Aktivitas prokoagulan yang terkait dengan rasio lecithinsphingomyelin LS air ketuban selama kehamilan. Air ketuban secara invitro akan meningkatkan
prothrombin time, aktivasi thromboplastin time parsial, the Russells viper venom time, dan menurunnya kadar faktor VII dalam plasma. Karenanya, fungsi air ketuban
sebagai total tromboplastin dan sebagai suatu pengganti aktivasi Tissue Factor. Air ketuban mengaktivasi sistem prokoagulan secara langsung dengan aktivasi faktor X,
dengan ion kalsium dan faktor Xa. Faktor Xa adalah salah satu substansi trombogenik yang telah diketahui. Faktor Xa, berperan dalam munculnya faktor V
dan sebagai penambahan fosfolipid termasuk di permukaan air ketuban dan trombosit, secara cepat akan mempengaruhi perubahan protrombin menjadi
trombin. Sekali trombin terbentuk, fibrinogen akan diubah menjadi fibrin. Pasien yang mengalami emboli air ketuban akan mengalami pembentukan platelet-fibrin
mikrotrombi yang masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan pulmoner. Sindroma DIC dihubungkan dengan trombosis mikrosirkuler, tromboembolisme, dan perdarahan.
6,24
2.2.6. DIC yang terkait dengan kejadian Solusio Plasenta
Pada solusio plasenta yang terjadi adalah enzim plasenta atau enzim jaringan, termasuk prokoagulan dan struktur yang menyerupai tromboplastin,
mungkin masuk ke dalam uterus lalu beredar ke aliran darah ibu, dan mengaktivasi sistem koagulasi. Mempercepat proses kelahiran dapat menekan berkembangnya
proses DIC, dan jarang sekali membutuhkan terapi lainnya.
3,6
Universitas Sumatera Utara
Kematian Janin Dalam Kandungan yang berlangsung lama Retained fetus syndrome
Pada kasus sindroma kematian janin dalam kandungan yang lebih dari 5 minggu, kejadian DIC mendekati 50. Kondisi awal biasanya DIC ringan yang
terkompensasi, yang lalu akan berkembang menjadi thrombohemorrhagic yang luas. Pada keadaan ini jaringan nekrotik dari janin termasuk enzim yang terbentuk dari
jaringan nekrotik janin, masuk kedalam uterus lalu masuk ke sirkulasi ibu lalu secara berlawanan mengaktivasi prokoagulan dan sistem fibrinolitik dan memicu DIC yang
hebat.
6
Pada beberapa wanita, sindroma DIC muncul setelah persalinan. Patofisiologinya belum diketahui secara pasti tetapi diduga dari tidak baiknya
vaskularisasi plasenta terjadinya iskemi plasenta akan menyebabkan pelepasan thromboxanes, angiotension, procoagulant prostaglandins, endothelin-1 and tumor
necrosis factor-alpha TNF-alpha kedalam sirkulasi sistemik. Munculnya DIC mengawali terjadinya mikro dan makrotrombi, yang akan mempengaruhi sirkulasi
plasenta, ovarium, ginjal, hepar, dan serebral. Trombus yang terbentuk akan menyebabkan kerusakan endotel, microangiopathic hemolytic anemia, dan berbagai
derajat kegagalan organ yang terkena trombus. Kegagalan end-organ termasuk hati, ginjal, dan paru, edema atau infark serebri. Ruptur hepar merupakan hal yang bisa
terjadi sewaktu-waktu bahkan dalam keadaan HELLP sindrom.
6
Seperti yang telah dibahas dalam penatalaksanaan preklamsia, pemeriksaan laboratorium awal untuk DIC sangat disarankan. Terapi biasanya dengan
mempercepat pelahiran, kontrol tekanan darah dan kontrol DIC, banyak yang menunjukkan manfaat penggunaan steroid, plasma exchange atau plasmapheresis ,
Universitas Sumatera Utara
yang terbukti baik pada beberapa kasus. Kematian ibu biasanya terjadi akibat DIC yang tidak terkontrol.
6
Abortus Beberapa pasien yang di abortus, dengan pemakaian larutan saline,
mengalami DIC. Pada beberapa kasus bahkan menjadi DIC yang hebat dan pada kasus DIC ini terkompensasi sampai proses aborsi selesai.
3,6
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dalam menegakkan diagnosa dan untuk mengevaluasi pasien DIC, untuk melihat perubahan fungsi hemostasis dan
untuk menilai kondisi pasien secara keseluruhan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah skreening fungsi hemostasis, seperti prothrombin time PT, activated partial
thromboplastin time aPTT atau jumlah trombosit, hasilnya akan menunjukkan derajat penggunaan dan aktivasi faktor koagulasi. Sebagai tambahan, pembentukan
fibrin secara tidak langsung terpicu sebagai hasil penghancuran faktor koagulasi.
11
2.2.7. Menegakkan Diagnosa DIC