Musyarakah dalam Aplikasi Perbankan

, ATK. Sebagian lagi dibiayai nasabah. Nasabah sendiri sebagai kontraktor pengelola proyek dan pemilik dana mitra. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo. Distribusi tingkat keuntungan bank sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad dan distribusi tingkat keuntungan untuk nasabah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad. Pengembalian modal bank dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian pokok dapat dilakukan secara bertahap sesuai cash flow nasabah.

4. Pembiayaan berdasarkan Akad Istishna’

Istishna عان ص ت س ا adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istashnaa-yastashniu عن ص تا - عن ص ت س ي. Artinya meminta orang lain untuk membuatkan sesuatu untuknya. 28 Dikatakan : istashnaa fulan baitan, meminta seseorang untuk membuatkan rumah untuknya .Istishna’ berarti minta dibuatkan atau dipesan. Akad yang mengandung tuntutan agar tukang atau ahli shani membuatkan suatu pesanan dengan ciri-ciri khusus. Dengan demikian, istihna adalah jual beli antara pemesan dan penerima pesanan, di mana spesifikasi dan harga barang disepakati diawal, sedangkan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Istishna’ dapat diterapkan dengan melakukan pemesanan barang dari pabrik, baik dalam skala besar ataupun kecil. Dengan demikian, 28 http:hukumzone.blogspot.com201203istishna-dalam-fiqh-muamalah.html , pada tanggal 29 Februari 2014 pukul 21:29 wib , dalam istishna’ bahan dan tenaga dari produsen, sedangkan konsumen hanya memesan sesuai dengan kehendaknya.

a. Dasar Hukum Istishna’

Landasan Hukum Akad Istishna’ sebagai berikut : 1 Al-Quran حَرَمُ َرْمَََأ ََلَََلُ ل ْب َََْْوَأ “…Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. Qs. Al Baqarah: 275 Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama menyatakan bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan shahih. 2 Hadits Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja- raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan beliau. HR. Muslim.

c. Rukun dan Syarat Akad Istishna’

Rukun Istishna’ ada empat, yaitu pemesan mustashni, penjual atau pembuat shani, barang mashnu, dan pernyataan kesepakatan shighat ijab qabul. ,

d. Aplikasi Akad Istishna’ dalam Perbankan

Dalam pratik perbankan, prinsip Akad Istishna’ ini dapat dilakukan dengan cara di mana pihak bank melakukan pesanan barang kepada produsen sesuai kebutuhan nasabah. Barang tersebut harus secara jelas diketahui karateristiknya, baik berupa jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Apabila barang yang dipesan tersebut ada kecacatan atau salah maka pihak produsen atau penjual bertanggungjawab atas kelalaiannya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’ . Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain subkontarktor untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini sering disebut istishna’ bertingkat al- muza’. Cara ini dibenarkan selama akad kedua antara bank dan sub- kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir, akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. 29 Adapun dalam pratik pembiayaan istishna’ di perbankan adalah : 1. Nasabah memerlukan proyek dan meminta bantuan bank 2. Bank mengecek atau menganalisa kesanggupan produsen atau kontraktor untuk menyelesaikan proyek 3. Produsen atau kontraktor menyelesaikan proyek sesuai pesanan bank 4. Bank menjual proyek kepada nasabah 29 Fatwa DSN-MUI No.22DSN-MUIIII2002 tentang Jual Beli Istishna Pararel. , Gambar 2.3 Skema akad istishna dalam Lembaga Keuangan syariah 30 Keterangan skema akad istishna di atas : Calon nasabah datang ke Bank untuk mengajukan pembiayaan untuk pembanguan atau kontruksi rumah tinggal. Bank akan meminta calon nasabah melengkapi persyaratan permohonan pembiayaan. Jika pembiayaan telah lengkap, selanjutnya bank melakukan kelayakan pembiayaan. Jika calon nasabah layak, maka bank akan mengeluarkan Surat Persetujuan kepada calon nasabah syrat oenawaran. Calon nasabah melakukan negoisasi dengan bank. Jika terjadi kesepakatan, calon nasabah menandatangani surat penawaran dan berjanji wa’ad untuk melakuakn transaksi istishna’ dengan bank. Calon nasabah dan bank melakukan perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip istishna’ dalam rangka pembangunan atau 30 Fathurrahman Djamil, 2012, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transksi di Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, Cet Ke-2., hlm 149