fibrinogen, mendapatkan hasil yang menggarisbawahi kekuatan prognostik skor DIC menurut ISTH.
9,10
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis ingin mengetahui hubungan antara nilai skor DIC menurut International Society of Thrombosis and Hemostasis
ISTH dengan angka kejadian DIC pada pasien eklamsia di RSUP H. Adam Malik Medan. Data yang didapat nantinya diharapkan dapat mendukung sistem skoring
DIC menurut ISTH untuk dapat digunakan secara rutin sebagai alat diagnostik DIC, terutama pada pasien-pasien eklamsia.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan antara skor DIC
menurut International Society of Thrombosis and Hemostasis ISTH dengan angka kejadian DIC pada pasien eklamsia di RSUP H.
Adam Malik Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat hubungan skor DIC berdasarkan skoring sistem DIC terhadap angka kejadian DIC pada penderita eklamsia.
1.3.2. Tujuan Khusus -
Mengetahui karakteristik pasien penderita eklamsia berdasarkan o
Kelompok umur o
Paritas o
Gravida
Universitas Sumatera Utara
o Tingkat pendidikan
o Usia Kehamilan
-
Mengetahui frekuensi terjadinya DIC pada pasien-pasien eklamsia.
- Mengetahui frekuensi mortalitas maternal pada pasien eklamsia
berdasarkan nilai skor DIC.
- Mengetahui perbandingan nilai skor DIC pada pasien eklamsia dengan
DIC dan tanpa DIC.
-
Frekuensi mortalitas maternal berdasarkan kejadian DIC pada pasien eklamsia.
1.4. Manfaat Penelitian
Data yang didapat nantinya diharapkan dapat mendukung sistem skoring DIC menurut ISTH untuk dapat digunakan secara rutin sebagai alat diagnostik DIC,
terutama pada pasien-pasien eklamsia di RSUP H. Adam Malik Medan. Sehingga dapat mendukung tujuan untuk menurunkan angka mortalitas maternal di Indonesia
pada umumnya dan di RSUP H. Adam Malik Medan pada khususnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai terjadinya kejang dan atau koma yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan atau setelah melahirkan pada pasien dengan
tanda dan gejala preeklamsia. Di dunia Barat, kejadian eklamsia dilaporkan berkisar 1 dalam 3.448 kehamilan. 1-3 insiden yang dilaporkan biasanya lebih tinggi di pusat-
pusat rujukan tersier, pada kehamilan multifetal, dan pada populasi tanpa prenatal care.
12,13,14
2.1.1. Patofisiologi
Patogenesis kejang pada eklamsia terus menjadi subyek penyelidikan dan spekulasi yang ekstensif. Beberapa teori dan mekanisme telah diimplikasikan
sebagai faktor etiologi yang mungkin, namun tidak satupun yang terbukti secara meyakinkan. Beberapa mekanisme etiologi yang terlibat dalam patogenesis kejang
pada eklamsia telah menyertakan vasokonstriksi serebral atau vasospasme ensefalopati hipertensi, edema serebral atau infark, pendarahan otak, dan
ensefalopati metabolik. Namun, tidak jelas apakah temuan ini adalah penyebab atau efek dari kejang.
14
2.1.2. Diagnosis
Diagnosis eklamsia dapat dipastikan dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan kejang. Hipertensi dianggap sebagai ciri khas untuk diagnosis eklamsia.
Hipertensi dapat menjadi berat setidaknya 160 mm Hg sistolik dan atau setidaknya
Universitas Sumatera Utara