14
2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum
Berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan profit oriented, PDAM juga berorientasi terhadap pelayanan. Salah
satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dengan cara
menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah Saberan, 1997.
Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat dimana dalam menjalankan fungsinya, PDAM disini harus
mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya. PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan
pembangunan kepada pemerintah daerah. Tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai
salah satu sumber PAD Pendapatan Asli Daerah untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi
perusahaan sehat
3.
2.3 Penetapan Harga Air
Menurut Suparmoko 1995, ada dua cara untuk menentukan harga air yaitu atas dasar biaya marjinal MC dan atas dasar biaya rata-rata AC, selain itu
juga harus mempertimbangkan dua hal yakni faktor laba dan faktor distribusi agar
lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Berkaitan dengan penentuan harga air tersebut, metode-metode yang dapat digunakan adalah
dengan:
.
3
. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-237 tahun 1994, tentang pedoman dan pemantauan Kinerja keuangan PDAM
15 1
Marginal Cost Pricing MCP Efisiensi alokasi penggunaan sumberdaya menganjurkan bahwa komoditi
seharusnya diproduksi dan dialokasikan pada suatu titik dimana keuntungan marjinal marginal benefit sama dengan biaya marjinalnya marginal cost,
sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan keuntungan bersih sosial Net
Social Benefits . MCP memiliki dua tujuan yaitu :
a Memberikan sinyal mengenai biaya untuk memperoleh tambahan air kepada konsumen, sehingga konsumen dapat memutuskan untuk mengkonsumsi
sejumlah tambahan air dengan tambahan kepuasan yang setidaknya sama besar.
b Memberikan sinyal kepada pengelola air mengenai seberapa banyak keinginan konsumen untuk membeli dengan harga yang ditetapkan.
Apabila harga ditetapkan dengan dasar Marginal Cost Pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP
1
= AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA Gambar 1. Kondisi ini harga P
1
= MC, yaitu sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produksi air. Biaya
rata-rata AC lebih rendah dari P
1
karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih besar dari biaya per unit air, maka penerimaan total TR lebih
tinggi dari biaya total TC sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Jika perusahaan menentukan harga atas dasar Average Cost Pricing, maka
harga yang diberlakukan adalah sebesar OP
2
dan jumlah produksi adalah sebesar OA karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah P2 sama dengan
biaya per unit air AC maka perusahaan tidak mendapat keuntungan laba = nol.
16 Harga
MC
P1 ………………………S AC
P
2
…………………………… R
O Volume air
MR A B D=AR
Sumber: Suparmoko, 1995
Gambar 1. Penentuan Harga Air atas dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-
Rata
Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis jika perusahaan berorientasi pada perolehan profit, maka penentuan harga terbaik adalah atas dasar biaya
marjinal MC pricing karena pada saat itu perusahaan masih mengalami biaya yang semakin menurun decreasing cost yaitu pada daerah OB ke kiri dan artinya
perusahaan menikmati keuntungan. Apabila perusahaan menentukan harga atas pertimbangan distribusi lebih banyak barang yang tersedia di pasaran dengan
harga yang rendah atau serendah-rendahnya, maka penentuan harga terbaik adalah dengan dasar biaya rata-rata AC pricing walaupun perusahaan tidak
memperoleh keuntungan. 2
Full Cost Recovery Pricing FCRP MCP hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat
keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan
17 mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya total dan marjinal
perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann
1998 membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk : a Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga
yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih. b Coase’s Two-part Tariff : menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian
untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen
atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya
penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan. c Decreasing and Increasing Block Rates : metode ini merupakan perluasan
dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi
ketika p1p2p3…pn yakni harga akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block
rate . Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbeda-
beda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air
yang melimpah. Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah increasing block tariff
yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari
golongan masyarakat.
18
2.4 Sumberdaya Air Ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan