mikroorganisme di air kolam renang dapat berkembangbiak dengan baik, hal ini tentu akan membahayakan bagi kesehatan pengguna kolam renang sebagaimana
menurut Soemirat 2009 air memiliki peranan terhadap penularan penyakit.
5.2.2 Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang
5.2.2.1 Aluminium
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar Aluminium yang terdapat pada air kolam
renang A dan kolam renang C memenuhi syarat baku mutu kadar Aluminium dalam air kolam renang, sedangkan pada kadar aluminium pada air kolam renang
B dan D tidak memenuhi syarat baku mutu kadar Aluminium pada air kolam renang.
Aluminium Al adalah metal yang dapat dibentuk sehingga banyak digunakan dalam berbagai industri, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
penggunaan Al dalam berbagai peralatan yang digunakan oleh masyarakat. Penggunaan tawas KAlSO
4 2.
12H
2
O sebagai koagulan dalam sistem pengolahan air kolam renang merupakan salah satu sumber utama keberadaan Al
dalam kolam renang, untuk itu dalam pengolahan air kolam renang, harus lebih diperhatikan takaran dan dosis pemberian tawas agar keberadaan Al dalam air
kolam renang sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kualitas pipa dan beberapa instalasi pengolahan air yang digunakan oleh pihak pengelola kolam
renang juga merupakan salah satu sumber keberadaan Al pada air kolam renang, untuk itu diperlukan peremajaan peralatan dan instalasi yang digunakan agar
kualitas air yang dihasilkan dapat sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan Al dalam air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar
Persyaratan Air Kolam Renang, hal ini dikarenakan Al dalam air yang melebihi kadar maksimum yang ditentukan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Dalam dosis yang tinggi Al dapat menyebabkan luka pada usus, Al dalam bentuk debu dapat menyebabkan gangguan pada paru
– paru dan Al dalam air dapat menyebabkan iritasi pada kulit Soemirat, 2009.
5.2.2.2 Kesadahan CaSo3
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar kesadahan air kolam renang B dan kolam
renang D memenuhi syarat baku mutu kesadahan air kolam renang sedangkan kesadahan air kolam renang A dan C tidak memenuhi syarat baku mutu kesadahan
pada air kolam renang. Kesadahan air disebabkan karena adanya Calsium, Magnesium, dan Ferum
dalam jumlah yang besar dalam air. Kesadahan air kolam renang salah satunya disebabkan oleh pemberian kaporit
CaClO2
sebagai desinfektan air kolam renang.
Untuk itu perlu pemeriksaan yang rutin terhadap angka kesadahan air kolam renang, pemantauan pemberian kaporit agar diperoleh dosis yang tetap yang
diharapkan dapat tidak menyebabkan tingginya nilai kesadahan air kolam, namun juga tidak mengurangi nilai atau jumlah sisa khlor di air sehingga proses
desinfeksi tidak terganggu. Kesadahan air kolam renang yang tidak sesuai dengan PERMENKES RI
No. 416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air
Universitas Sumatera Utara
Kolam Renang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi pengguna kolam renang . Kelebihan ion Ca
2+
serta ion CO
3 2+
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh Endapan kalsium karbonat CaCO
3
. Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH air , kesadahan terlalu
rendah menyebabkan alkalinitas air juga rendah dan akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik
koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga kotoran
– kotoran sukar mengendap. Kesadahan air yang tinggi dapat menyebabkan sabun yang akan digunakan sulit
berbusa selain itu dapat menyebabkan kerusakan berupa pengendapan pada bagian dinding pipa pada sistem pengolahan air kolam renang Soemirat, 2009.
5.2.2.3 Oksigen Terabsorbsi
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar oksigen terabsorbsi air pada keempat air
kolam renang tidak memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar oksigen terabsorbsi pada keempat kolam
renang melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan. Oksigen terabsorbsi adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosferudara. Oksigen terlarut di air sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut Salmin, 2000.
Tingginya Oksigen yang terabsorbsi dalam air kolam renang menyebabkan makhluk hidup dalam air kolam renang dapat berkembang dengan baik, demikian
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan bakteri – bakteri dalam air akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi pengguna kolam renang. Jumlah Oksigen terabsorbsi dalam air harus memenuhi
PERMENKES RI No. 416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.
5.2.2.4 pH
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar pH air pada keempat air kolam renang yang
dilakukan di laboratorium BTKL Medan menunjukkan bahwa pH air pada kolam renang A, B dan C tidak memenuhi syarat baku mutu dan pH air kolam renang D
memenuhi syarat baku mutu pH air kolam renang. pH air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No.
416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang hal ini dapat dilihat dengan kaitannya dengan keberadaan pH air yang
tidak sesuai yang akan menyebabkan gangguan kesehatan kepada masyarakat pengguna kolam renang. Adapun pH air yang tidak memenuhi syarat dapat
menyebabkan korosi pada dinding pipa sistem pengolahan air kolam renang sehingga dapat merusak kualitas air kolam renang.
Air dengan rumus kimia formula cairan H2O,Jika diuraikan sekecil mungkin untuk dapat melihat molekulnya, tidak se-sederhana yang di uraikan
dengan H2O, molekul selalu memisah dan menyatu kembali, H2O akan terpisah jadi dua bagian H+ dan H-, dan bergabung lagi. Jika air itu adalah air yang benar-
benar murni,dan tidak memiliki kandungan kimia lain yang menghancurkan siklus ini, maka pH akan tetap normal. Karena hanya terdapat molekul H2O, Jumlah ion
Universitas Sumatera Utara
H dan OH nya akan genap atau sama. Tidak akan terdapat ion H melebihi OH begitu pula sebaliknya, dan asam pada H+ akan diatasi dengan basa pada OH-,
keseimbangan antara ion hidrogen dan hidroxide ini yang membuat sebuah larutan normal atau dengan kata lain tidak terlalu asam ataupun basa. Oleh karena itu, air
yang benar-benar murni selalu normal karena tidak ada kandungan kimia lain yang mengganggu keseimbangan HOH.
Dengan kondisi air kolam renang yang bukan merupakan air yang murni dan mendapat penambahan berbagai senyawa kimia lain ke dalam air, maka
sangat besar kemungkinan pH air tidak dapat netral atau sesuai dengan syarat baku mutu pH air yang telah ditetapkan, untuk itu untuk memperoleh nilai pH air
yang sesuai dapat dilakukan dengan pemberian Soda Ash, pemberian Soda Ash pada air kolam renang dimaksudkan untuk menaikkan pH air kolam renang agar
sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang. Jika hasil test pH air dinyatakan masih dibawah nilai baku mutu, maka dilakukan pemberian soda ash
pada air kolam renang sedikit demi sedikit hingga nilai pH nya sesuai dengan baku mutu.
Menurut Soemirat 2009 Air merupakan bahan pelarut yang baik, dengan pH yang tidak netral air dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya.
Semakin tinggi pH air dapat mengakibatkan proses klorinasi tidak efektif karena 90 dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit
sehingga kemampuan desinfektan yang dimiliki klor akan menjadi lemah atau berkurang Elly, 2007. Dengan berkurangnya khasiat dari klor tersebut dapat
menyebabkan daya bunuh klor terhadap bakteri dalam air sangat lemah sehingga
Universitas Sumatera Utara
masih terdapat bakteri dalam air kolam renang. Klorin dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH 7 Elly, 2007.
5.2.2.5 Sisa Chlor
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar sisa chlor air kolam renang pada keempat air
kolam renang tidak memenuhi syarat baku mutu kadar sisa chlor yang ditetapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Adriyani 2009 tentang kualitas air dan keluhan
kesehatan pengguna kolam renang di Sidoarjo juga menunjukkan hasil yang sama, hasil penelitian yang dilakukan di kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang
Delta Sidoarjo ini menunjukkan bahwa pada kedua kolam renang didapatkan hasil bahwa sisa kadar chlor tidak sesuai dengan PERMENKES RI No.
416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.
Rendahnya sisa klor di air kolam renang disebabkan oleh pemberian klorin
yang tidak sesuai dalam pengolahan air kolam renang yang dilakukan, Jika sisa
klor di air kurang dari baku mutu yang ditentukan maka dilakukan penambahan klorin sedikit demi sedikit hingga menjadi sesuai dengan baku mutu air kolam
renang. Dosis pemberian klorin ada air kolam renang adalah 2 gram per m
3
air kolam renang. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat kita ketahui berapa
jumlah seharusnya klorin yang diberikan untuk mendesinfeksi air kolam renang sehingga sisa klor di air kolam renang bisa sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan. Namun perlu diperhatikan bahwa selain karena jumlah pemberian
yang tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya, rendahnya angka sisa klor pada air kolam renang disebabkan penguapan yang tejadi, maka perlu diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
waktu pemberian klorin di air kolam renang. Pemberian klorin sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam, sebab sinar matahari yang panas
dapat mengurangi kadar klorin dalam air akibat penguapan yang terjadi, dan untuk memastikan kadar sisa khlor agar sesuai dengan baku mutu sebaiknya
dilakukan pengecekan secara berkala agar tujuan utama pemberian desinfektan dapat tercapai.
Sisa chlor merupakan parameter yang penting dalam kualitas air kolam renang yang jumlahnya di air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES
RI No. 416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang. Apabila sisa chlor dalam air berlebih maka dapat berikatan
dengan ion natrium yang ada di dalam air sehingga menimbulkan rasa asin dan merusak pipa
– pipa ada sistem pengolahan air kolam renang. Sebaliknya jika sisa chlor air kurang, maka tidak dapat membunuh bakteri dalam air sehingga menjadi
penyebab tersebarnya penyakit melalui air yang didistribusikannya DEPKES RI, 1991.
5.2.2.6 Tembaga Cu
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar Cu dalam air pada keempat air kolam renang
tersebut memenuhi baku mutu kadar Cu yang diperbolehkan. Keberadaan Tembaga Cu dalam air kolam renang salah satunya melalui
pemberian CuSo4 yang biasanya digunakan sebagai anti lumut dan pemberi warna biru pada air kolam renang, namun demikian kadar Tembaga Cu dalam air
kolam renang
harus sesuai
dengan PERMENKES
RI No.
416MENKESPERIX1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam
Universitas Sumatera Utara
Renang. Hal ini dikarenakan sifat dari Tembaga Cu dalam air yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan dapat merusak berbagai peralatan yang
digunakan di kolam renang, antara lain dapat menyebabkan korosi pada pipa yang digunakan pada sistem pengolahan air kolam renang, yang kemudian dapat
mengganggu kualitas air kolam renang, selain itu sifatnya yang beracun dapat mengganggu saluran pencernaan bila tertelan.
5.2.3 Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang 5.2.3.1 KoliformTotal