Lahirnya Badan Kostituante PROSES PEMBENTUKAN BADAN KONSTITUANTE

8

BAB II PROSES PEMBENTUKAN BADAN KONSTITUANTE

A. Lahirnya Badan Kostituante

Badan Konstituante adalah lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk undang-undang dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. Pembentukan UUD baru ini diamanatkan dalam Pasal 134 UUDS 1950 yang menyatakan, bahwa Badan Konstituante bersama-sama dengan Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS 1950. Dalam Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia tertera pasal- pasal yang berkaitan dengan badan yang disebut Konstituante itu. Berikut dikutip pasal-pasal yang berkaitan dengan kedudukan, susunan, keanggotaan, dan kewenangan badan tersebut antara lain terlampir. Kelahiran Badan Konstituante juga dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tanggal 15 Agustus 1950 itu berpredikat sementara, hal ini tertera dalam konsiderans “Menimbang” dari undang-undang dimaksud. Oleh karena itu perlu adanya suatu badan yang menggarap dan menyusun undang-undang dasar yang tetap. 6 Proses pembentukan badan konstituante dalam kesejarahanya tidak lepas dari pidato Ir. Soekarno dalam membela rancangan UUD 1945 dihadapan BPUPKI pada tahun 1945, ia menyatakan “Undang-undang dasar 6 http:isfanl.blogspot.com201202pembubaran-konstituante-dan-lahirnya.html yang dibuat sekarang ini adalah undang-undang dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah undang-undang dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat MPR yang dapat membuat undang-undang dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurana”. Pidato ini kemudian ditegaskan lagi manifesto politik pemerintah yang dikeluarkan pada tanggal 1 November 1945 sebagai tindak lanjut Maklumat no. X, maka pemilihan umum bagi pemerintah konstitusional secara eksplisit menyatakan “Sedikit hari lagi kita akan mengadakan pemilihan umum sebagai bukti bahwa kita, cita-cita dan dasar kerakyatan itu benar-benar dasar dan pedoman penghidupan masyarakat dan negara kita. Mungkin sebagai akibat dari pemilihan itu pemerintah akan berganti dan undang-undang dasar akan disempurnakan menurut kehendak rakyat kita yang terbanyak”. Sehingga untuk itu, pemilihan umum ditetapkan dengan pengumuman pemerintah tanggal 3 November 1945 dan pada mulanya akan diselenggarakan bulan Januari 1946 oleh Kabinet Sjahrir pertama, tetapi terpaksa ditunda berulang kali karena kekacauan akibat revolusi fisik yang berkepanjangan pada masa mempertahankan kemerdekaan,. 7 Dalam periode sesudah Desember 1945, pemilu untuk membentuk Konstituante dan badan perwakilan menjadi bagian penting dari program kerja setiap cabinet. Hal ini kemudian berlanjut pada masa Kabinet Hatta 1949-1950 yang ingin membentuk badan konstituante yang berwenang 7 Adanan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia, Jakarta, PT. Intermasa, 1995, hal. 29 menentukan bentuk negara, yaitu antara negara federasi dan negara kesatuan. Tetapi, rencana itu didahului oleh perkembangan-perkembangan konkret pada pembentukan negara kesatuan. Selama Kabinet Wilopo PNI 1952- 1953, rancangan undang-undang pemilu yang diajukan kepada parlemen 25 November 1952. Rancangan undang-undang yang berasal dari pemerintahan ini disahkan pada tanggal 1 April 1953 dengan beberapa perubahan dan berlaku sebagai undang-undang mulanya direncanakan pada tanggal 4 April 1953. Namun terjadi perubahan pada undung-undang terutama ketentuan yang mengatur mekanisme pemilihan dan pemungutan suara dengan teknik pemilihan yang sesuai dengan kondisi nyata yang berlaku di Indonesia. Pendaftaran pemilu dimulai pada bulan Mei 1954 dan selesai pada bulan November 1954, dengan mencetak 43.104. 464 orang yang mempunyai hak pilih. Pemilihan umum pertama tahun 1955 diselenggarakan masa Kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu ini berlangsung dua periode, untuk periode pertama berlangsung pada tanggal 29 september 1955 bertujuan membentuk badan perwakilan dan untuk periode kedua berlansung pada tanggal 15 Desember 1955 bertujuan membentuk Badan Konstituante. Jumlah kursi dewan perwakilan yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 dua kali lipat kursi DPR ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu untuk anggota Badan Konstituante dilakukan tanggal 15 Desember 1955. Jumlah kursi anggota Konstituante dipilih sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang memiliki jatah 6 kursi tidak ada pemilihan, maka kursi yang dipilih hanya 514. Hasil pemilihan anggota Dewan Konstituante menunjukkan bahwa PNI, NU dan PKI meningkat dukungannya, sementara Masyumi, meski tetap menjadi pemenang kedua, perolehan suaranya merosot 114.267 dibanding-kan suara yang diperoleh dalam pemilihan anggota DPR. Hasil pemilihan umum 1955 sebagai berikut: Hasil pemilihan umum 1955 untuk Anggota DPR enam besar: 1. Partai Nasional Indonesia PNI 2. Masyumi 3. Nahdlatul Ulama NU 4. Partai Komunis Indonesia PKI 5. Partai Syarikat Islam Indonesia PSII 6. Partai Kristen Indonesia Parkindo 8 Terpilihnya 520 anggota Konstituante langsung diikuti oleh pelantikannya pada tanggal 10 November 1956 oleh Presiden Ir. Soekarno. Pada saat pelantikan Presiden mengingatkan dengan pesan-pesannya penting yaitu: 1. Saya meminta saudara-saudara sebagai anggota-anggota Konstituante menjadi penyambung lidah yang setia daripada 80-85 juta rakyat Indonesia yang sedang berevolusi dan pahlawan rakyat yang telah berkorban dan mati, yang tiap-tiap tahun pada tanggal 10 November kita peringati 8 http:www.syarikat.orgarticlepemilu-indonesia-pertama-yang-damai-di-tahun-1955 2. Saya meminta supaya anggota Konstituante bersama-sama dengan pemerintah segera menetapakan suatu”Undang-Undang Dasar Republik Indonesia”, yang sesuai dengan jiwa, watak dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri…..” 3. Saya minta janganlah Konstituante dijadikan tempat berdebat bertele-tele, suatu medan pertempuran bagi partai-partai atau pemimpin-pemimpin politik”. Pesan tersebut disampaikan Presiden kepada anggota Konstituante untuk selekas-lekasnya dan segera diganti dengan undang-undang yang baru dasarkan pada ketentuna pasa 134 UUDS. 9

B. Struktur Organisasi Badan Konstituante.