Pada Tabel 12. menunjukkan bahwa rata-rata skor tauwa kacang hijau 45 – 82. Nilai rata-rata skor tertinggi terdapat pada penambahan air 600 ml dan
konsentrasi GDL 3 82, sedangkan nilai rata-rata skor terendah terdapat pada perlakuan penambahan air 300 ml dan konsentrasi GDL 4 45
Tauwa kacang hijau yang dikehendaki konsumen merupakan tauwa yang memiliki sifat yang kokoh dimana tauwa kacang hijau yang kokoh merupakan
tauwa yang memiliki pH mendekati pH isoelektris 4,6. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardi 1988, pada titik isoelektrik beda muatan antar molekul
mengecil dan akhirnya sangat kecil, molekul-molekul saling berdampingan, membentuk agregat dan mengendap
F. Analisa Keputusan
Pemilihan alternatif pada kualitas curd tauwa kacang hijau dilakukan bedasarkan uji dengan mempertimbangkan fisikokiiawi dan organoleptik.
Berdasarkan hsil rata-rata uji fisikokimiawi dan organoleptik dari 9 kombinasi perlakuan dari 20 panelis. Data-data hasil analisa secara kualitatif dan kuantitatif
curd tauwa dengan bahan penggumpal GDL dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.Hasil analisis keseluruhan pada produk Tauwa kacang hijau
Organoleptik Perlakuan
Hedonik Skoring Penambah
an air ml
GDL Kadar protein
pH Randemen
sineresis ggjam
Aroma Rasa
Tekstur
300 2
3 4
5.7510 5.7303
4.8697 4,4733
4,3300 4,1500
154.9553 139.2664
126.9554 0.2502
0.3057 0.4168
95.5 96.5
52 97
65.5 495
63 55
45
450 2
3 4
6.4103 6.1797
5.5033 4,8233
4,4900 4,3700
275.4220 265.4873
251.4440 0.2304
0.2404 0.3049
107 86.5
73.5 105.5
101.5 98.5
76 72
58
600 2
3 4
5.2003 6.1187
5.7090 5,3800
4,6500 4,4967
281.3555 296.0818
300.1553 0.3257
0.2115 0.2328
118.5 134.5
116 121
144,5
118 73
82 71
Dari masing-masing kombinasi menghsilkan data kuantitatif atau kimiawi randemen, sineresis, dan kadar protein dan aspek kualitatif meliputi
uji orgonoleptik rasa dan aroma. Produk pangan diteria oleh konsumen lebih ditentukan oleh sifat organoleptk pangan tersebut. Mutu orgaoleptik legih
menentukan karena konsumen menilai mutu secara langsung.
G. Analisis Finansial
Analisa finansial ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan secara ekonomis dari produksi tauwa kacang hijau. Pada penelitian ini delakukan
analisis finansial untuk keperluan yang telah memenuhi kriteria yang diharapkan yaitu pada perlakuan penambahan air 600 ml dan GDL 4 merupakan produk
tauwa yang disukai konsumen. Parameter yang dilakukan untuk mengukur tingkat kelayakan produksi
tauea meliputi BEP, NPV, Gros BC, IRR dan PP hasil perhitungan analisis finansial dapat dilihat pada Lampiran 10.
1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yang direncanakan pada perusahaan tauwa kacang hijau adalah 4.618,88 kgtahun atau sebanyak 153.962 mangkuktahun
Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya
produksi langsung biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah mengikuti perubahan tingkat
produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Secara singkat total produksi per tahun dari industri tauwa kacanng
hijau dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Biaya Produksi
= Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = Rp. 54.539.851,04 + Rp 237.503.974. ,-
= Rp 292.043.825 Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 10.
3. Harga Pokok Produksi
Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap mangkuk tauwa kacang hijau :
Harga Pokok = Total biaya produksi
Kapasitas produksi per tahun
= Rp. 292.043.825
153.961,6 = Rp. 1.896,86mangkuk atau
= Rp 1.900 mangkuk
4. Harga Jual Produksi
Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok produk, keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai sebesar
30 dari harga pokok, dan pajak 10 dari harga pokok.
Harga Jual = harga pokok + keuntungan 60
= Rp. 1.900+ Rp. 1.140
= Rp 3.040mangkuk
5. Break Event Point BEP
Break Event Point BEP adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan
besarnya nilai atau hasil penjualan, jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan juga tidak mengalami kerugian.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 10 diperoleh BEP tauwa kacang hiaju yaitu :
a. BEP = Rp 110.628.501,1
b. Persen Titik Impas = 23,63
c. Kapasitas titik impas = 35.657,59 mangkuktahun Kapasitas tiitik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan
untuk mencapai titik impas tersebut, jadi produksi tauwa kacang hijau per tahun mencapai keadaan impas jika produksinya sebesar 35.657,59
mangkuktahun, produksi tauwa kacang hijau memperoleh keuntungan karena
produksinya diatas kapasitas titik impas. Grafik BEP dapat dilihat pada Lampiran 12.
6. Net Present Value
Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu
proyek dapat dipilih apabila NPV 0. Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada Lampiran 11 tentang
perhitungan NPV pada tauwa kacang hijau adalah sebesar Rp. 139.357.694,- . Hal ini berarti proyek dapat diterima.
7. Payback Periode
Payback Periode adalah perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Payback Periode
tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan nilai bahwa proyek akan dipilih jika mempunyai waktu Payback Periode yang
paling cepat. Berdasarkan perhitungan yang terdapat di Lampiran 10, diperoleh nilai
Payback Periode PP sebesar 3,43 tahun. Umur ekonomis proyek yang direncanakan selama 5 tahun. Hal ini berarti investasi pada proyek ini dapat
diterima karena nilai Payback Periode PP lebih kecil daripada umur ekonomis.
8. Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio Gross BC adalah merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present valuekan
dirupiahkan sekarang. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila Gross BC 1, bila proyek memiliki Gross BC = 1 tidak akan
dipilih. Berdasarkan Lampiran 11, diperoleh nilai Gross BC sebesar 1,16. Hal
ini berarti proyek ini dapat diterima.
9. Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan
jumlah investasi modal awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan
NPV = 0. Bila nilai IRR suatu proyek lebih besar dari suku bunga yang berlaku maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan Lampiran 13, diperoleh IRR sebesar 24,42 . Hal ini berarti proyek dapat diterima karena IRR lebih besar dari pada suku bunga
yang dikehendaki yaitu 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN