Kawasan Tanpa Rokok telah menjadi Ketetapan di RS

tidak segan maupun sungkan untuk merokok didalam ruangan kerja yang sebenarnya masih termasuk didalam area rumah sakit. Didukung dari pernyataan seluruh informan bahwa yang terpenting adalah memperkuat komitmen dalam pengimplementasian kebijakan kawasan tanpa rokok itu sendiri meskipun belum seluruh area ruangan didalam rumah sakit ini menjadi kawasan tanpa rokok melasanakan kebijakan. Oleh karena itu, harus ada komitmen yang kuat dari dewan pimpinan untuk menjalankan pengimplentasian kawasan tanpa rokok ini dengan sungguh- sungguh. Kenyataanya keseriusan pemangku kebijakan masih dirasa kurang untuk menegakkan peraturan yang ada, peraturan- peraturan yang ada terkesan sangat tidak mengikat, dan terlihat juga sebagian pegawai tidak begitu memahami kebijakan yang ada di rumah sakit ini. 5.6 Hambatan serta Solusi RS dalam Pengimplementasian Kawasan Tanpa Rokok Pada dasarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang- undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu dengan sarana- sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu Sunggono, 1994. Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan- tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program- program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Edward III mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: i faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan dan ii faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan. Menurut Sunggono, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu: a. Isi kebijakan Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana- sarana dan penerapan prioritas, atau program- program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan- kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan kekurangan yang menyangkut sumber daya- sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biayadana dan tenaga manusia. b. Informasi Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada, misalnya akibat adanya gangguan komunikasi. c. Dukungan Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut. d. Pembagian Potensi Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang kurang jelas Sunggono, 1994. Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversial yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam implementasinya. Menurut Anderson, faktor- faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu : a Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana terdapat beberapa peraturan perundang- undangan atau kebijakan publik yang bersifat kurang mengikat individu- individu b Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan dimana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan dengaan peraturan hukum dan keinginan pemerintah c Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara anggota masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum d Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan ukuran kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang pada hukum atau kebijakan publik e Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam bertentangan dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok- kelompok tertentu dalam masyarakat Sunggono, 1994 Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidaklah efektif. Terlihat dari pernyataan seluruh informan bahwa ada informan yang menyatakan menurutnya tidak ada hambatan dalam menjalankan kebijakan KTR di rumah sakit ini. Selebihnya berpendapat hambatan rumah sakit dalam menerapkan kawasan tanpa rokok adalah komitmen yang belum sempurna, kebijakan tegas dari petugas di rumah sakit, serta sumber daya manusia itu sendiri yang harus di persiapkan serta dtingkatkan agar dapat menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

5.7 Pandangannya terhadap Rokok serta Efek yang dirasakan secara

Pribadi Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap danatau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau nicotiana tobaatm, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok memiliki banyak dampak. Beberapa informan mengatakan dampak dari rokok yang mereka ketahui bahwa rokok sangat memiliki dampak terhadap kesehatan. Paparan terhadap asap rokok menyebabkan penyakit jantung dan meningkatkan resiko kematian akibat penyakit ini kira- kira sebesar 30, selain itu juga menyebabkan penurunan fungsi pernafasan, serta pada kehamilan mengalami sindroma kematian bayi mendadak dan efek pada bayi berupa pertumbuhan janin dalam Rahim terhambat dan keguguran spontan TCSC, 2012 Rokok tidak hanya memberikan efek pada perokok saja, melainkan juga dirasakan oleh yang bukan perokok perokok pasif yang berada didekat perokok. Paparan asap rokok orang lain meningkatkan resiko penyakit paru obstruksi kronik dan penurunan fungsi pernafasan serta menyebabkan dan memperburuk asma pada orang dewasa. Terlihat dari pernyataan seluruh informan bahwa rokok itu berbahaya untuk kesehatan setiap orang baik perokok aktif maupun pasif serta merusak udara segar yang ada di sekitar. Rokok membuat banyak orang menjadi kecanduan dan enggan untuk menghentikan perilaku merokok itu sendiri. Efek yang dirasakan ketika merokok salah satunya adalah batuk- batuk dan mulut terasa pahit jika tidak merokok. Efek yang dirasakan setelah menyadari rokok dapat merusak kesehatan adalah dengan merasakan hidup tanpa rokok jelas membuat hidup lebih sehat yaitu memiliki udara yang sehat yang menjadikan paru- paru lebih sehat. Dengan semua pernyataan yang ada jelas kita harus lebih mengantisipasi bahaya rokok khususnya bagi generasi penerus.

5.8 Pengetahuan akan KTR Mempengaruhi Pelaksanaan KTR di RS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap setiap petugas rumah sakit meskipun bukan petugas khusus tetap harus memberitahukan kepada pengunjung dan pasien bahwasanya rumah sakit ini sudah menerapkan KTR, sehingga tidak boleh merokok didalam ruangan. Meningkatkan pengetahuan informan memungkinkan mensukseskan pelaksanaan KTR di RS ini. Informasi dilakukan dengan pemasangan spanduk, stiker, dan informasi melalui spanduk, meskipun