Analisis Permasalahan Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Asia-Afrika

80 Tulus menjelaskan, faktor utama kurangnya kerja sama antara negara Asia dan Afrika adalah jarak yang terlampau jauh serta kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Kita ini bangsa Asia, dijajahnya oleh orang Eropa, jadi lebih dekat dengan Eropa dibandingkan dengan Afrika. Sebab, jarak yang jauh pula membuat kerja sama antarnegara memerlukan banyak biaya, ujarnya. Untuk itu, Direktur Center for Industry, SME, and Business Competition Universitas Trisakti ini mengusulkan untuk diadakan deklarasi bersama dengan pemerintah serta menjalin keterikatan agar kerja sama antara bangsa Asia dan Afrika semakin erat. Mudah-mudahan Presiden bisa mempertimbangkan poin-poin yang kita ajukan, termasuk juga dukungan dan tanggapan kita atas Palestina dan Rohingya, ucapnya Selain itu, Tulus melanjutkan, cara termudah memperkenalkan budaya untuk menjalin keterikatan antara bangsa Asia dan Afrika adalah melalui kedutaan di setiap negara, baik Asia maupun Afrika. Misalnya KBRI di Afrika mengadakan seminar atau diskusi ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas. Atau kedutaan Afrika di sini mengadakan pawai budaya mereka supaya kita tahu budaya dan makanan mereka juga, katanya. Seperti diketahui, Indonesia adalah salah satu pemrakarsa utama penyelenggaraan KAA yang diikuti 29 negara Asia dan Afrika. Konferensi ini menjadi tonggak penting gerakan nonblok dan berhasil melahirkan Dasa Sila Bandung yang berisi sepuluh poin penting. Dasa Sila ini menunjukkan semangat negara Asia-Afrika dalam menjaga perdamaian dan kerja sama dunia. Penyelenggaraan KAA juga merupakan titik kulminasi perubahan politik luar negeri Indonesia menjadi bebas aktif. Lembar Kerja 2: Setelah anda membaca berita tentang Konferensi Asia Afrika ke-60 pada Kotak 2, uraikan pendapat anda pada lembar kerja berikut Pertanyaan Jawaban 1. Mengapa Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika ke- 60 dipandang penting oleh Indonesia? 2. Bagaimana apresiasi negara-negara Asia-Afrika terhadap pentingnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia- Afrika ke-60 ? 3. Bagaimana respons wartawan asing terhadap Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika ke-60? 4. Apa kesepakatan penting yang dihasilkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika ke-60? 81 5. Bagaimana kesimpulan anda tentang peran Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia- Afrika ke-60?

3. Analisis Permasalahan Hubungan Indonesia dengan negara-negara di dunia tentang perubahan iklim

Berita-Berita Tentang Perubahan Iklim Kotak 3 Bacaan 1 Perlindungan hutan dan lahan gambut ujian sejati komitmen iklim presiden Jokowi http:www.greenpeace.orgak Media: Siaran Pers - 1 Desember, 2015 PARIS, 30 November 2015: Greenpeace menyambut baik janji Presiden Joko Widodo yang baru saja disampaikan pada pertemuan COP 21 di Paris untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan gambut yang terus berulang setiap tahun, yang membuat Indonesia menjadi negara yang paling banyak melepas emisi karbon dalam beberapa bulan terakhir ini. Namun demikian, Presiden Jokowi dapat berisiko gagal memenuhi janji tersebut apabila tidak ada perlindungan hutan dan lahan gambut yang permanen. Menanggapi pidato Presiden Indonesia Joko Widodo pada perundingan iklim di Paris, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Teguh Surya mengatakan: “Jokowi telah setengah jalan menuju penanggulangan emisi di Indonesia, meski demikian diperlukan kebijakan komprehensif yang mencakup hutan dan juga lahan gambut yang termasuk di dalamnya. Misalnya, komitmen Presiden yang monumental untuk melindungi dan merestorasi lahan gambut sesungguhnya dapat berdampak lebih luas dalam mengurangi memotong emisi Indonesia, apabila disertai dengan kekuatan hukum. Namun apabila tanpa adanya langkah perlindungan baru bagi hutan, Jokowi saat ini justru sedang membiarkan perusakan hutan agar terus terjadi, sekaligus juga melanggengkan terjadinya kerusakan hutan, termasuk kebakaran yang sangat merugikan. Penghancuran hutan dan lahan gambut di Indonesia adalah sumber emisi terbesar. Indonesia telah kehilangan 31 juta hektar hutan hujan sejak 1990, atau hampir setara dengan luas negara Jerman. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan tingkat deforestasi tertinggi, terkait dengan perannya sebagai pemasok minyak sawit terbesar di dunia. Meskipun pada 2011 Indonesia telah menghentikan pemberian izin baru bagi pembukaan konsesi di hutan primer dan lahan gambut moratorium hutan dan lahan gambut, akan tetapi tingkat 82 kerusakan hutan dalam skala nasional justru meningkat. Indonesia memegang kunci atas pengurangan emisi gas rumah kaca global dengan cara paling murah dan efektif, yaitu perlindungan dan pemulihan hutan-lahan gambut. Greenpeace mendesak Presiden untuk tidak melepas kesempatan di Paris agar mendapat dukungan bagi penyelamatan hutan dan lahan gambut Indonesia,” ujar Teguh “Indonesia memerlukan undang-undang atau produk hukum yang sepenuhnya melindungi hutan dan lahan gambut, termasuk sanksi tegas bagi siapa saja yang melanggar undang-undang tersebut. Selain itu juga diperlukan adanya transparansi menyeluruh terkait penguasaan lahan, hutan, dan lahan gambut. Semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi apabila pemerintah serius dalam mengatasi kebakaran hutan dan perubahan iklim di Indonesia”. Lembar Kerja 3: Setelah anda membaca berita-berita tentang KTT perubahan iklim di Paris pada Kotak 3, uraikan pendapat anda pada lembar kerja berikut Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimana tanggapan Greenpeace terhadap sikap Indonesia tentang perubahan iklim? 2. Apakah perbedaan sikap negara-negara maju dengan negara-negara sedang berkembang tentang cara mengatasi perubahan iklim? 3. Bagaimana sikap Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim? 4. Apa kesepakatan penting yang dihasilkan oleh KTT perubahan iklim di Paris? 5. Bagaimana kesimpulan anda tentang peran Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi perubahan iklim di Paris?  Isilah tiga lembar kerja secara berkelompok.  Hasil kerja kelompok dipresentasikan untuk mendapat tanggapan dari kelompok lainnya.