Sineresis HASIL DAN PEMBAHASAN

hijau mengalami pengendapan paling maksimal untuk menghasilkan randeman. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno 2004, pada titik isoelektrik pengendapan protein terjadi paling cepat. Suhardi, 1988, menambahakan muatan listrik mempengaruhi kelarutan protein, pada pH selain pada titik isoelektriknya protein mempunyai muatan dan saling menolak, tetapi pada titik isoelektrik beda muatan antar molekul mengecil dan akhirnya sangat kecil, molekul-molekul saling berdampingan, membentuk agregat dan mengendap

E. Sineresis

Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 5 dapat diketahui perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL pada tauwa kacang hijau terdapat interaksi yang nyata p ≤0,05 terhadap sineresis tauwa yang dihasilkan. Demikian juga antara masing-masing perlakuan terdapat perbedaan yang nyata. Rerata sineresis tauwa kcang hijau dengan perlakuan konsentrasi GDL dan penambahan volume air susu tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6. Rerata nilai sineresis tauwa kacang hijau dari penambahan air dan konsentrasi GDL Perlakuan air Konsentrasi GDL Rata-rata Sineresis ggjam Notasi DMRT 5 300 2 3 4 0,2502 0,3057 0,4168 ab b c 0,0598 0,0615 0,0622 0,0543 0,0587 450 2 3 4 0,2304 0,2404 0,3049 a a b 0,0607 0,0618 - 600 2 3 4 0,3257 0,2115 0,2328 b a a 0,0571 Keteranagan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf berbeda berarti berbeda nyata p ≤0,05 Pada Tabel 6. terlihat bahwa pada perlakuan penambahan air 300 ml dan konsentrasi GDL 4 memiliki rerata sineresis tertinggi tauwa 0,4168 ggjam sedangkan pada perlakuan penambahan GDL 3 dan volume air 600 ml sedangkan sinersis terendah 0,2115 ggjam Hubungan antara perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap sineresis tauwa kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 11. 0.20 0.30 0.40 2 3 4 Konsentrasi GDL S ine re s is g g ja m 300 ml 450 ml 600 ml Gambar 10. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap sineresis tauwa kacang hijau Pada Gambar 11. menunjukan semakin tinggi konsentrasi GDL dan semakin rendah penambahan air maka nilai sineresis semakin tinggi. Hal ini disebabkan, semakin tinggi konsentrasi GDL pH tauwa semakin turun, menjauhi pH isoelektris sehingga curd yang terbentuk semakin lembek menyebabkan air yang menetes dari curd semakin banyak. Semakin rendah penambahan air nilai sineresis yang dihasilkan semakin tinggi, hal ini disebabkan curd yang terbentuk semakin lembek karena air yang menetes semakin banyak karena pH tauwa menjauhi pH isoelektris. Pada penambahan air 600 ml terjadi penyimpangan grafik yaitu pada konsentrasi 2 pH tauwa 5,38 menunjukan bahwa pH tauwa menjauhi pH isoelektris sehigga curd yang terbentuk lebih lembek menyebabkan air yang keluar dari curd lebih banyak. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi GDL 3 pH tauwa 4,65 dan pada perlakuan konsentrasi GDL 4 pH tauwa 4,49 pada kondisi tersebut pH tauwa mendekati pH isoelektris 4,6 sehingga curd yang terbentuk lebih kokoh karen air yang keluar lebih sedikit Terbentukya sineresis yang dikehendaki adalah nilai seneresis yang kecil karena ini menunjukan bahwa pada tauwa kacang hijau tersebut air yang terikat dalam tauwa lebih kuat dan nampak kokoh, akan tetapi pada tauwa yang memiliki nilai seneresis terbesar menujukan bahwa tauwa tersebut memiliki sifat yang lembek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harianto,2005 bahwa terdapat hubungan nilai konsistensi gel dengan nilai sineresis, dan terdapat hubungan antara nilai konsistensi gel dengan tekstur dan ditambahkan pula oleh Eryanti 2004, bahwa semakin tinggi tingkat sineresis maka semakin cepat lunak tekstur produk pangan tersebut, dimana definisi sineresis menurut Winarno 1992, adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam bahan pangan dimana air tidak terikat dengan kuat oleh komponen bahan yang ada

F. Kadar Protein