Patofisiologi Diagnosis Onset Terjadinya Eklamsia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eklamsia

Eklamsia didefinisikan sebagai terjadinya kejang dan atau koma yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan atau setelah melahirkan pada pasien dengan tanda dan gejala preeklamsia. Di dunia Barat, kejadian eklamsia dilaporkan berkisar 1 dalam 3.448 kehamilan. 1-3 insiden yang dilaporkan biasanya lebih tinggi di pusat- pusat rujukan tersier, pada kehamilan multifetal, dan pada populasi tanpa prenatal care. 12,13,14

2.1.1. Patofisiologi

Patogenesis kejang pada eklamsia terus menjadi subyek penyelidikan dan spekulasi yang ekstensif. Beberapa teori dan mekanisme telah diimplikasikan sebagai faktor etiologi yang mungkin, namun tidak satupun yang terbukti secara meyakinkan. Beberapa mekanisme etiologi yang terlibat dalam patogenesis kejang pada eklamsia telah menyertakan vasokonstriksi serebral atau vasospasme ensefalopati hipertensi, edema serebral atau infark, pendarahan otak, dan ensefalopati metabolik. Namun, tidak jelas apakah temuan ini adalah penyebab atau efek dari kejang. 14

2.1.2. Diagnosis

Diagnosis eklamsia dapat dipastikan dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan kejang. Hipertensi dianggap sebagai ciri khas untuk diagnosis eklamsia. Hipertensi dapat menjadi berat setidaknya 160 mm Hg sistolik dan atau setidaknya Universitas Sumatera Utara 110 mm Hg diastolik di 20-54 dari kasus atau ringan tekanan darah sistolik antara 140 dan 160 mm Hg atau tekanan darah diastolik antara 90 dan 110 mm Hg pada 30-60 dari kasus. Selain itu, hipertensi berat lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami eklamsia antepartum 58 dan mereka yang mengalami eklamsia pada 32 minggu kehamilan atau sebelumnya 71 . 14 Diagnosis eklamsia biasanya dikaitkan dengan proteinuria setidaknya +1 pada dipstick . Beberapa gejala klinis berpotensi membantu dalam penegakan diagnosis eklamsia. Gejala-gejala ini dapat terjadi sebelum atau setelah onset kejang, termasuk diantaranya sakit kepala oksipital atau frontal terus-menerus, penglihatan kabur, fotofobia, nyeri epigastrium dan atau kuadran kanan atas, dan perubahan status mental. Pasien akan memiliki setidaknya satu dari gejala ini pada 59-75 dari kasus. Sakit kepala dilaporkan oleh 50-75 pasien, sedangkan perubahan visual dilaporkan 19-32 dari pasien. 14,15,16,17

2.1.3. Onset Terjadinya Eklamsia

Kejang eklamsia dapat terjadi antepartum, intrapartum, atau postpartum. Frekuensi kejang antepartum yang dilaporkan dari penelitian terbaru berkisar dari 38 menjadi 53. Frekuensi eklamsia postpartum berkisar dari 11 menjadi 44 . Meskipun kebanyakan kasus eklamsia postpartum terjadi dalam 48 jam pertama, beberapa kasus dapat terjadi setelah 48 jam postpartum dan terdapat satu kasus yang dilaporkan pada 23 hari postpartum. Evaluasi neurologis luas diperlukan untuk menyingkirkan adanya patologi serebral lain. Evaluasi ini harus mencakup pemeriksaan neurologis, pencitraan otak, pengujian serebrovaskular, pungsi lumbal, dan tes darah. Hampir semua kasus 91 eklamsia berkembang pada atau setelah 28 minggu. Kasus-kasus lainnya terjadi di antara minggu ke 21 dan 27 kehamilan Universitas Sumatera Utara 7,5 atau 20 minggu kehamilan 1,5. Mereka juga harus memiliki evaluasi medis dan neurologis luas untuk menyingkirkan patologi lain seperti tumor otak, ensefalitis, meningitis, pendarahan otak atau tromboangitis otak, trombotik trombositopenia purpura, atau penyakit metabolik. 14,17,18 Eklamsia postpartum lambat didefinisikan sebagai eklamsia yang terjadi pada lebih dari 48 jam, tapi kurang dari 4 minggu, setelah persalinan. Pasien akan memiliki tanda dan gejala yang konsisten dengan preeklamsia dengan disertai kejang. Beberapa wanita akan menunjukkan gambaran klinis preeklamsia selama persalinan atau segera setelah melahirkan 56, sedangkan yang lain akan menunjukkan temuan klinis untuk pertama kalinya lebih dari 48 jam setelah melahirkan 44. Maka, wanita yang mengalami kejang berhubungan dengan hipertensi danatau proteinuria atau dengan nyeri kepala atau pandangan kabur pada 48 jam setelah persalinan harus dipertimbangkan menderita eklamsia dan diberikan pengobatan yang sesuai. 14,17,18

2.1.4. Patologi Serebral Pada Eklamsia