Terlihat dari pernyataan seluruh informan bahwa begitu penting promosi KTR, demi mewujudkan kawasan bebas asap rokok maka semuanya harus
mendukung pelaksanaan ini, khususnya bagi para pemimpin rumah sakit agar dapat mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang akan mempengaruhi terlaksananya
kawasan tanpa rokok di rumah sakit ini sesuai dengan harapan. Semuanya harus sungguh- sungguh dan berkomitmen untuk menjalankan peraturan ini.
Peraturan yang ditegaskan melalui promosi akan membuat petugas maupun orang yang tidak merokok tidak ragu untuk menegur orang yang merokok
di area yang dilarang untuk merokok. Salah satu hal yang mungkin dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat masyarakat takut adalah dengan memajang
beberapa UU, Perda, dll yang berkaitan dengan KTR. Hal itu memungkinkan meningkatkan perbaikan implemementasi kawasan tanpa rokok.
5.11 Pelanggaran yang terjadi setelah Pemberlakuan KTR
Kepatuhan peraturan adalah mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau
organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu. Patuh adalah suka menurut atau taat terhadap suatu perintah, aturan, dan sebagainya yang mengatur.
Faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok :
1. Faktor inter-personal:
Faktor yang dipengaruhi oleh hubungan antar pengunjung dengan pegawai RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
2. Faktor intra-personal:
Faktor yang berasal dari diri personal itu sendiri yang mempengaruhi perilaku merokok bagi
dirinya sendiri. 3.
Faktor lingkungan: Faktor yang dipengaruhi oleh kondisi sekitar
lingkungan kampus termasuk didalamnya adalah staf, pengajar, dll.
4. Reward and punishment: Adanya pemberian hukuman yang jelas dan
nyata kepada siapa saja yang melanggar peraturan.
Pemahaman terhadap kandungan yang terkandung didalam rokok, media komunikasi yang mengiklankan rokok dan peringatan kesehatannya serta dampak
dari merokok bagi kesehatan, pemahaman inilah yang menjadi ukuran pada tingkat pengetahuan tentang dampak merokok. Persepsi peraturan larangan
merokok diduga berhubungan dengan implementasi penerapan perilaku merokok, karena munculnya peraturan larangan merokok menimbulkan berbagai
macam reaksi yang berbeda pada perokok aktif. Maka diduga perokok aktif yang memiliki persepsi positif terhadap peraturan larangan merokok akan mematuhi
peraturan tersebut sesuai dengan tujuannya. Undang-undang yang ada di Indonesia mensyaratkan peringatan kesehatan
untuk rokok, tapi tidak pada produk tembakau lainnya. Tidak ada peraturan tentang ukuran minimum tanda peringatan dan hanya satu pesan saja yang
digunakan pada kemasan rokok. Masyarakat begitu terbiasa melihat pesan yang sama di semua merek sehingga pesan itu malah menjadi semacam iklan tembakau.