24
- Kemampuan bank yang bersangkutan dalam mengumpulkan dana
dengan biaya yang relative murah. -
Volume permintaan kredit dari masyarakat business. -
Kemampuan manajemen bank itu sendiri. -
Persaingan dari bank-bank atau lembaga keuangan lainnya yang memasarkan jasa perkreditan. Muljono, 2002 : 22
2.2.2.5 Tujuan Kredit
Tujuan dari penetapan kebijaksanaan kredit dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengamanan terhadap
asset bank dan dana yang disimpan oleh para deposan secara memadai, maksudnya yaitu agar dana yang telah ditanamkan
kedalam bank tersebut dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh return yang optimum.
2. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan
perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat
melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian yang mengelilinginya
3. Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank yang besangkutan
dalam melaksanakan tugasnya.
25
4. Sebagai dasar dalam melaksanakan pengawasan, karena policy
merupakan “decision made in advance” maka kebijaksanaan = policy ini
merupakan pula tolak ukur dari apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas lapangan. Muljono, 1993 : 22.
2.2.2.6. Fungsi Kredit Perbankan
1. Pedoman kredit tersebut harus disebarluaskan dan dipahami oleh setiap petugas secara memadai menurut atau sesuai dengan jenjang
jabatannya dan juga sebaliknya kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut diformulasikan secara tertulis dengan redaksi yang baik
agar mudah dipahami dan jangan sampai salah tafsir dalam pelaksanaannya.
2. Kebijakan kredit tersebut harus bersifat stimulatif dan bukannya restriktif, maksudnya agar kebijaksanaan yang tertulis tersebut
jangan menimbulkan sentralisasi ke satu tangan yang terlalu banyak, disamping itu kebijaksanaan tersebut harus benar-benar
dapat bermanfaat untuk pedoman para pelaksanaan, serta memperhatikan umpan balik yang terjadi di lapangan untuk
perbaikan dan jangan sampai menjadikan hambatan bagi para pelaksana dalam menjalankan tugasnya.
3. Suatu kebijakan kredit yang sehat harus mampu meletakkan dasar- dasar pemberian wewenang kepada pejabat pemberi kredit atau
26
komite kredit secara memadai sehingga yang bersangkutan dapat mengambil atau memberikan dengan cepat dan tepat Muljono,
2002 : 24.
2.2.2.7. Sistematika Perkreditan
Sejalan dengan luasnya variasi jenis-jenis kegiatan usaha yang ada dalam system perekonomian di masyarakat, ternyata juga
membawa pengaruh pula kepada variasi dari jenis-jenis kredit yang disediakan oleh sektor perbankan.
A. Menurut Jenis Kredit yang Dibiayai
Dalam klasifikasi ini bentuk perkreditan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai dengan kredit tersebut antara lain :
1. Kredit untuk modal kerja.
Kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
2. Kredit investasi.
Yaitu kredit-kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu
cycle , maksudnya proses dari pengeluaran uang kas dan
kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah beberapa kali perputaran.
27
3. Personal loan.
Ada juga bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan
kebutuhan konsumtif. 4.
Non cash loan Ada sejenis kredit yang belum efektif dapat ditarik secara tunai
ataupun secara pemindah bukuan, tetapi didalamnya telah terkandung adanya kesannggupan untuk melakukan
pembayaran dikemudian hari. 5.
Kredit Kelolaan. Dalam pengelolaan kredit-kredit tersebut secara lengkap kepada
para nasabah yang menerima oleh bank pelaksana, maka kredit ini disebut sebagai kredit kelolaan.
6. Kredit Industri kecil.
Di dalam kredit ini pemerintah disamping memberikan bantuan dari segi permodalan juga memberikan pembinaan manajemen
maupun pemasaran, keahlian teknis dan lain-lain. 7.
Kredit Kelayakan. Pemberian kredit yang lebih ditekankan pada pertimbangan
kelayakan usaha dan tidak ditekankan pada pertimbangan kelayakan usaha dan tidak ditekankan pada tersedianya jaminan,
tetapi keberhasilan usaha nasabahlah yang diutamakan dan bukannya jaminan fisik lagi
28
8. Kredit Untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia SDM
Kredit ini erat hubungannya dengan penyediaan dana dalam rangka pengembangan pengetahuan, ketrampilan,
profesionalisme seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang memerlukannya.
9. Kredit Ekspor
Di dalam rangka pengembangan kegiatan ekspor komoditi nonmigas telah dikembangkan suatu jenis kredit yang berupa
kredit ekspor. Kredit ini ditujukan untuk penyediaan dana dalam pelaksanaan maupun dalam pengadaan atau produksi barang-
barang yang akan di ekspor. 10.
Overdraft Facility Jenis kredit ini terjadi akibat pemberian fasilitas overdraft
terhadap pra pemegang rekening baik giro atau debitur dari suatu bank, karena suatu transaksi yang melebihi kelonggaran tariknya.
11. Syndication loan
Untuk membiayai proyek-proyek yang jumlahnya sangat besar biasanya dtempuh dengan pembentukan sindikasi dari para
penyedia dana yang lebih luas dari kredit konsorsium. Muljono, 1993 : 39.
29
B. Jenis Kredit Menurut Wewenang Keputusan
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dalam pemberian kredit, maka diciptakan beberapa batasan tentang wewenang dalam pemutusan kredit sesuai
kemampuan masing-masing jenjang jabatan yang ada dalam bank yang bersangkutan.
Urutan pembagian kredit menurut wewenang tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
1 Kredit atas dasar wewenang cabang pembantu yaitu suatu jenis kredit
dengan jumlah tertentu yang dapat diberikan oleh cabang pembantu. 2
Kredit atas dasar wewenang keputusan cabang. 3
Kredit atas dasar wewenang keputusan atas dasar kepala kantor wilayah. 4
Kredit atas dasar wewenang keputusan kantor pusat. 5
Kredit atas dasar wewenang keputusan bank Indonesia. 6
Kredit atas dasar keputusan committee credit dan lain-lain. Mujono,1993:42
Dari pembagian kredit atas dasar wewenang tersebut jelas lebih banyak untuk kepentingan manajemen intern bank itu sendiri. Pemberian wewenang
kredit pada jenjang jabatan yang terendah maksudnya yang menghilangkan birokrasi dalam merebut pasar dengan tepat dan cepat
C. Jenis Kredit Menurut Resiko Pembiayaan.
Untuk menampung resiko yang mungkin terjadi atau menimpa bank apabila ditinjau dari sumberdana pembiayaan untyk pemberian kredit tersebut
yaitu dapat dibedakan antara lain :
30
1 Kredit dari Dana Bank yang bersangkutan.
2 Kredit dengan Dana Likuiditas Bank Indonesia.
3 Kredit kelolaan.
4 Kredit konsorsium.
5 Join Financing Muljono, 1993 : 42.
D. Jenis Kredit Menurut Asal Sumber Dana.
Dengan terbukanya system perkonomian suatu negara memungkinkan pula suatu bank beroperasi jauh ke kawasan negara-negara lain.
Jenis kredit ini dapat dibedakan antara lain: 1
Kredit yang sumber dananya berasal dari luar negeri, baik dalam valuta asing maupun rupiah.
2 Kredit yang sumber dananya berasal dari bank-bank di dalam negeri;
dalam valuta asing. Muljono, 1993 : 44.
E. Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi
Untuk kepentingan perencanaan pengembangan kegiatan perekonomian maka pembagian sektor-sektor ekonomi mempunyai arti yang sangat penting.
Secara garis besar pembagian kredit menurut sektor ekonomi tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
1 Sektor pertanian.
2 Pertambangan
3 Perindustrian
4 Listrik, gas dan air.
5 Konstruksi.
31
6 Perdagangan, restoran dan hotel
7 Pengangkatan, pergudangan dan komunikasi.
8 Jasa-jasa dunia usaha.
9 Jasa-jasa sosial atau masyarakat. Muljono, 1993 : 46.
F. Jenis Kredit Menurut Sifat-sifatnya.
Mengingat bidang usaha mempunyai variasi yang sangat banyak ternyata dari sifat-sifat usaha ini juga akan mempengaruhi bentuk dari
pola kebutuhan modalnya dan bentuk dari srukturnya pelunasan dari kreditnya. Jenis-jenis perkreditan menurut sifatnya dapat diuraikan
sebagai berikut: 1
Berulang Revolving Credit. 2
Kredit sekali tarik Einmalig Kredit atau Self Liquidating Credit.
3 Kombinasi bentuk Revolving Credit dan Self Liquidating
Credit. 4
Kredit dengan Platfond Menurun atau Kredit Investasi. 5
Open Platfond Credit. 6
Plafond Kredit terikat. Muljono, 1993 : 57.
2.2.3. Pengertian Inflasi
Inflasi dapat di definisikan sebagai suatu proses kenaikan
harga- harga yang berlaku dalam suatu perekonomian Google, 31 Mei 2010
32
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk
naik secara umum dan terus menerus. Google, 31 Mei 2010.
Inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari pertama, kenaikan harga-harga barang yang diimpor, kedua penambahan penawaran uang
yang berlebihan tanpa diikuti pertumbuhan produksi dan penawaran barang, ketiga kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat
pemerintah yang kurang bertanggung jawab.Google, Wikipedia
Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang secara terus-
menerus pada suatu periode tertentu. Nopirin, 2000 : 25
Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Saat ini, kita menghitung inflsi dengan menggunakan indeks harga rata-rata
terimbang dari harga ribuan produk individual. Indeks harga konsumen
CPI mengukur biaya sekeranjang. Samuelson, 2004 :381
Peningkatan dalam seluruh tingkat harga ini di sebut inflasi, yang menjadi salah satu perhatian utama para ekonom dan pembuat
kebijakan.Gregory Mankiw, 2007 : 30
Inflasi merupakan kenaikan di dalam tingkat harga umum, laju
inflsi merupakan lagu perubahan tingkat harga umum. Samuelson, 2004 : 118
33
Inflasi adalah kenaikan dalam keseluruhan tingkat harga. Target inflasi yaitu kebijakan moneter di mana bank sentral mengumumkan
target tertentu, atau rentang target untuk tingkat inflasi. Pajak inflasi yaitu penerimaan yang diperoleh pemerintah melalui penciptaan uang
disebut juga seigniorage.Gregory, 2007 : 547
Tingkat inflasi presentasi pertambahan kenaikan harga berbeda dari satu periode ke periode lainnya dan berbeda pula dari suatu negara
dengan negara lain. Faktor-faktor penyebab inflasi pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah
berikut : Tingkat Pengeluaran agregat yamg melebihi kemampuan perusahaan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Pekerja-
pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Google, Wikipedia Ensiklopedia Bahasa
Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi tersebut adalah mencakup tiga aspek yaitu :
1. Adanya kecenderungan tendency harga-harga untuk meningkat,
yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik dibandingkan dengan sebelumnya.
2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus
sustained, yang berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada suatu waktu tertentu atau sekali waktu saja,
melainkan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
34
3. Mencakup pengertian tingkat harga umum general level prices,
yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komoditi saja.
2.2.3.1. Jenis-jenis inflasi
Penggolongan di dasarkan atas ”parah” tidaknya inflasi tersebut. Disini kita bedakan beberapa macam inflasi antara lain:
1. Inflasi ringan dibawah 10 setahun
2. Inflasi sedang antara 10 sampai 30 setahun
3. Inflasi berat antara 30 sampai dengan 100
4. Hiperinflasi di atas 100 setahun Google, 31 Mei 2010
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
a. inflasi tarikan permintaan.
b. inflasi desakan biaya c.
inflasi diimpor
a. Inflasi Tarikan Permintaan Demand Pull Inflation
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan
tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan
barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan
inflasi. Sadono, 2008 : 333
35
b. Inflasi Desakan Biaya Cost Push Inflation
juga inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat
rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan bertambah, mereka akan berusaha menaikan produksi dengan cara
memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini.
Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya
akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.Sadono, 2008 : 333
c. Inflasi Diimpor
Inflasi yang bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Satu contoh yang nyata
dalam hal ini adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970an kepada perekonomian negara-negara barat dan negara-negara
pengimpor minyak lainnya. Minyak penting artinya dalam proses produksi barang-barang industri, maka kenaikan harga minyak tersebut
menaikkan biaya produksi, otomatis harga-harga akan naik pula.
Sehingga pada masa itu terjadi lah Stagflasi, yaitu
36
inflasi ketika pengangguran adalah tinggi, di berbagai negara.
Sadono, 2008 : 336 Gambar 1 : Inflasi Tarikan Permintaan Demand Pull Inflation
Sumber : Sadono sukirno, 2008, Makro Ekonomi, Penerbit , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal : 334
Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan AD
1,
AD
2,
AD
3,
adalah permintaan agregat. Misalkan pada mulanya permintaan agregat adalah AD
1.
Maka pendapatan nasional adalah Y
1
dan tingkat harga adalah P
1
perekonomian yang berkembang pesat mendorong kepada kenaikan harga permintaan agregat, yaitu menjadi
AD
2.
Akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh yaitu Y
F
dan tingkat harga naik menjadi P
1
ke P
F
ini inflasi telah terwujud. Apabila masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya
maka permintaan agregat menjadi AD
3.
Untuk memenuhi permintaan
Y
AD
1
AS
AD
2
AD
3
P
F
P
1
P
2
Y
2
Y
1
Tingkat harga
Y
F
Pendapatan nasional riil
37
yang semakin bertambah tersebut, perusahaan-perusahaan akan menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional riil
meningkat dari Y
F
menjad Y
2
. kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih
cepat, yaitu dari P
F
ke P
2
.
Gambar 2 : Inflasi Desakan Biaya Cost Push Inflastion
Sumber : Boediono, 2001, Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta. hal. 157
Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi naik misalnya kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri atau karena harga bahan
bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S
1
ke S
2
, harga tentu saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.
S1 S2
P1 P2
Q1 Q2
Q Output
38
Gambar 3 : Inflasi Diimpor dan Stagflasi
Sumber : Sadono sukirno, 2008, Ekonomi Makro, Teori Pengantar, Edisi Ketiga
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal : 337.
Wujudnya stagflasi sebagai akibat inflasi diimpor dan penurunan nilai mata uang seperti yang di terangkan di atas dapat di gambarkan
secara grafik, yaitu seperti di tunjukkan dalam Gambar di atas. Permintaan agregat dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya
penawaran agregat adalah AS
1
. Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah kerja penuh Y
F
maka jumlah pengangguran adalah tinggi. Kenaikan harga barang impor yang pening
artinya di berbagai industri menyebabkan biaya produksi naik, dan ini
AS
1
AS
2
P
2
P
1
Y
2
Y
1
ADD
Y
F
Pendapatan nasional riil Tingkat harga
39
seterusnya akan mengakibatkan perpindahan kurva penwaran agregar dari AS
1
menjadi AS
2
. pendapatan menurun dari Y
1
kepada Y
2
sedangkan tingkat harga naik dari P1 menjadi P2. ini berarti secara
serentak menamakan masalah seperti ini dengan istilah Stagflasi, yaitu
istilah yang bersumber dari kata “stagnation” dan” inflation”. Dengan demikian sagflasi menggambarkan keadaan di mana kegiatan ekonomi
semakin menrun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin bertambah cepat.
2.2.3.2. Asal inflasi
Inflasi dapat dilihat dari asalnya yaitu : 1.
Inflasiyang berasal dari dalam negeri domestic inflation timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakkan uang baru, panen yang gagal dan lain sebagainya. 2.
Inflasi yang berasal dari luar negeri imported inflation adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga barang-barang impor hal
ini terjadi karena biaya produksi barang dari luar negeri tinggi atau
karena adanya kenaikan tariff impor barang.Google, 31 Mei 2010
40
2.2.4. Pendapatan perkapita
2.2.4.1. Pendapatan
Faktor utama bagi setiap orang untuk dapat memenuhi kebutuhan adalah pendapatan dengan demikian seseorang dtuntut untuk lebih dapat
meningkatkan pendapatan yang dperoleh dengan harapan dapat di penuhi. Adapun pendapatan itu sendiri adalah
penghasilan seseorang yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Rosyidi, 1993 : 96 pendapatan adalah gaji bunga,
sewa, laba dan bunga yang di terima oleh anggota sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi.
Adapun pendapatan menurut difinisi Simorangkir, 1985 : 32 dalam kamus perbankan yang disamakan dengan income adalah jumlah
yang berupa laba, bunga dan sebagainya yang berasal dari usaha profesi atau milik.
Sedangkan pendapatan menurut ahli ekonomi Budiono, 1985 : 150, bahwa pendapatan atau income dari warga masyarakat adalah hasil
penjualan dari factor-faktor produksi untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar produksi.
Dengan arti kata bahwa pendapatan suatu masyarakat akan naik apabila terdapat penawaran yang tinggi terhadap factor-faktor
produksi
yang ditawarkan kepada sektor produksi.
41
Dengan demikian permintaan dan penawaran sangat berpengaruh pada pendapatan masyarakat.
2.2.4.2. Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu
Negara pada suatu masa tertentu.Sadono sukirno, 2008 : 424
cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Disamping itu pendapatan perkapita regional mempunyai beberapa
kegunaan antara lain untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat, untuk laju perkembangan
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata
penduduk suatu Negara. google, Juni 2010
Pendapatan perkapita sering di gunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah Negara semakin
pendapatan semakin makmur Negara tersebut. google, Juni 2010
pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat di konsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan
mempunyai pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi meningkat dan tabungan akan
meningkat pula. winiardi, 1991 : 28
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka pendek waktu tertentu
biasanya satu tahun sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari
42
kekayaan seperti : sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti: Tunjangan social atau asuransi.
Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang deterima oleh seseorang atau
factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam
jangka waktu tertentu satu tahun. Samuelson Nordhaus, 1993 : 258
Adapun beberapa faktor yang menimbulkan adanya perbedaan pada tingkat pendapatan yaitu :
1. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan. 2.
Perbedaan dalam jenis pekerjaan 3.
Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memlih pekerjaan. 4.
Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan. 5.
Ketidak sempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja Sukirno, 1994 : 367
2.2.5. Tenaga Kerja
2.2.5.1. Pengertian Tenaga Kerja
Secara umum tenaga kerja dapat di artikan sebagai berikut: “Bagian dari penduduk suatu negara yang sanggup menghasilkan
pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomis, baik itu berupa pekerjaan
43
tanah, pekerjaan dalam tambang, dalam pengangkutan atau perdagangan maupun pekerjaan-pekerjaan administrasi atau pekerjaan
ilmiah”.
Menurut Dumairy 1997 : 74, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara
negara satu dengan negara lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja.
Definisi tenaga kerja man power menurut Manulang, 1995 : 2 adalah penduduk yang sudah tua atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang terakhir pencari kerja,
bersekolah dan yang mengurus rurnah tangga walaupun sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu- waktu dapat ikut
bekerja Menurut Suroto 1992 : 17, tenaga kerja man power adalah
kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain
Menurut Partadiredja 2002 : 228, tenaga kerja adalah sebagian dari penduduk yang berfungsi ikut serta dalam proses produksi dan
menghasilkan barang barang dan jasa-jasa. Sedangkan menurut Irawan dan Suparmoko 2002 : 114, Tenaga
kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja
labour force dan bukan angkatan kerja.
44
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri
sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja,
dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. Sumarsono, 2003 : 5
Tenaga kerja man power adalah penduduk dalam usia kerja 16-64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Subri,
2003:57 Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut
terakhir pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu
dapat ikut bekerja. Simanjuntak, 2001:2 Dari konsep usia kerja yang di tetapkan di Indonesia mencerminkan
suatu keadaan dimana masyarakat Indonesia taraf hidupnya cukup memprihatinkan, karena masih banyak masyarakat masih yang
mempunyai kondisi keuangan yang masih relative rendah dan masih banyak faktor kemiskinan. Secara luas pengertian dari tenaga kerja
mencakup penduduk yang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang
45
melakukan kegiatan. Walaupun sedang tidak bekerja sebab secara fisik mereka mampu bekerja dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Dengan
demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk Simanjuntak, 2001 :
4 dipilah-pilah menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut
Sumber : Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta
Keterangan :
Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja man power dipilah menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja dibedakan pula menjadi dua sebab, yaitu :
1. Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang
sedang bekerja, serta orang-orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja
2. Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,
lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari
pekerjaan. Sedangkan tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang
Penduduk Tenaga kerja
berusia ≥ 10 tahun
Bukan Tenaga kerja berusia 10 tahun
Angkatan Kerja: Pekerja
Pengangguran
Bukan Angkatan Kerja: Pelajar
PengurusRumah Tangga PenerimaPendapatan Lain
46
bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah, serta penerimaan pendapatan lain. Dumairy 1997 : 75 .
2.2.5.2. Pengertian Angkatan
Kerja Menurut Dumairy, 1997 : 75 angkatan kerja adalah bagian
penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu”
disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu : a.
Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak
memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal. c.
Mampu Yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti
orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.
Menurut Irawan dan Suparmoko, 1999 : 67, angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap
untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja
penuh. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau
47
mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.
2.2.5.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja Menurut Dumairy, 1997 : 75 Bukan Angkatan kerja adalah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Menurut Soemarsono, 2003 : 116 . Bukan Angkatan kerja
adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Kelompok ini merupakan bagian dari tenaga kerja yang sebenarnya tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu
memproduksi barang dan jasa. Terdiri dari :
1. Golongan yang bersekolah,
yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah
2. Golongan yang mengurus rumah tangga
, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah
3. Golongan yang menerima pendapatan,
yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi, tapi memperoleh pendapatan
seperti tunjangan pension, lanjut usia, cacat. Simanjuntak, 2001 : 6.
48
2.2.5.4 Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian
kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam
permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan. Suroto, 1992 : 21.
Suatu perusahaan dalam membeli atau menggunakan tenaga kerja tidak dapat menentukan tingkat upah tenaga kerja, melainkan hanya akan
mengikuti upah, pada umumnya yang berlaku di pasar tenaga kerja. Misalnya tingkat upah tenaga kerja itu setinggi W, maka jumlah tenaga
kerja yang akan digunakan oleh perusahaan agar jumlah laba yang didapatnya maksimum adalan sebanyak N, yaitu ditentukan oleh
perpotongan antara kurva VMPN dan kurva w W. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sebanyak N
1
, karena N
1
terlihat bahwa tingkat upah merupakan biaya atau pengorbanan yang harus dibayar oleh perusahaan
lebih tinggi daripada manfaat dalam bentuk nilai produksi yang disumbangkan terakhir.
Dengan demikian hal ini tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sebaliknya bila jumlah tenaga kerja yang dipakai hanya sebanyak N
2
, ini berarti bahwa nilai produksi marginal lebih tinggi daripada tingkat upah
49
yang harus dibayar perusahaan, artinya perusahaan mendapat manfaat yang lebih tinggi daripada korban yang harus dipikulnya dengan
sendirinya perusahaan
akan terdorong untuk menambah tenaga kerja lebih banyak lagi. Kedudukan keseimbangan tercapai pada posisi jumlah tenaga
kerja N
Gambar 4 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
W w
W
N N
N1
Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE,UGM, Yokyakarta, hal 161.
2.2.5.5 Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan factor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga
kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila
kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seseorang
pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga kerjanya. Akan tepai karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu
VMPN