedagangpenyedia barang-barang sandang, baik kemeja, celana panjang- pendek, pakaian dalam dan sejenisnya pada ruas Jalan Selakaso. Jika kita telaah dalam RDTR BWK I itu sudah ada rencana penanganan untuk PKL yaitu berupa penataan yang bersifat mengelompok cluster dimana lokasi pedagang dikelompokkan berdasarkan jenis dagangannya. Namun, dalam skenario yang dibuat dalam RDTR ini tidak ada landasan yang mendasari pengelompokkan ini. Berdasarkan data di atas, dapat digambarkan penataan PKL berdasarkan RDTR BWK I yang dapat dilihat pada Gambar 27. Hal ini dapat dilihat dari lokasi PKL yang diperbolehkan tidak mengakomodir penataan lokasi-lokasi lain dimana saat ini PKL berada, seperti PKL yang berada di Jl. HZ. Mustofa, Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Kidul, Jl. Pasar Baru, Jl. Pasar Wetan, Jl. Gunung Sabeulah, Jl. Veteran, dan Kawasan Dadaha yang saat ini sedang menjadi isu dalam ’penertiban’ yang dilakukan oleh Satpol PP dimana lokasi-lokasi ini termasuk kedalam BWK I. Penyusunan RDTR ini dilakukan pada akhir tahun 2007 sampai awal 2008 dimana saat itu pemerintah Kota Tasikmalaya sedang melakukan penataan terhadap PKL Kawasan Dadaha. Dengan demikian penyusunan RDTR BWK I ini tidak melibatkan peranserta dari PKL itu sendiri karena dalam rencananya pun seharusnya mempertimbangkan aspirasi dari PKL, konsumen, pedagang formal, dan masyarakat setempat sehingga rencana yang dibuat sesuai dengan aspirasi seluruh pihak. Dalam RTBL Kawasan Pusat Bisinis yang disusun pada tahun 2004 tidak memuat mengenai penataan PKL tapi hanya berisi rencana disain pedagang formal saja. Hal ini disebabkan pada saat itu UU Tata Ruang yang baru belum lahir dan dalam perencanaannya kurang melibatkan peranserta PKL.

6.1.3 Perda No.7 Tahun 2005 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum

Peraturan Derah di Kota Tasikmalya yang mengatur PKL secara khusus belum ada namun aturan yang ada yaitu Perda No. 7 Tahun 2005 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum. Dalam perda itu diatur mengenai beberapa hal diantaranya : 1. Pada bagian kedua tentang tertib lalu lintas, pasal 7 ayat 1 berbunyi : “setiap