Analisis Cara Mengatasi Permasalahan Implementasi Hukum dan Peradilan di Indonesia.
41 d. Hakim sebagai pemberi putusan seharusnya tidak menjadi corong undang-
undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa memperdulikan rasa keadilan. Tapi hakim seharusnya mengikuti perundang-
undangan dengan mementingkan rasa keadilan yang seadil-adilnya. Sehingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
e. Komisi Yudisial sebagai komisi yang dibentuk untuk mengawasi perilaku hakim seharusnya memberi peringatan dan sanksi yang tegas kepada hakim
yang memberikan putusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa keadilan, juga yang melanggar kode etik. Hal ini dikarenakan tahun ini saja
ada 968 putusan yang dilaporkan pada Komisi Yudisial dan sekitar 69 persen dilaporkan masyarakat karena diduga tidak memberikan rasa
keadilan. f.
Meningkatkan pembinaan integritas, kemampuan atau keterampilan dan ketertiban serta kesadaran hukum dari pelaksana penegak hukum tentang
tugas dan tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar melaksanakan asas persamaan hak di dalam hukum
bagi setiap anggota masyarakat. g. Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
penegakan hukum. Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum. Sehingga tidak ada hakim yang terlibat kasus korupsi.
h. Memberikan pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya
penegakan hukum di Indonesia sehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku.
i. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.
Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan di semua tingkat peradilan.
j. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak
menjalankan tugas dengan semestinya. k. Harus ada reformasi institusional di dalam tubuh lembaga penegak hukum.
Bukan hanya reformasi di dalam tubuh Polri dan Kejaksaan RI tapi juga pada lembaga penegak hukum lain Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dan
Lembaga Perlindungan Saksi dan korban LPSK. Hal ini dikarenakan carut – marutnya hukum yang ada di Indonesia juga disebabkan karena adanya
42 oknum
– oknum yang tidak bertanggung jawab di dalam tubuh lembaga penegak hukum. Kejaksaan sudah mencanangkan adanya pembaruan di
dalam tubuh Kejaksaan yakni terkait tentang perekrutan jaksa, kode perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi disiplin. Selain itu saat
Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu jabatan jaksa, pengefektifan peran pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen ditugasi
mencegah perbuatan tercela jaksa, pemberian reward and punishment. Kepolisian juga telah merencakan meminta setiap jajaran merancang target
dalam waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan pakta integritas, mengevaluasi secara rutin kinerja jajaran, transparansi sistem rekruitmen
anggota polisi dan proses pelayanan administrasi. l.
Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan
– terobosan dalam penegakan hukum di Indonesia. Dengan adanya penghargaan ini diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba
untuk memberikan terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum di Indonesia.
m. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas tinggi.