Posisi Presiden Soekarno Munculnya Demokrasi Terpimpin

Juni 1959, yang berisi melarang kegitan Politik. Keputusan Peperpu itu memang membawa dampak adanya ketenangan di berbagai daerah, namun belum menyelesaikan persoalan dan perselisihan yang terjadi di konstituante. Untuk itu diperlukan langkah guna menyelesaikan persoalan sercara mantap. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 Presiden Ir. Sukarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Hal ini diikuti oleh Jenderal Nasution, kepala staf Angkatan Darat, mengeluarkan maklumat mendukung Dekrit Presidan 5 Juli 1959, sekalipun mengeluarkan Perintah Harian yang di tujukan kepada seluruh anggota TNI untuk melaksanakan dan mengamankan dekrit tersebut. Dalam perkembangannya Mahkamah Agung mengeluarkan pernyataan yang membenarkan dekrit tersebut dengan membubarkan Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.

C. Munculnya Demokrasi Terpimpin

1. Posisi Presiden Soekarno

Pada akhir tahun 1956 situasi sosial politik dan keamanan menunjukkan yang jelas akan membawa negara pada perpecahan nasional. Keadaan tersebut membuktikan tidak cocoknya sistem politik Demokrasi Liberal dengan jiwa bangsa Indonesia, yang ditandai pula dengan gejala bahwa sidang Konstituante yang mulai bersidang tanggal 10 November 1956 akan mengalami kemacetan. Untuk mengatasi instabilitas yang sangat membahayakan keselamatan negara, pada tanggal 21 Februari 1956 di Istana Merdeka, di hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat Presiden Soekarno mengemukakan suatu konsepsi yang kemudian ternyata melahirkan perubahan sistem ketatanegaraan secara fundamental, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Konsepsi Presiden. Konsepsi Presiden Soekarno yang dikemu- kakan dalam pidatonya itu, mengandung tiga pokok isi untuk mengadakan pembaruan dalam struktur sosial, struktur politik dan kehidupan poltik. Diperlukannya pembaruan kehidupan politik setelah hampir sebelas tahun merdeka, adalah karena ternyata sistem Demokrasi Parlementer barat tidak dapat jalan dan akhirnya mengalami kemacetan. Sebaliknya sistem yang menurut Presiden Soekarno cocok adalah sistem Demokrasi Terpimpin. 20 Untuk mengadakan pembaruan struktur politik, dikemukakan bahwa pelaksanaan Demokrasi Terpimpin harus didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara berimbang. Oleh karena itu perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat, yang anggotanya terdiri dari partai politik dan golongan. Dalam pembentukan Kabinet Gotong Royong ini, Presiden Soekarno mengetengahkan gagasan kegotongroyongan nasional berporoskan Nasakom. Oleh karena itu PKI harus diikutsertakan dalam Kabinet Gotong-Royong. Dalam rangka pembaruan struktur sosial, akan dibentuk Dewan Nasional yang akan dipimpinnya sendiri. Dengan terbentuknya Dewan Nasional, terjadilah perubahan dalam sistem pemerintahan Indonesia yang jatuh pada sistem kekuasaan otoriter 20 http:penasoekarno.wordpress.com20100913lahirnya-demokrasi-terpimpin 2 Februari 2012 yaitu berada dalam satu tangan yaitu Presiden Soekarno. Meskipun terdapat lembaga-lembaga seperti DPR, MPRS, tetapi dengan dibentuknta Dewan Nasional praktis kekuasaan berada di tangan Soekarno. Semenjak itu pula semua lembaga politik seperti DPR, MPRA, Dewan Nasional dan Dewan Perwakilan Agung bekerja dibawah komando Soekarno. Persoalan negara yang berlarut dalam kekacauan politik, membuat Presiden Soekarno mengambil keputusan dengan cepat dalam menyelematkan negara. Ia membentuk badan-badan yang langsung berada di bawah komandonya seperti, DPA Dewan Pertimbangan Agung, DPNDewan Perancang Perang Nasional, MPN Majelis Pimpinan Negara. Presiden membentuk pula badan-badan yang membentunya pada waktu negara dalam keadaan darurat yaitu badan yang mencerminkan mesyarakat seperti, Front Nasional, BPPK Badan Pengerahan Potensi Kerja KOTI Komandan Operasi Tertinggi, KOTOE Komando Operasi Tertinggi Ekonomi, dan PARANPenertiban Aparatur Negara dan Soekarno pimpinan hampir semua badan-badan tersebut. 21 Posisi Presiden Soekarno sebagai pemimpin negara yang sentral, mulai memuncak pada tanggal 5 Juli 1959. Dengan jaminan dan dukungan Angkatan Bersenjata, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden dalam suatu upacara resmi di Istana Negara. Salah satu isi dari dekri ini adalah pembubaran Konstituante karena kegagalan badan ini dalam membentuk 21 Nazaruddin Sjamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, Jakarta, Rajawali Pers. hal 188-190 undang-undang baru. Pembubaran Konstituante ini menandai berlakukanya UUD 1945 dalam kerangka Demokrasi Terpimpin.

2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959