Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan aspek dalam keterampilan berbahasa yang merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan tabloid yang dapat memberikan informasi. Dengan membaca, kita memperoleh informasi atau berita-berita yang sedang terjadi di seluruh dunia ini. Namun, kemampuan membaca seorang pembacalah yang menentukan pemerolehannya dalam menerima informasi. Demikian juga siswa, hal penentuan keberhasilan siswa adalah membaca. Jika siswa banyak membaca tentu memiliki informasi atau wawasan yang luas. Semakin banyak siswa membaca maka semakin banyak pula informasi yang didapatnya. Hal ini senada dengan Tampubolon 1987 dan Anwar 2012 menyatakan bahwa membaca sebagai alat dalam pembelajaran umum melebarkan pilihan-pilihan potensial individu yang menuntut kemampuan pembaca membaca maksimal untuk jalan besar pelajaran dan pekerjaan. Membaca menjadi landasan penting belajar bagaimana belajar, yaitu sebagai alat pembelajaran, membuka semua sumber informasi dan ide-ide tertulis pembelajar yang tersedia untuk mereka . Kemampuan dimaksud sangat perlu dalam kehidupan dewasa ini dimana informasi tentang berbagai pengetahuan mengalir dengan deras dan akan semakin perlu lagi dalam abad ke-21 mendatang karena arus informasi akan lebih deras. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP. Kurikulum 2013 telah menyuratkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah berbasis teks. Melalui berbasis teks bahasa Indonesia diharapkan dapat menjembatani penggunaan bahasa dalam komunitasnya. Selain itu, Bahasa Indonesia tidak dipandang sekadar mengajarkan berbahasa tetapi sebagai alat mengaktualisasikan diri untuk menjawab fenomena yang terjadi di tatanan masyarakat. Kemudian bahasa menjadi alat untuk mengonsumsi pengetahuan bahasa dan akhirnya menuntut peserta didik untuk memproduksi teks bahasa. 1 Dalam kurikulum 2013 SMA, kompetensi Inti mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi inti ini merupakan langkah awal bagi siswa kelas X untuk mengembangkan pengetahuan faktual dengan menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya dalam memecahkan masalah. Ada dua faktor utama penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa. Pertama, faktor siswa yang terdiri atas: 1 faktor internal antara lain: rendahnya minat membaca, penguasaan bahasa yang rendah, dan intelegensi siswa, dan 2 faktor eksternal antara lain: keadaan sosial ekonomi siswa, lingkungan yang kurang kondusif untuk meningkatkan kemahiran membaca. Kedua, faktor guru antara lain: kemampuan guru dalam memotivasi siswa dan kemampuan guru mengelola kelas untuk pembelajaran membaca masih kurang. Oleh karena itu, untuk menunjang kemampuan membaca siswa dipilihlah teknik pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder TFSS. Dengan teknik pembelajaran TFSS siswa diajarkan untuk dapat membagi titik konsentrasi pandangan mata menjadi tiga fokus tiga bagian setiap barisnya, sebagian dipusatkan disebelah kiri, sebagian di tengah, dan sebagian lagi di kanan Teknik pembelajaran TFSS bisa dijadikan pilihan sebagai salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Disamping teknik pembelajaran, yang tidak kalah pentingnya guru juga harus memperhatikan perbedaan siswa. Pada dasarnya siswa berbeda satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun cara belajarnya. Ini berarti setiap siswa mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan ini menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda hampir bagi setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan individu jarang mendapat perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai kebutuhan kemampuan dan kecepatan yang sama karena itu diperlakukan dengan cara yang sama. Bahkan jarang terpikir ataupun tersedia kesempatan yang berbeda bagi setiap siswa yang jelas-jelas menunjukkan perbedaan yang menonjol. Perbedaan individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Cara memproses informasi yang diperoleh dikenal dengan istilah gaya belajar. Menurut DePorter 2008, gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. DePorter 2008, mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi perceptual modality. Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual belajar dengan cara melihat, auditorial belajar dengan cara mendengar, dan kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif. Rendahnya gaya belajar siswa juga dapat mempengaruhi ketidakberhasilan pembelajaran keterampilan membaca. Siswa yang memiliki gaya belajar rendah dalam pembelajaran membaca, tentu sangat pasif mengikuti proses belajar. Selain teknik pembelajaran dan gaya belajar, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat belajar siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Sesuai pernyataan Kusmana http:suherlicentre.blogspot.com2009 01minat-baca-siswarendah.html, berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat belajar siswa kita rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke-32. Demikian pula dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita hanya mampu menyerap 30 dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar siswa selama ini kurang mendapat perhatian dari guru. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran, setelah menyampaikan pendahuluan guru langsung menyajikan materi pelajaran kepada siswa sehingga terkesan bahwa siswa dituntut untuk menerima materi pelajaran yang dianggap penting bagi guru ke siswa. Seharusnya minat belajar siswa harus mendapat perhatian sebelum memulai pembelajaran agar seorang guru dapat menentukan teknik pembelajaran yang tepat bagi setiap siswa. Kesesuain teknik pembelajaran yang digunakan kepada siswa baik yang berminat belajar tinggi maupun yang berminat belajar rendah diharapkan dapat menciptakan hasil belajar yang lebih baik. Namun, apakah teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, dan minat belajar mempengaruhi kemampuan membaca siswa? Untuk memperoleh jawaban itulah maka perlu dilaksanakan penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder TFSS, Gaya Belajar, dan Minat Belajar siswa terhadap Kemampuan Membaca Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Talawi Kabupaten Batu Bara Tahun Pembelajaran 20152016.”

1.2. Identifikasi Masalah