Indikator Kompetensi PPKn SMA SMK KELOMPOK KOMPETENSI H
10 Di Indonesia hasil pembelajaran sikap dan moral di sekolah itu tercermin
dalam kehidupan di masyarakat, sehingga implementasi nilai-nilai Pancasila masih menjadi permasalahan yang sulit dilaksanakan secara utuh, selaras, serasi, dan
seimbang, dalam menanamkan sikap dan perilaku yang menyimpang dari nilai- nilai Pancasila.
2.
Menganalisis Penyebab Timbulnya Permasalahan dalam Implementasi Nilai Pancasila Antara Teori dan Kenyataaan
Permasalahan pembelajaran sikap dan moral di sekolah itu terbawa dalam kehidupan di masyarakat, disebabkan pelaksanaan pendidikan di Indonesia
terutama PPKn terlalu teoritis dan akademis, jarang dilaksanakan praktek di lapangan, yang diajarkan dalam PPKn bukan materi yang dapat menyentuh hati
nurani dan pikiran siswa untuk berbuat baik, tapi lebih menekankan pada aspek kognitif dan teoritis. Sawito 1989 berpendapat ada delapan indikator sikap sosial
positif diajarkan di sekolah yang bersumber dari butir-butir Pancasila, yaitu: 1 bersikap sopanmenghormati orang lain, 2 gotong royong, 3 suka menolong, 4
kesediaan berkorban untuk orang lain, 5 toleransitenggang rasa, 6 adil, 7 suka bergaul, 8 mengutamakan musyawarah.
Begitu juga model-model pembelajarannya, banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang sesuai untuk dilaksanakan, tetapi tetap dipaksakan
oleh guru atas saran dari pengawas atau lainnya. Indonesia sebetulnya punya pendekar pendidikan sikap-budi pekerti yaitu: Ki Hajar Dewantoro 1970 dalam Ki
H. Moesman Wiryosentono. 1989 , yaitu: ”Sistem Among” dengan trilogi
kepemimpinan dalam pendidikan dari seorang guru yaitu: 1 ing ngarso sung tulodo, artinya di depan guru memberi contoh yang baik, 2 ing madya mangun
karso, artinya di tengah-tengah guru membangun semangat siswa, 3 tut wuri handayani, artinya di belakang guru memberi dorongan dan mengikuti kehendak
siswa ke arah yang baik. Begitu juga hasil penelitian Nucci 2000 menemukan lima praktek bidang
yang memungkinkan para guru untuk terlibat dalam pendidikan moral yang disampaikan bukan secara indoktrinasi, yaitu dengan cara: 1 pendidikan moral
perlu memusatkan pada isu keadilan, kewajaran dan kesejahteraan manusia, 2 program pendidikan moral lebih efektif terintegrasi di dalam kurikulum,
dibandingkan secara terpisah sebagai unit atau program khusus, 3 diskusi moral merupakan model pengembangan moral, para siswa saling memberi dan