Anak Usia Sekolah TINJAUAN PUSTAKA

kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain. Manifestasi dari mereka yang dikategorikan dalam kelainan perilaku sosial ini, misalnya kompensasi berlebihan, sering bentrok dengan lingkungan, pelanggaran hukum atau norma maupun kesopanan Amin Dwidjosumarto, 1979. Menurut Mackie yang dikutip oleh Abdullah 2013, anak yang termasuk dalam kategori kelainan perilaku sosial adalah anak yang mempunyai tingkah laku yang tidak sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di rumah, di sekolah, dan di masyarakat lingkungannya.

2.2 Anak Usia Sekolah

Anak sekolah menurut definisi WHO World Health Organization yaitu golongan anak yang berumur antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak usia sekolah meliputi: 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi 2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen tanggal 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai 4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat 5. Pertumbuhan lambat 6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. Anak usia sekolah pada umumnya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup. 2.2.1 Kebutuhan Gizi pada Anak Usia Sekolah Awal umur 6-7 tahun anak mulai masuk sekolah, dimana anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya, dan mulai mengenal suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak memengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak- anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka Moehji, 2003. Zat gizi makro maupun zat gizi mikro sangat dibutuhkan anak usia sekolah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, mempertahankan tubuh terhadap serangan infeksi, dan meningkatkan kemampuan belajar serta membantu konsentrasi. Menurut Ingtyas yang dikutip oleh Rahmawati 2013, anak dengan disabilitas intelektual tunagrahita mengalami defisit asupan gizi yaitu diantaranya energi, protein, zat besi fe, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Marthur 2007 menambahan anak tunagrahita juga mengalami defisit kalsium. Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati 2013, pada anak tunagrahita, rendahnya asupan karbohidrat dapat berpengaruh pada neurotransmiter pengantar saraf otak, produksi serotonin dan triptofan. Asam amino yang terdapat dalam makanan berprotein tinggi dapat memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan dengan neurotransmiter otak. Asam amino merupakan bahan pembentuk dari beberapa neurotransmiter dopamin yang tebentuk dari asam amino tirosin. Asupan asam amino yang kurang dapat menyebabkan terganggunya sintesis dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan suasana hati mood dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam amino yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas intelektual. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan belajar karena fungsi neurotransmiter tidak bekerja dengan optimal, anemia gizi besi, dan menurunkan appetite. Vitamin B 6 piridoksin berfungsi mencerna protein, sintesis antibodi, dan berperan pembentukan sel darah merah. Kekurangan vitamin B 6 dapat menyebabkan gangguan protein seperti lemah, mudah tersinggu, perubahan hati mood, dan sukar tidur. Kekurangan vitamin C akan menyebabkan perbaikan jaringan menjadi lambat. Dampak lainnya adalah gangguan saraf yang diikuti oleh gangguan psikomotor. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh dan jumlah paling banyak tersimpan pada tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Aktivitas yang tinggi mulai waktu untuk sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah PR, dan bermain membuat stamina anak cepat menurun jika tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Kebutuhan energi golongan umur 10-15 tahun relatif lebih besar dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena aktivitas dan pertumbuhan yang meningkat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-15 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Adapun jumlah energi dan protein yang dianjurkan bagi anak umur 7-15 tahun tertera pada tabel berikut. Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Per Orang Per Hari Anak Umur 7 –15 Tahun Golongan Umur Berat kg Tinggi cm Energi kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g 7-9 tahun 27 130 1850 49 72 254 10 –12 tahun laki-laki 34 142 2100 56 70 289 10 –12 tahun perempuan 36 145 2000 60 67 275 13 -15 tahun laki-laki 46 158 2475 72 88 340 13-15 tahun perempuan 46 155 2125 69 71 292 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2013 Konsumsi zat gizi seseorang dapat dibandingkan dengan angka kecukupan gizi rata - rata dengan mencari tingkat konsumsi setiap kategori. Tingkat konsumsi ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Konsumsi zat gizi Tingkat konsumsi = x 100 Angka kecukupan gizi AKG Klasifikasi tingkat konsumsi energi dan protein TKE dan TKP adalah sebagai berikut WNPG, 2004: 1. Lebih : 110 AKG 2. Baik : 80 – 110 AKG 3. Kurang : 80 AKG

2.3 Pola Makan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Anak Kelas V Dan VI Di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amalyyah

12 125 193

Pola Makan dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010

2 58 78

Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita di Desa Tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010

1 44 90

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan Dengan Status Gizi Dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri NO.101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2009

1 55 69

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

0 0 17

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

0 0 8

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

1 4 26

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

0 2 3

Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat Tahun 2016

0 0 24