Uji F secara simultan Uji t Uji Asumsi Klasik BLUE

meningkatnya jumlah variabel yang menjelaskan, R 2 hampir-hampir selalu meningkat dan tak pernah menurun. Gujarati, 1995 : 101.

3.4.2. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hipotesisnya menggunakan cara sebagai berikut :

a. Uji F secara simultan

Untuk menguji hubungan regresi antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y, maka digunakan uji F. Pengujian ini ditentukan dengan rumus : KT regresi ............................ Sudrajad, 2002 : 123 F hitung = KT Galat Dengan derajat bebas = k, n-k-1 Keterangan : K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel KT = Kuadrat tengah Galat = Error Residual Kriteria uji F akan ditunjukkan pada gambar 2 Gambar Daerah Kritis H melalui kurva distribusi F Sumber : Gujarati, Demodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta hal 80 H = β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 tidak ada pengaruh H = β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 ada pengaruh Kaidah keputusannya adalah : 1. Jika F hitung ≤ F tabel , maka H- diterima 2. Jika F hitung F tabel , maka H- ditolak

b. Uji t

Digunakan untuk menguji hubungan regresi secara terpisah dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan persamaan sebagai berikut : β i t hitung = Se β i ...............................Sudrajad, 2002 : 122 Derajat bebas = n-k-1 Dimana : β i = Koefisien regresi Se = Standar error Daerah tolak H Daerah terima H n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Kriteria uji t akan ditunjukkan pada gambar sebagai berikut : Gambar Daerah kritis H melalui kurva distribusi t -t hitung - t tabel t tabel Sumber : Gujarati, Demodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta hal 116 H : β i = 0 tidak ada pengaruh nyata H i : β i ≠ 0 ada pengaruh nyata Kaidah keputusannya adalah : 1. H- diterima jika -t hitung ≤ t tabel , berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. H- ditolak jika -t tabel t hitung t tabel , berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5. Uji Asumsi Klasik BLUE

Persamaan regresi yang dipergunakan haruslah bersifat BLUE, yang artinya pengambilan melalui uji F atau uji t tidak boleh bias. Untuk Daerah tolak H Daerah terima H Daerah tolak H melaksanakan operasi linier tersebut diperlukan 3 tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar, yaitu : 1. Tidak terjadi korelasi 2. Tidak terjadi multikolinieritas 3. Tidak terjadi heteroskedastisitas Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator. 1. Autokorelasi Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional Gujarati, 1995 : 201. Jadi, dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya, nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke-t e t tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya e t-1 . Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat ditest dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan persamaan : t=N ∑ e t – e t-1 2 t=2 d = t=N ∑ e t 2 t=1 Keterangan : d = Nilai Durbin Watson e t = Residual pada waktu ke -t e t-1 = Residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya N = Banyaknya data Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini : dL dU 4-dU 4-dL 4 2. Multikolinieritas Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut : a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi b. Koefisien korelasi sederhanya tinggi c. Nilai F hitung tinggi signifikan Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif Daerah keragu- raguan Ada autoko relasi negatif Ada autoko relasi positif Daerah keragu- raguan d. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Akibat adanya multikolinieritas adalah : 1. Nilai standar error galat baku tinggi, sehingga taraf kepercayaan confidence intervalnya akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujian terhadap koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan. 2. Probabilitas untuk menerima hipotesa H diterima tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat akan semakin besar. Awat, J, Napa, 1995 : 367-375. Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF = 1 , VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. tolerance Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier Ghozali, 2001 : 57. 3. Heteroskedastisitas Pada regresi linier residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Speaman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah : ∑d i 2 r s = 1 – 6 N N 2 – 1 Keterangan : D i = Perbedaan dalam Rank antara residual dengan variabel bebas ke-1 N = Banyaknya data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Penelitian ini mengambil daerah Propinsi Jawa Timur dengan obyek penelitian Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Surabaya dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak tentu prosentasenya. Variabel- variabel yang di perhatikan dalam penelitian ini adalah Jumlah Dana Bank, Jumlah Pengusaha Kecil, Tingkat Suku Bunga Kredit, dan Pendapatan Perkapita.

4.1.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kotamadya DaerahTingkat II Surabaya terletak antara 7° 21’ Lintang selatan dan 112° 36’ Lintang Selatan sampai dengan 112° 54’ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, kecuali di sebelah selatan yang mencapai daerah Lidah dan Gayungan Adapun batas – batas wilayah kota Surabaya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Selat Madura b. Sebelah Timur : Selat Madura c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik Luas wilayah seluruhnya kurang lebih 326,36 KM² yang terbagi dalam 5 wilayah pembantu Walikotamadya 28 wilayah kecamatan dan 163 63