rendah maupun level tinggi jika cocoamidopropyl betaine yang digunakan level rendah maka viskositas sediaan yang dihasilkan tetap kecil.
Cocoamidopropyl betaine akan memberikan sifat anionik di bagian
hidrofil pada permukaan micelle. Konformasi micelle berbentuk spherical karena adanya gaya tolak menolak antar muatan pada head groups di
permukaan micelle. Adanya gliserin menyebabkan berkurangnya gaya tolak menolak antar muatan pada permukaan micelle sehingga ukuran micelle dapat
membesar. Membesarnya ukuran micelle terjadi karena adanya perubahan konformasi micelle menjadi non-spherical. Ukuran micelle yang besar akan
meningkatkan viskositas sediaan Atwood dan Florence, 2008. Peningkatan konsentrasi surfaktan akan membentuk rod-like micelle. Micelle tersebut akan
saling berpilin sehingga viskositas sistem akan semakin meningkat.
3. Ketahanan busa
Ketahanan busa merupakan kemampuan busa yang dihasilkan oleh sabun cair dalam waktu, energi, dan kecepatan tertentu untuk
mempertahankan diri. Ketahanan busa dilihat dari pengukuran busa pada menit ke-0 dan ke-5 setelah dilakukan penggojokan. Selisih tinggi busa yang
semakin kecil pada menit ke-0 dan ke-5 maka ketahanan busa semakin baik. Berdasarkan sediaan pembanding, maka ditetapkan kriteria penerimaan
ketahanan busa sebesar 0-2mm. Tabel VI menunjukkan ketahanan busa yang paling baik adalah
formula ab yang merupakan formula dengan cocoamidopropyl betaine dan gliserin level tinggi. Hal ini menunjukkan semakin besar penggunaan
cocoamidopropyl betaine dan gliserin akan menghasilkan busa yang lebih
optimal dan memiliki kemampuan mempertahankan busa yang baik. Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 12,74074 - 1,40741X
1
– 1,51852X
2
+ 0,18519X
1
X
2
dengan X
1
merupakan faktor cocoamidopropyl betaine, X
2
merupakan faktor gliserin, dan X
1
X
2
merupakan interaksi dari kedua faktor tersebut. Akan tetapi p-value
yang diperoleh 0,4180 maka persamaan tersebut tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95.
Tabel VIII. Pengaruh cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya terhadap respon
ketahanan busa
Faktor Efek
p-value p-value
Persamaan
Cocoamidopropyl betaine A
0,50 0,3921
Gliserin B 0,17
0,7707 0,4180
AB 0,83
0,1701 Respon ketahanan busa lebih dipengaruhi oleh interaksi dari kedua
faktor yaitu cocoamidopropyl betaine dan gliserin. Tabel VIII menunjukkan interaksi kedua faktor memiliki efek sebesar 0,83, sedangkan efek
cocoamidopropyl betaine sebesar 0,50 dan gliserin 0,17. Gambar 9 dan 10
merupakan grafik interaksi antara cocoamidopropyl betaine dan gliserin terhadap respon ketahanan busa.
Gambar 8. Grafik hubungan efek cocoamidopropyl betaine terhadap respon ketahanan busa
Gambar 9. Grafik hubungan efek gliserin terhadap respon ketahanan busa
Hubungan faktor terhadap respon yang ditunjukkan pada gambar 8 garis merah merupakan pengaruh cocoamidopropyl betaine level tinggi, sedangkan
garis hitam merupakan pengaruh cocoamidopropyl betaine level rendah. Jumlah cocoamidopropyl betaine
level tinggi yang semakin tinggi akan meningkatkan selisih tinggi busa, sedangkan semakin tinggi jumlah cocoamidopropyl betaine
level rendah akan menurunkan selisih tinggi busa. Selisih tinggi busa semakin
Design-Expert® Software Factor Coding: Actual
ketahanan busa mm Design Points
X1 = A: cocoamidopropyl betaine X2 = B: gliserin
B- 7 B+ 10
A: cocoamidopropyl betaine B: gliserin
7 7.6
8.2 8.8
9.4 10
k e
ta h
a n
a n
b u
s a
m m
-1 1
2 3
2
2 2
2 2
Interaction
Design-Expert® Software Factor Coding: Actual
ketahanan busa mm Design Points
X1 = B: gliserin X2 = A: cocoamidopropyl betaine
A- 7 A+ 10
B: gliserin A: cocoamidopropyl betaine
7 7.6
8.2 8.8
9.4 10
k e
ta h
a n
a n
b u
s a
m m
-1 1
2 3
3
2 3
Interaction
tinggi maka ketahanan busa akan menurun. Cocoamidopropyl betaine level tinggi mengakibatkan penurunan ketahanan busa, hal ini terjadi karena busa yang
dihasilkan oleh cocoamidopropyl betaine level tinggi cenderung tidak seragam dan busa yang terjadi berukuran besar. Busa yang berukuran besar tidak mampu
mempertahankan diri dan mudah pecah.
Gambar 10. Contour plot respon ketahanan busa
Warna pada gambar 10 menunjukkan gambaran pengukuran ketahanan busa sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas. Semakin biru pada gambar
berarti selisih tinggi busa semakin kecil maka ketahanan busa semakin baik. Peningkatan ketahanan busa terjadi saat penggunaan gliserin yang semakin
banyak dan cocoamidopropyl betaine yang semakin sedikit. Cocoamidopropyl betaine
merupakan pembusa dan pembasah yang baik, maka dengan penggunaan yang tidak terlalu banyak busa yang dihasilkan sudah optimal, sedangkan perlu
Design-Expert® Software Factor Coding: Actual
ketahanan busa mm Design Points
3 X1 = A: cocoamidopropyl betaine
X2 = B: gliserin
7 7.6
8.2 8.8
9.4 10
7 7.6
8.2 8.8
9.4 10
ketahanan busa mm
A: cocoamidopropyl betaine B
: g
li s
e r
in
0.8 1
1.2 1.2
1.2 1.4
1.6 1.8
3 3
3 3
cukup banyak gliserin untuk dapat menciptakan halangan sterik pada gelembung busa agar tidak mudah pecah.
D. Pengujian Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas