Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Bekasi

66 jumlah keseluruhan langganan PDAM Bekasi sebesar 128.430 SL, sehingga Cabang Tambun mewakili 5,3; Rawa Tembaga 13,34; dan Kota 24,44, tahun 2008 jumlah keseluruhan langganan PDAM Bekasi sebesar 134.275 SL, sehingga Cabang Tambun mewakili 5,35; Cabang Rawa Tembaga sebesar 12,99; Cabang Kota sebesar 23,99, tahun 2009 jumlah keseluruhan langganan PDAM Bekasi sebesar 140.495 SL, Cabang Tambun mewakili 5,2 Cabang rawa tembaga sebesar 12,41 Cabang Kota sebesar 23,36, tahun 2010 jumlah keseluruhan langganan PDAM Bekasi 147761 SL, sehingga Cabang Tambun mewakili 4,9 dan Cabang Rawa Tembaga sebesar 8,9 serta Cabang Kota sebesar 22,69.

6.2 Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Bekasi

Adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan tingginya jumlah kebutuhan air bersih. Proses produksi air baku menjadi air bersih merupakan suatu proses menghasilkan sumberdaya air bersih dengan meliputi sistem pengolahan, sistem distribusi, sistem jaringan pipa sesuai dengan sumber air baku dan kapasitas debit yang tersedia. Model produksi air PDAM Bekasi terhadap instalasi pengolahan air dibangun oleh beberapa variabel dengan menggunakan taraf nyata 5. Produksi air PDAM Bekasi yang meliputi level kapasitas rendah Cabang Tambun, level kapasitas sedang Cabang Rawa Tembaga dan tertinggi Cabang Kota terdapat pada Lampiran 1. Persamaan 1 yang terdapat pada metode pengolahan data tidak dapat dilanjutkan sebagai model produksi air PDAM Bekasi karena terdapat pelanggaran multikolinearitas yang tinggi, sehingga untuk menyederhanakannya menggunakan analisis regresi komponen utama yang terlampir pada Lampiran 2 67 dan model persamaan regresi produksi air PDAM berdasarkan koefisien, simpangan baku dan t hitung dijelaskan pada Tabel 10, maka persamaan 2 yang ditransformasi ke persamaan double Ln menjadi LnAT = β0 + β1 LnAB + β2 LnAP + β3 LnPBK + β4 LnPL + β5 D1+ β6 D2.3 Keterangan: Ln AT = ln Air Terjual m 3 Ln AB = ln Air Baku m 3 Ln AP = ln Air Produksi m 3 LnPBK = ln Pemakaian Bahan Kimia kg Ln PL = ln Pemakaian Listrik Kwh D1 = Dummy skala usaha level sedang Rawa Tembaga D2 = Dummy skala usaha level tinggi Kota Tabel 10. Model Persamaan Regresi Produksi Air PDAM Bekasi Berdasarkan Koefisien, Simpangan Baku dan t hitung Ket Simpangan baku Koefisien t-hitung p-value Ket LnAB 0,0023 0,225 97,14 0,000 signifikan LnAP 0,0024 0,226 97,21 0,000 signifikan LnPBK 0,0017 0,195 116,84 0,000 signifikan LnPL 0,0022 0,255 112,78 0,000 signifikan D1 0,0005 -0,067 -135,99 0,000 signifikan D2 0,0022 0,300 135,99 0,000 signifikan R-sq: 98,3 DurbinWatson:1,1 Sumber : PDAM Bekasi 2011, diolah Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 10 dapat dilihat p-value α maka seluruh variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi air, sehingga model layak secara keseluruhan pada taraf nyata 5 atau variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama, R-square yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor dalam model adalah sebesar 98,3 artinya keragaman produksi air PDAM Bekasi dapat dijelaskan secara linier sebesar 98,3 oleh variabel-variabel penjelasnya, sisanya sebesar 1,7 digambarkan oleh variabel lain diluar model. 68 Uji normalitas, uji homoskedastisitas dan uji autokorelasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Model persamaan regresi produksi air PDAM menunjukan air baku memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata air baku naik sebesar 1 maka akan meningkatkan rata-rata air terjual sebesar 0,225 sehingga untuk meningkatkan volume air terjual sebesar 1 m 3 dibutuhkan volume air baku sebesar 4,5 m 3 . Hubungan ini menunjukkan ketidakefisien PDAM dalam memproduksi airnya diakibatkan adanya kesalahan teknis atau non teknis dalam memproduksi air diantaranya adanya kapasitas produksi terpasang yang belum dimanfaatkan. Penyebab kapasitas produksi menganggur karena kurangnya kapasitas produksi di instalasi tertentu sedangkan di instalasi lain konsumsi air pelanggan jauh lebih kecil daripada produksi yang ada, jadi apabila air baku yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan air PDAM memiliki debit air yang tinggi, maka akan meningkatkan produksi air PDAM Bekasi lebih besar sehingga memberikan keuntungan yang optimal terhadap perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan kapasitas produksi yang digunakan dalam memproduksi air belum optimal, jadi apabila perusahaan dapat meningkatkan kapasitas air dari instalasi pengolahan air PDAM Bekasi maka akan meningkatkan produksi air PDAM Bekasi tersebut. Berdasarkan wawancara dengan bagian produksi PDAM Bekasi Ibu Santi, PDAM belum dapat menambah kapasitas produksi IPA-nya dikarenakan masalah dana yang minim dan kendala investasi. Air produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata volume air produksi naik sebesar 1 maka akan meningkatkan rata-rata volume air terjual sebesar 0,226, 69 sehingga untuk meningkatkan volume air terjual sebesar 1 m 3 maka dibutuhkan volume air produksi sebesar 4,4 m 3 . Penggunaan bahan kimia memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata penggunaan bahan kimia naik sebesar 1 maka akan meningkatkan rata-rata volume air terjual sebesar 0,195 sehingga untuk meningkatkan volume air terjual sebesar 1 m 3 dibutuhkan bahan kimia sebesar 5 kg. Semakin besar penggunaan kimia yang digunakan dalam memproduksi air PDAM mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang dihasilkan, dari pengamatan lapang sampai saat ini PDAM Bekasi belum dapat mengetahui jenis dan kadar bahan kimia yang dapat digunakan secara efektif dan efisien pada produksi air. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai penggunaan bahan kimia yang berbeda setiap bulan. Penggunaan listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata penggunaan listrik naik sebesar 1 maka akan meningkatkan rata-rata volume air terjual sebesar 0,255 sehingga untuk meningkatkan volume air terjual sebesar 1 m 3 dibutuhkan listrik sebesar 4 Kwh. Dummy 1 yang merupakan skala usaha level sedang yakni Rawa Tembaga dibandingkan dengan Cabang Tambun memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada produksi air PDAM Bekasi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila rata-rata produksi pada level sedang naik sebesar 1 maka akan menurunkan rata-rata air terjual sebesar 0,067 sehingga jika dibandingkan pada Cabang Tambun untuk meningkatkan volume air terjual pada Cabang Rawa Tembaga sebesar 1 m 3 dibutuhkan 15 m 3 volume air terjual pada Cabang Tambun. Hal ini disebabkan kapasitas produksi Rawa Tembaga yang lebih besar dibandingkan Cabang 70 Tambun sehingga menyebabkan jumlah air yang diproduksi juga semakin besar sehingga air yang diproduksi oleh Rawa Tembaga sudah cukup efisien. Pengaruh negatif yang dihasilkan PDAM Bekasi diakibatkan adanya inefisiensi air yakni adanya kesalahan teknis dan non teknis diantaranya kebocoran pipa yang menyebabkan jumlah produksi air menurun, water meter pelanggan rusak, adanya pencurian air, dan kesalahan pembacaan skala meter oleh karyawan PDAM Bekasi Cabang Rawa Tembaga, sehingga memanfaatkan kapasitas produksi yang menganggur pada instalasi tertentu. Dummy 2 yang merupakan skala usaha level tinggi yakni Cabang Kota yang dibandingkan dengan Cabang Rawa Tembaga memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air PDAM Bekasi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila rata-rata produksi air pada level tinggi naik sebesar 1 maka akan meningkatkan rata-rata volume air terjual sebesar 0,30 sehingga jika dibandingkan pada Cabang Rawa Tembaga untuk meningkatkan volume air terjual pada Cabang Kota sebesar 1 m 3 dibutuhkan 3,3 m 3 volume air terjual Rawa Tembaga. Hal ini menunjukkan kurang efisien kapasitas produksi pada Cabang Kota dalam memproduksi air yang dapat disebabkan banyaknya kapasitas produksi terpasang yang belum dimanfaatkan, dapat disimpulkan bahwa semakin besarnya kapasitas air yang digunakan PDAM Bekasi maka volume air terjual semakin besar.

6.3. Analisis Fungsi Biaya Produksi sesuai jenis Instalasi Pengolahan Air