1.3 Perumusan Masalah
Tingginya permintaan akan ikan kerapu bebek dalam kondisi hidup mengakibatkan terjadinya pengalihan pengadaan ikan kerapu bebek dari alam ke upaya
budidaya ikan kerapu bebek. Kegiatan budidaya ikan kerapu bebek terdiri dari dua kegiatan yaitu budidaya pembenihan ikan dan budidaya pembesaran ikan yang biasanya
berada pada lokasi yang terpisah dan berjauhan. Sebagai contoh, saat ini lokasi budidaya pembenihan ikan kerapu terdapat di tiga lokasi yaitu di Lampung, Situbondo
dan Bali. Adapun lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu di antaranya adalah di Kepulauan Seribu, Kepulauan Natuna, Nusa Tenggara Barat dan sebagainya. Lokasi
yang berjauhan tersebut mengakibatkan perlu adanya mekanisme yang tepat dalam mendistribusikan benih-benih ikan tersebut dari lokasi budidaya pembenihan ke lokasi
budidaya pembesaran. Akan tetapi media transportasi yang khusus untuk mengangkut benih ikan kerapu, khususnya benih ikan kerapu bebek berukuran antara 5 – 7 cm TL,
dalam jumlah besar dan dengan risiko kematian yang rendah belum tersedia. Dalam FAO Corporate Document Repository, penyebab kematian ikan dalam
transportasi adalah disebabkan karena kurangnya konsentrasi oksigen terlarut, dan tingginya konsentrasi amoniak di dalam air. Selain itu, perubahan suhu air yang ekstrim
dan terjadinya stres ikan akibat perubahan kondisi lingkungan dan keterbatasan ruang gerak ikan juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ikan dalam
transportasi. Oleh karena itu, permasalahan transportasi benih ikan yang harus dicarikan solusinya, khususnya apabila transportasi benih ikan dilakukan dengan
menggunakan KPIH adalah: 1
Bagaimana cara menyediakan dan mempertahankan kualitas air laut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan selama transportasi. Kualitas air laut yang
dimaksud adalah air laut dengan konsentrasi oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan, suhu air yang tidak berfluktuasi dan kadar amoniak yang
rendah. 2 Menyediakan ruang gerak yang optimal bagi benih ikan untuk menghindari
terjadinya stres pada ikan, dan 3 Menyediakan palka yang mampu meredam efek free surface dari muatan yang
terdapat di dalam palka KPIH. Free surface akan terjadi pada muatan yang
berupa liquid. Jenis muatan KPIH adalah muatan liquid. Hal ini disebabkan karena muatan KPIH terdiri dari ikan yang dimasukkan ke dalam air laut,
sehingga sifat muatannya akan didominasi oleh sifat muatan liquid. Efek free surface
akan memperburuk kualitas stabilitas kapal terlebih saat terjadi gerakan rolling
. Selain itu, efek free surface diduga akan mengakibatkan benih ikan stres pada saat terjadinya pergerakan air laut saat kapal melakukan gerakan rolling.
Apabila ketiga permasalahan tersebut dapat dicarikan solusinya, maka penggunaan KPIH sebagai moda angkutan benih ikan yang berukuran kecil dapat
digunakan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alternatif moda angkutan ikan hidup dengan kapasitas angkut yang besar dan tingkat risiko kematian ikan yang kecil.
Pada akhirnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas budidaya kerapu di Indonesia. Terlebih jika lokasi budidaya pembesaran
ikan kerapu bebek tersebut berada di pulau-pulau kecil di Indonesia.
1.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan transportasi sebagaimana telah dipaparkan dalam sub bab perumusan masalah, maka terdapat beberapa hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu: 1
Penggunaan sistem sirkulasi sebagai sistem pemeliharaan kualitas air laut pada KPIH akan menurunkan survival ratio ikan selama transportasi,
2 Penetapan densitas benih ikan berdasarkan kebutuhan oksigen ikan akan
meningkatkan survival ratio benih ikan selama transportasi, dan 3
Pembuatan desain palka yang mampu meredam efek free surface akan meningkatkan survival ratio benih ikan selama transportasi dan mencegah
menurunnya kualitas stabilitas kapal.