Tingkah laku benih ikan di dalam model palka

komunitas dengan jumlah yang banyak. Hal ini sesuai dengan hasil kajian saat pengukuran konsumsi oksigen benih ikan, dimana terlihat bahwa benih ikan yang tidak berada sendiri di dalam tabung respirometer, nampaknya lebih tidak stres bila dibandingkan dengan yang sendirian di dalam tabung respirometer. Kondisi ini didukung dari pengurangan nilai konsumsi oksigen terlarut oleh individu benih ikan yang berada sendiri di dalam tabung respirometer yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai konsumsi oksigen terlarut oleh individu benih ikan yang tidak berada sendiri di dalam tabung respirometer. Lebih tingginya konsentrasi NH 3 yang dihasilkan oleh benih ikan yang sendiri di dalam tabung respirometer bila dibandingkan dengan konsentrasi NH 3 yang dihasilkan oleh benih ikan yang tidak berada sendiri di dalam tabung respirometer, turut menjadi bukti yang memperkuat dugaan bahwa benih ikan yang berada sendiri di dalam tabung respirometer lebih stres bila dibandingkan dengan benih ikan yang tidak sendiri di dalam tabung respirometer. Pada Gambar 55 disajikan aktivitas benih ikan kerapu bebek sebanyak 58 ekor selama 48 jam pada tiga kali pengamatan. Dalam eksperimen, benih ikan dimasukkan ke dalam model palka pada jam 08.00 WIB dan baru diangkat dari dalam model palka pada jam 08.00 WIB dua hari kemudian. Pada pengamatan aktivitas awal setelah 10 menit benih ikan dimasukkan ke dalam model palka, pada ketiga pengamatan tingkah laku benih ikan berdasarkan tiga jenis aktivitas yang dilakukan yaitu diam, hanya menggerakkan sirip dan berenang kecil, terlihat bahwa benih-benih ikan tersebut cenderung hanya diam saja tanpa menggerakkan sirip. Barulah setelah empat jam di dalam model palka, saat pengamatan terlihat beberapa benih ikan, yaitu sekitar 30 – 60 dari total jumlah benih ikan di setiap model palka, menggerakkan siripnya dan bahkan sekitar 5 – 25 dari total jumlah benih ikan di dalam model palka sudah ada yang melakukan aktivitas berenang kecil. Pada ketiga pengamatan terhadap aktivitas benih ikan di dalam model palka, tidak terlalu menampilkan kecenderungan aktivitas yang sama pada ketiga pengamatan. Akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa benih-benih ikan tersebut selama di dalam model palka didominasi oleh benih-benih ikan yang hanya diam saja tanpa menggerakkan sirip apalagi berenang kecil. Pada Gambar 56 disajikan posisi keberadaan benih ikan di dalam model palka selama 48 jam pada tiga kali pengamatan. Pengamatan posisi keberadaan benih ikan dilakukan bersamaan dengan pengamatan aktivitas benih ikan. Identifikasi posisi keberadaan benih ikan dilakukan pada tiga posisi secara vertikal di dalam model palka, yaitu di dasar, tengah dan permukaan. Pada pengamatan posisi benih ikan setelah 10 menit benih ikan dimasukkan ke dalam model palka, terlihat bahwa benih-benih ikan tersebut semuanya masih berada di dasar air di dalam model palka. Berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukannya, benih-benih ikan yang berada di dasar air tidak melakukan aktivitas apapun termasuk menggerakkan siripnya. Barulah setelah sekitar satu jam berada di dalam model palka, sekitar 1 – 2 ekor benih ikan ada yang berenang ke permukaan atau kolom air. Pada pengamatan setelah empat jam di dalam model palka, terlihat sekitar 5 – 10 dari total jumlah benih ikan di setiap model palka, berada di permukaan air di dalam model palka. Pada pengamatan selama 48 jam, terlihat bahwa benih-benih ikan cenderung berada di dasar air di dalam model palka. Dapat dikatakan bahwa sekitar 50 benih ikan selalu berada di dasar air di dalam model palka pada setiap pengamatan. Pada pengamatan aktivitas dan posisi benih ikan selama 48 jam, tidak dapat disimpulkan apakah terdapat kecenderungan tingkah laku benih ikan pada jam pengamatan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena dalam tiga kali pengamatan tidak terdapat kecenderungan hasil pengamatan yang sama. Kondisi ini diduga karena pengamatan hanya dilakukan berdasarkan penampakan fisik dan tingkah laku benih ikan saja. Akan tetapi dalam pengamatan tingkah laku benih ikan secara keseluruhan, benih- benih ikan tersebut selama 48 jam pengamatan menunjukkan tingkah laku yang normal. Normal yang dimaksud di sini adalah kondisi ikan terlihat sehat, aktivitas dan warna badan normal serta kondisi berkelompok FishVet.Inc., 2000. Gambar 55 Aktivitas benih ikan selama 48 jam pada tiga kali pengamatan. Gambar 56 Posisi benih ikan selama 48 jam pada tiga kali pengamatan.

5.4.4 Dampak simulasi gerakan rolling kapal

Simulasi gerakan rolling terhadap unit percobaan dilakukan selama 20 detik, dengan rolling periode selama 1 detik. Gerakan rolling terjadi dengan sudut oleng sebesar 25 ºC. Perlakuan simulasi gerakan rolling ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak gerakan rolling terhadap tingkah laku benih ikan sebelum dan sesudah simulasi gerakan rolling dilakukan. Selain itu, simulasi gerakan rolling ini juga dilakukan untuk melihat dampak pemasangan sirip peredam terhadap konsentrasi oksigen terlarut di dalam model palka. 1 Dampak terhadap tingkah laku benih ikan Pada saat simulasi gerakan rolling dilakukan, aktivitas benih ikan yang teramati adalah menggerakkan-gerakkan siripnya. Diduga benih-benih ikan tersebut berusaha beradaptasi atau mempertahankan posisinya terhadap pergerakkan massa air yang terjadi. Jika dianalogkan, aktivitas yang dilakukan oleh benih-benih ikan tersebut adalah sama dengan upaya manusia yang merentangkan kedua tangannya untuk menjaga posisi tegaknya saat terjadi gempa. Adapun posisi benih ikan yang teramati pada saat terjadinya gerakan rolling model kapal adalah menyebar mulai dari dasar hingga di bagian tengah model palka. Dapat dikatakan bahwa pada saat terjadi gerakan rolling model kapal, benih-benih ikan tersebut tersebar mulai dari dasar hingga kolom air sambil menggerak-gerakan siripnya. Pada Gambar 57 disajikan grafik perbandingan antara aktivitas benih ikan di dalam model palka sebelum dan sesudah simulasi gerakan rolling dilakukan. Jumlah benih ikan yang disajikan pada Gambar 54 adalah merupakan jumlah benih ikan rata- rata dari 15 kali pengamatan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa sebelum dilakukannya simulasi gerakan rolling, aktivitas yang dilakukan oleh benih-benih ikan di dalam model palka adalah sebanyak 59 benih ikan hanya diam, kemudian sebanyak 28 melakukan aktivitas menggerakkan siripnya saja, dan sisanya sebanyak 14 berenang kecil. Kemudian setelah dilakukan gerakan simulasi rolling, benih ikan yang melakukan aktivitas diam bertambah menjadi 81 . Adapun benih ikan yang melakukan aktivitas menggerakkan sirip dan berenang kecil lebih sedikit, yaitu masing- masing menjadi 16 dan 3 . Gambar 57 Rata-rata aktivitas benih ikan sebelum dan sesudah simulasi gerakan rolling. Pada Gambar 58 disajikan grafik perbandingan antara posisi keberadaan benih ikan di dalam model palka, sebelum dan sesudah dilakukan simulasi gerakan rolling. Jumlah benih ikan yang disajikan pada Gambar 58 adalah merupakan rata-rata jumlah benih ikan dari 15 kali pengamatan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa sebelum dilakukan simulasi gerakan rolling, sebanyak 83 benih ikan berada di dasar model palka, dan yang berada di tengah dan permukaan model palka masing-masing sebanyak 11 dan 6 . Setelah simulasi gerakan rolling dilakukan, semakin banyak benih ikan yang berada di dasar model palka, yaitu sebanyak 96 . Sisanya yaitu sebanyak 4 berada di tengah model palka. Dapat dikatakan bahwa sesaat setelah terjadinya gerakan rolling model kapal, benih-benih ikan tersebut hanya diam saja tanpa menggerakkan siripnya di dasar air di dalam model palka.