Densitas benih ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis

Tabel 24 Estimasi densitas benih ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis ukuran panjang badan total antara 5 – 7 cm Jenis perlakuan Konsentrasi O 2 terlarut terendah mg O 2 liter Densitas JB model palka ekor JBmodel palka -20 ekor DB ekorliter Resirkulasi- aerasi 6,5 DB min 34 27 3,0 DB maks 72 58 6,4 Resirkulasi 6,4 DB min 33 27 3,0 DB maks 71 57 6,3 Aerasi 6,5 DB min 34 27 3,0 DB maks 72 58 6,4 Keterangan: JB = jumlah benih ikan DB = densitas benih ikan Tabel 24 menyajikan hasil estimasi densitas benih ikan berdasarkan nilai konsentrasi oksigen terlarut terendah yang terukur selama 24 jam pada kajian sistem pemeliharaan kualitas air. Pada Tabel 24 terlihat bahwa pada setiap sistem pemeliharaan kualitas air yang berbeda, jumlah benih ikan dalam satu liter air laut relatif sama. Hal ini disebabkan karena nilai minimal dari konsentrasi oksigen terlarut pada ketiga sistem pemeliharaan kualitas air relatif sama. Untuk selanjutnya, densitas benih ikan yang diperhitungkan adalah 80 dari jumlah benih yang diperoleh dengan menggunakan persamaan 2. Pengurangan 20 dilakukan untuk lebih memberikan zona aman save zone bagi ketersediaan konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Hal ini dikarenakan, pada saat transportasi benih ikan tersebut dilakukan, sangat sulit dilakukan proses sterilisasi palka, air laut dan ikan yang akan dimasukkan ke dalam palka dari kemungkinan adanya jasad renik seperti bakteri dan virus yang mungkin saja terdapat di dalam air laut atau bahkan menempel pada benih ikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Zimmermann and Kunzmann 2001, bahwa di dalam air laut dan pada tubuh ikan, banyak terdapat bakteri atau virus yang juga mengkonsumsi oksigen sebagaimana halnya ikan. Berdasarkan hasil estimasi terhadap densitas benih ikan kerapu bebek tersebut, terlihat bahwa densitas benih ikan pada setiap perlakuan memiliki nilai yang sama baik pada densitas minimum maupun maksimum, yaitu masing-masing 3 dan 6 ekorliter. 5.4 Uji Coba Mitigasi Risiko Terhadap Ketahanan Hidup Benih Ikan Kerapu Bebek Kajian pada tahap ini adalah merupakan uji coba dari hasil kajian mitigasi yang meliputi desain palka sub bab 5.1, sistem pemeliharaan kualitas air sub bab 5.2 dan densitas benih ikan kerapu bebek berdasarkan konsumsi oksigen benih ikan sub bab 5.3. Dalam uji coba mitigasi, desain palka yang digunakan adalah model palka berbentuk kotak yang dilengkapi sirip peredam di dinding bagian dalam model palka. Adapun sistem pemeliharaan kualitas air yang digunakan dalam uji coba adalah sistem kombinasi resirkulasi-aerasi. Pemilihan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi dalam uji coba disebabkan karena sistem tersebut secara rata-rata menghasilkan nilai konsentrasi oksigen yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kedua sistem pemeliharaan kualitas air lainnya. Adapun suhu air laut yang dihasilkan oleh sistem kombinasi resirkulasi-aerasi tersebut tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan sistem resirkulasi. Selanjutnya densitas benih ikan kerapu bebek yang digunakan dalam uji coba adalah 80 dari densitas maksimum DB maks , - 20. Pengurangan sebesar 20 dari DB maks telah dipaparkan dalam sub bab yang membahas tentang densitas benih ikan 5.3.2, sehingga jumlah benih ikan kerapu bebek berukuran TL antara 5-7 cm yang digunakan dalam uji coba adalah sebanyak 58 ekor per unit model palka atau sebanyak 232 ekor per percobaan untuk 4 unit model palka per percobaan. Tingkat ketahanan hidup benih ikan merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam transportasi benih ikan. Tingkat ketahanan hidup benih ikan yang tinggi merupakan indikasi keberhasilan sistem transportasi tersebut. Oleh karena itu, sistem pemeliharaan kualitas air dan densitas benih ikan yang tepat dalam suatu volume air merupakan dua faktor yang mendukung keberhasilan transportasi benih ikan. Pada kajian risiko yang dipaparkan dalam bab 4, kematian benih ikan selama transportasi dapat pula disebabkan karena terbaliknya kapal. Terbaliknya kapal yang dimaksud adalah disebabkan karena adanya efek free surface saat terjadinya gerakan rolling kapal yang dapat mengakibatkan menurunnya stabilitas kapal. Berdasarkan paparan di atas, maka uji coba adalah merupakan upaya untuk membuktikan hasil kajian mitigasi yang telah dilakukan terhadap survival ratio benih ikan kerapu bebek dalam simulasi transportasi. Oleh karena itu, materi uji coba yang digunakan adalah implementasi dari hasil kajian mitigasi yang sebelumnya telah dilakukan. Materi uji coba yang dimaksud adalah mencakup desain palka, sistem pemeliharaan kualitas air dan densitas benih ikan hasil kajian mitigasi tingkat risiko. Hasil uji coba ini sekaligus akan digunakan pada kajian ulang tingkat risiko KPIH ‘Opened hull’ untuk benih ikan kerapu bebek. Dengan demikian, tujuan khusus dalam pelaksanaan uji coba ini adalah: 1 Mengetahui apakah sistem kombinasi resirkulasi-aerasi mampu menyediakan kualitas air laut sesuai dengan kebutuhan benih ikan kerapu bebek. 2 Mengetahui apakah pemasangan sirip peredam akan mempengaruhi survival ratio benih ikan kerapu bebek dan kualitas air laut yang berada di dalam model palka, 3 Mengetahui apakah densitas benih ikan yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan konsumsi oksigen benih ikan kerapu bebek dapat diterapkan dalam transportasi. 4 Menentukan tingkat survival ratio benih ikan kerapu bebek selama simulasi transportasi dengan menggunakan hasil kajian mitigasi risiko, Uji coba dilakukan selama 48 jam. Hal ini dimaksudkan karena desain palka dan sistem pemeliharaan kualitas air yang melengkapinya, dirancang untuk dapat mempertahan hidup benih ikan kerapu bebek yang diangkut dengan menggunakan KPIH selama minimal 48 jam perjalanan.

5.4.1 Tingkat ketahanan hidup benih ikan kerapu bebek

Berdasarkan hasil uji coba ketahanan hidup benih ikan kerapu bebek diketahui bahwa seluruh benih ikan kerapu bebek tetap bertahan hidup hingga akhir pengamatan, yaitu setelah 48 jam. Setelah benih-benih ikan tersebut melewati masa eksperimen selama 48 jam, selanjutnya benih-benih ikan tersebut dikeluarkan dari dalam model palka untuk dimasukkan ke dalam bak penampungan. Peneliti menyiapkan dua bak penampungan, satu bak penampungan hanya berisi air laut saja sedangkan bak penampungan lainnya telah diisi beberapa ekor benih ikan kerapu bebek berukuran yang sama. Saat dimasukkan ke dalam bak penampungan, tidak dilakukan proses aklimatisasi yang bertujuan untuk mempercepat proses adaptasi benih ikan dengan lingkungan yang barunya. Proses pengangkatan benih ikan dari dalam keempat model palka ke bak penampungan berlangsung sekitar 5 menit. Saat benih ikan yang telah diikutkan dalam percobaan dimasukkan ke dalam bak penampungan yang hanya berisi air laut saja, benih-benih ikan tersebut segera berenang ke dasar bak dan kemudian diam di dasar tanpa menggerakkan siripnya untuk beberapa saat. Sekitar 6 menit kemudian, beberapa ikan baru ada yang mulai bergerak berenang ke atas permukaan. Tidak lebih dari 1 menit kemudian atau tidak lebih dari 7 menit setelah dimasukkan ke dalam bak penampungan, ikan yang telah berada di permukaan mulai diberi makan dan mau. Setelah sekitar 15 menit setelah ikan dimasukkan ke dalam bak penampungan, semua ikan telah naik ke permukaan dan memakan makanan yang diberikan. Adapun benih ikan yang dimasukkan ke dalam bak penampungan yang telah berisi beberapa ekor benih ikan kerapu bebek dengan ukuran yang sama, saat dimasukkan ke dalam bak penampungan, benih-benih ikan tersebut juga segera berenang ke dasar bak dan kemudian diam di dasar tanpa menggerakkan siripnya untuk beberapa saat. Akan tetapi sekitar 2 menit kemudian, beberapa ikan telah ada yang mulai bergerak berenang ke atas permukaan. Kurang dari 1 menit kemudian atau tidak lebih dari 3 menit setelah dimasukkan ke dalam bak penampungan, ikan yang telah berada di mulai memakan makanan yang diberikan. Tidak lebih dari 5 menit setelah ikan dimasukkan ke dalam bak penampungan, semua ikan telah naik ke permukaan dan memakan makanan yang diberikan. Jika kedua kondisi benih ikan kerapu bebek di kedua bak penampungan tersebut dibandingkan, maka terlihat bahwa benih ikan yang dimasukkan ke dalam bak penampungan yang berisi beberapa ekor benih ikan kerapu bebek, lebih cepat beradaptasi yaitu sekitar 5 menit. Pernyataan ini sebaiknya diteliti lebih lanjut lagi. Kesimpulan sementara, penerapan sistem kombinasi resirkulasi-aerasi sebagai sistem pemeliharaan benih ikan kerapu bebek selama transportasi tidak saja mampu mempertahankan hidup benih ikan hingga 100 , akan tetapi juga setelah transportasi. Hasil perhitungan survival ratio dari masing-masing pengukuran disajikan pada Tabel 25. Adapun grafik survival ratio pada saat simulasi transportasi dan pasca