Persamaan  regresi  dan  nilai  korelasi  untuk  hubungan  temperatur  radiasi rata-rata  dengan  temperatur  operatif  adalah  0,900x+3,298  dan  0,962.  Gradien
persamaan  regresi  dan  korelasi  bernilai  positif  menunjukkan  bahwa  temperatur radiasi  rata-rata  dengan temperatur operatif  memiliki  hubungan  yang  berbanding
lurus.  Berbanding  lurus  berarti  semakin  tinggi  temperatur  radiasi  rata-rata  maka temperatur  operatif  semakin  tinggi.  Semakin  tinggi  temperatur  operatif  maka
kenyamanan  termal  semakin  rendah  semakin  tidak  nyaman.  Hubungan temperatur radiasi rata-rata dengan temperatur operatif sangat kuat.
Rekapitulasi persamaan regresi dan nilai korelasi antar faktor dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Rekapitulasi Persamaan Regresi dan Nilai Korelasi Antar Faktor No
Faktor Persamaan
Regresi Nilai
Korelasi Tingkat
Hubungan
1 Temperatur  Udara  dan
Temperatur Efektif 0,764x+4,630
0,939 Sangat
Kuat 2
Kecepatan  Udara  dan Temperatur Efektif
-120,052x+75,420 -0,385
Cukup Lemah
3 Kelembaban Relatif dan
Temperatur Efektif -0,01x+27,921
-0,050 Sangat
Lemah 4
Temperatur  Radiasi  dan Temperatur Efektif
0,631x+9,018 0,829
Sangat Kuat
5 Temperatur  Udara  dan
Temperatur Operatif 0,982x+0,240
0,981 Sangat
Kuat 6
Kecepatan  Udara  dan Temperatur Operatif
-131,302x+81,975 -0,342
Cukup Lemah
7 Kelembaban Relatif dan
Temperatur Operatif -0,097x+36,116
-0,389 Cukup
Lemah 8
Temperatur  Radiasi  dan Temperatur Operatif
0,900x+3,298 0,962
Sangat Kuat
6.1.5  Analisis Pengeluaran Energi
Menteri  Tenaga  Kerja  melalui  keputusan  No.  51 tahun  1999  menetapkan kategori beban kerja berdasarkan pengeluaran energi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Beban kerja ringan   : 100-200 Kkalorijam Beban kerja sedang   :  200-350 Kkalorijam
Beban kerja berat :  350-500 Kkalorijam
Berdasarkan  perhitungan  pengeluaran  energi  dengan  denyut  nadi  kerja
DNK maka kategori beban kerja mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Kategori Beban Kerja Mahasiswa
No Kuliah
Jumlah DNK  Energi  KkalJam  Kategori
1 Kuliah 1
24 86,77
207,91 Sedang
2 Kuliah 2
8 80,2
189 Ringan
3 Kuliah 3
16 82,71
191,95 Ringan
4 Kuliah 4
24 86,62
210,11 Sedang
5 Kuliah 5
8 77,28
172,08 Ringan
6 Kuliah 6
8 74,38
162,91 Ringan
Pada  kuliah  pertama  dan  keempat  pengeluaran  energi  belajar  lebih  besar dari  200  KkalJam  dan  masuk  kategori  beban  kerja  sedang.  Beban  kerja  untuk
belajar  seharusnya lebih kecil dari 200 KkalJam dan masuk kategori beban kerja ringan.
6.1.6  Analisis Metabolic Rate
Metabolic rate dihitung untuk melihat rata-rata metabolisme yang dialami mahasiswa  karena  proses  belajar  dalam  satuan  Wm
2
atau  met.  Rata-rata Metabolisme  untuk  aktivitas  biasa  seperti  belajar  adalah  70  Wm
2
atau  setara dengan 1,2 met sedangkan untuk dosen mengajar di depan kelas adalah sekitar 95
Wm
2
atau setara dengan 1,6 met Stanton et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  hasil  perhitungan  metabolic  rate  mahasiswa  diperoleh  nilai terkecil sebesar 112,46 Wm
2
atau setara dengan 1,93 met pada kuliah keenam. Ini menunjukkan  rata-rata  metabolisme  mahasiswa  berada  di  atas  normal.  Hal  ini
mengindikasikan  bahwa  untuk  belajar  di  ruang  kelas  J17  203  mahasiswa membutuhkan metabolisme rata-rata lebih banyak dari normal. Bahkan  metabolic
rate  mahasiswa  pada  kuliah  keempat  mencapai  143,35  Wm
2
2,46  met  yang setara  dengan  bekerja  memasang  bata  pada  industri  bangunan  2,2  met  atau
berdiri mencuci piring 2,5 met. Proses belajar termasuk aktivitas dengan metabolisme rata-rata lebih kecil
dari  70  Wm
2
namun  karena  kondisi  lingkungan  fisik  yang  tidak  nyaman  maka proses  belajar  harus  dilakukan  dengan  metabolisme  rata-rata  lebih  besar  dari
112,46 Wm
2
. Nilai metabolisme rata-rata mahasiswa menjadi sangat besar karena pengeluaran  energi  Energy  Expenditure  mahasiswa  juga  besar.  Pengeluaran
energi  mahasiswa  tidak  boleh  lebih  besar  dari  100 KkalJam  jika  melebihi  maka metabolisme rata-rata mahasiswa akan lebih besar dari normal 70 Wm
2
.
6.1.7  Analisis Effective Temperature ET