yang dikonsumsi Hermina, 2011. Menurut Marhamah 2014, konsumsi pangan dan gizi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap status gizi dan
kesehatan siswa. Makanan berpengaruh terhadap perkembangan otak. Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati 2013, asupan asam amino dari protein yang
kurang dapat menyebabkan terganggunya sintesis dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan suasana hati mood dan sifat
agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam amino yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas intelektual.
Kekurangan makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam periode yang berkepanjangan dapat membawa pengaruh yang tidak baik terhadap
pertumbuhan anak dan mengakibatkan perubahan metabolisme otak. Dengan demikian, kemampuan dan fungsi otak menjadi tidak maksimal terutama bagi
anak tunagrahita dimana perkembangan otak sedikit lebih lambat tidak seperti anak normal biasanya. Oleh sebab itu diharapkan untuk memberikan makanan
yang beragam pada anak agar memenuhi zat gizi yang dibutuhkan. Kebutuhan gizi setiap anak bisa saja berbeda. Semakin besar umur anak maka kebutuhan
gizinya juga semakin besar, sehingga jumlah makanan yang dibutuhkan semakin besar.
5.2.3 Frekuensi Makanan Siswa SDLB Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa makanan pokok yang sering dikonsumsi sebagian besar adalah nasi dengan persentase 100,0. Hal ini
dikarenakan nasi masih menjadi makanan pokok utama di sebagian besar wilayah Indonesia dan dikonsumsi lebih dari satu kali dalam sehari.
Sumber protein dari lauk hewani yang dikonsumsi sebagian besar adalah ikan dengan persentase 79,0. Sumber protein dari lauk hewani lainnya yang
sering dikonsumsi adalah telur 67,8, daging ayam 12,9, dan daging 3,2. Mahalnya harga daging menjadi alasan utama bagi ibu jarang menjadikan daging
sebagai lauk. Sumber protein dari lauk nabati yang sering dikonsumsi sebagian besar adalah tempe dengan persentase 46,8. Sumber protein dari nabati lainnya
yang sering dikonsumsi adalah tahu 17,7 dan kacang tanah 6,5. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang
pedoman gizi seimbang, untuk mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan hewani dan nabati perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya
setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna.
Sumber vitamin dan mineral dari sayuran yang sering dikonsumsi adalah daun singkong 14,5, wortel 6,5, bayam 4,9, kacang panjang 4,8,
kangkung 3,2, brokoli dan tauge 1,6 sementara sayur yang jarang dikonsumsi adalah sawi hijau, kangkung, kacang panjang, bayam, brokoli, buncis,
dan daun singkong. Kesulitan makan sayur pada anak dan suka memilih makanan menjadi masalah yang sering dihadapi di masyarakat.
Menurut Moehji 2009, lazimnya anak-anak kurang menyukai sayuran, untuk itu ibu berperan penting dalam memilih bahan makanan yang baik pada usia
ini. Ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak anak memakan bahan- bahan makanan yang bergizi dan beragam.
Sumber vitamin mineral dari buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah pisang 12,9, jeruk 11,3, nanas dan pepaya 1,6 sementara buah
kategori jarang yang dikonsumsi adalah semangka, mangga, pepaya, salak, jeruk, pisang. Sebagian besar ibu menyediakan buah yang merupakan hasil tanaman
sendiri misalnya pisang. Disamping itu sebagian ibu masih mempertimbangan harga buah yang ingin dibeli. Sehingga cenderung memilih buah dengan jenis
yang sama. Susu yang sering dikonsumsi sebagian besar adalah susu bubuk 33,9
Susu merupakan sumber kalsium dan mineral lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik bagi anak sekolah yaitu pertumbuhan tulang dan gigi. Namun
tak jarang dikarenakan harga susu yang relatif mahal menjadikan ibu tidak menyediakan susu bagi anak secara rutin. Disamping itu ada beberapa anak yang
tidak terlalu menyukai susu. Sehingga jarang dikonsumsi. Jajanan sekolah yang sering dikonsumsi sebagian besar adalah biskuit
dengan persentase 41,9. Jajanan sekolah juga memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan gizi siswa, terutama memberikan energi selama anak
berada di sekolah. Namun ibu juga harus memerhatikan makanan apa yang dikonsumsi anak baik secara kuantitas maupun kualitas.
5.3 Aktivitas Fisik Siswa 5.3.1 Aktivitas Fisik Siswa SDLB Negeri 057704 Kwala Bingai Kecamatan
Stabat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas fisik siswa
SDLBN 057704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat sebagian besar adalah kategori
ringan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas fisik siswa rendah dimana sesuai dengan kegiatan anak berkebutuhan khusus yang lebih banyak
berdiam diri dan kurang dengan kegiatan sosial. Siswa berada di sekolah selama 2 sampai 3 jam. Setelah itu sebagian besar siswa berada di rumah dan
menghabiskan waktu dengan menonton televisi, hanya sedikit siswa yang bermain bersama temannya dikarenakan adanya keterbatasan berkomunikasi.
Berdasarkan umur siswa aktivitas fisik ringan paling banyak pada umur 7-9 tahun 85,0. Sedangkan aktivitas fisik sedang pada umur 10-12 tahun
25,8. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata nilai PAL siswa sebesar 1,57. Penelitian Sumaryanti yang dikutip oleh Rahmawati 2013 menunjukkan bahwa
aktivitas fisik memiliki manfaat bagi anak dengan disabilitas intelektual untuk dapat memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan kerja saraf yang berperan pada
kegiatan mengingat dan proses belajar. Kegiatan aktivitas fisik juga dapat menunjang perkembangan fisik siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Sorongan 2012 terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi, semakin ringan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan
maka berpengaruh terhadap status gizi IMTU lebih bahkan obesitas. Dengan diadakannya kegiatan olahraga di sekolah setiap minggunya diharapkan siswa
kebutuhan khusus dapat mengembangan dirinya, menjadi sarana untuk lebih mengenal lingkungan sosial, serta menjaga kebugaran fisiknya.
Berdasarkan penelitian di SDLBN 057704 hanya beberapa siswa yang mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Oleh karena itu diharapkan adanya
pendampingan dari orangtua terutama ibu untuk mendukung kegiatan olahraga di
sekolah. Jarak rumah yang cukup jauh dari sekolah juga menjadi alasan keterbatasan siswa mengikuti setiap kegiatan sekolah di setiap harinya. Pada
umumnya orangtua terutama ibu lebih mengutamakan mengantar anak di hari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Padahal kegitan olahraga juga
dibutuhkan anak berkebutuhn khusus guna meningkatkan aktivitas sehari-hari serta melatih berinteraksi sosial.
5.4 Status Gizi Berdasarkan Pola Makan