inhibitor penting lainnya, juga dapat menurun hal ini berhubungan dengan kebocoran kapiler, berkurangnya sintesis akibat rusaknya hepar, dan atau pengurangan jumlah
trombomodulin di permukaan pembuluh darah down-regulation. Hal ini terjadi karena pelepasan TNF-
α dan pro-inflammatory cytokines lainnya.
23
2.2.3.3. Pengaruh Fibrinolisis pada kejadian DIC
Suatu penelitian eksperimental terhadap DIC yang disebabkan sepsis menunjukkan peningkatan aktivitas fibrinolitik akibat pelepasan tissue plasminogen
activator TPA dari sel endotel. Hiperfibrinolisis yang terjadi diikuti oleh pelepasan plasminogen activator inhibitor-1 PAI-1 secara cepat, hal ini akan menekan
fibrinolisis, yang memiliki peran penting dalam patogenesis DIC. Mutasi dari fungsional gen PAI-1 4G5G polymorphism juga terjadi pada DIC. Mutasi ini
meningkatkan jumlah PAI-1 dalam plasma.
23
Gambar 2. Mekanisme terjadinya perdarahan pada DIC
8
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.4. Aktivasi dan Pelepasan Inflammatory Cytokines dalam patogenesis
DIC
Hal ini membuktikan bahwa aktivasi sistem pembekuan yang secara tidak langsung memicu kaskade inflamasi, karenanya hal ini secara bergantian memicu
sintesis pro-inflammatory cytokines sel endothelial. Cytokines dan mediator inflamasi lainnya akan mengawali proses koagulasi. Inflammatory cytokine thrombin dan
serine protease lainnya berikatan dengan protease-activated receptors pada permukaan sel, hal ini akan merangsang terjadinya inflamasi dan pembekuan.
Activated protein C APC telah diakui sebagai mediator respon anti inflamasi. Respon ini didapatkan dengan penghambatan produksi TNF, IL-
1β, IL-6, and IL-8 oleh endotoksin yang terbentuk. Karenanya, berkurangnya kadar protein C dapat
memicu bahkan menimbulkan suatu pro-inflammatory state, yang menimbulkan reaksi koagulasi.
23
Kebanyakan pasien DIC terdiagnosa lalu diterapi pada fase trombotik, dan telah terjadi perdarahan hipokoagulabilitas pada kasus DIC akut maupun kronis.
Perdarahan hebat pada pasien DIC selalu terjadi setelah prosedur pencabutan gigi, operasi panggul, aneurisma aorta, leukemia , dan penyakit lainnya. Perdarahan akut
yang hebat bisa terjadi pada pasien usia tua yang menderita DIC kronis.
23
DIC, bisa juga digambarkan sebagai dua fase fenomena trombohemoragik, keadaan trombosis terkadang memicu perdarahan. Kondisi klinis yang mendasari
keadaan DIC dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas akibat aktivasi kaskade koagulasi dengan penurunan antikoagulasi alami, pembentukan pro-inflammatory
cytokines, dan abnormalitas fibrinolytic pathway. Status hiperkoagulasi, jika berlanjut, dapat menurunkan faktor pembekuan dan jumlah trombosit karena
Universitas Sumatera Utara
penggunaan, dan terkadang memicu terjadinya gangguan perdarahan consumptive coagulopathy.
23
DIC akut hanya terjadi jika mekanisme kompensasi hemostasis yang normal terjadi berlebihan. Aktivasi trombosit secara langsung pada keadaan septikemi dan
viremia. Aktivasi trombosit terjadi karena kerusakan endotel pembuluh darah diikuti dengan pembentukan trombin melalui kaskade koagulasi. Kombinasi dari defisiensi
faktor koagulasi, trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit, dan terhambatnya aksi dari peningkatan FDPs Fibrin Degragation Products, menimbulkan
kecenderungan untuk terjadinya perdarahan yang luas dan terus menerus.
20
DIC kronik atau yang sudah berkompensasi merupakan hasil dari stimulasi yang lemah atau pun berkurang. Pada beberapa pasien, penghancuran dan
timbulnya faktor koagulasi dan jumlah trombosit masih seimbang.
20
2.2.4. DIC yang terkait dengan kejadian preklamsia, eklamsia, dan HELLP sindrom