Gliserin Desain Faktorial PENELAAHAN PUSTAKA

E. Gliserin

Gambar 3. Struktur gliserin Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009 Gliserin gambar 3 adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Gliserin dapat bercampur dengan air dan etanol. Sebagai pelarut, gliserin dapat disamakan dengan etanol, tetapi karena kekentalannya, zat terlarut akan larut perlahan-lahan di dalamnya, kecuali jika dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol Ansel, 1989. Dalam pembuatan gel, gliserin merupakan thickening agent yang digunakan untuk meningkatkan viskositas dan dapat membentuk struktur transparan dalam sabun cair. Juga dapat berfungsi sebagai humektan untuk menjaga kelembaban kulit Tadros, 2005. Menurut Rieger 2000 gliserin termasuk dalam tipe humektan organik yang paling banyak digunakan dalam industri kosmetik karena kestabilan harga dan persentasenya relatif sedikit dari jumlah total penggunaan produk. Penggunaan gliserin dalam sediaan topikal sebagai humektan dan thickening agent berkisar dalam rentang konsentrasi 0,2 – 65,7 Smolinske, 1992.

F. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan teknik untuk mengamati faktor yang terlibat dalam suatu proses secara simultan sehingga dapat diketahui interaksi antara faktor – faktor tersebut. Dengan demikian dapat dipisahkan antara faktor – faktor yang penting dengan yang tidak dalam proses tersebut. Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan 2 faktor dan 2 level Armstrong dan James, 1996. Dua faktor yang berbeda dan masing - masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon dan interaksi antar faktor dapat diketahui dengan metode ini Bolton, 1997. Desain faktorial digunakan untuk melihat efek atau interaksi faktor – faktor yang ada. Besar suatu efek yang disebabkan oleh suatu faktor akan berpengaruh terhadap faktor yang lain. Langkah desain faktorial dimulai dengan menetapkan faktor yang dianggap penting dan faktor yang tidak, dengan cara mengevaluasi variabel sebagai faktor secata simultan, lalu menetapkan hubungan yang penting di antara faktor tersebut Amstrong dan James, 1996. Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + + Keterangan : - : level rendah + : level tinggi Formula 1 : formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah Formula a : formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah Formula b : formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi Formula ab : formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi Persamaan umum desain faktorial adalah sebagai berikut : Y = B + B 1 X 1 + B 2 X 2 + B 1.2 X 1 X 2 . Di mana Y adalah respon hasil atau sifat yang diamati, X 1 ; X 2 merupakan level faktor bagian A, level faktor bagian B; B 1 ; B 2 ; B 1.2 merupakan koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan, dan B merupakan rata-rata dari semua percobaan. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh contour plot suatu respon tertentu yang berguna untuk memilih komposisi campuran yang optimum Bolton, 1997. Desain faktorial memiliki keuntungan yaitu metode ini mampu mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor Muth,1999.

G. Landasan Teori