masing variabel bebas yaitu EVA Economic Value Added , ROA Return On Asset dan PKMSA Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sehingga, variabel – variabel EVA Economic Value Added , ROA Return
On Asset dan PKMSA Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga Saham perusahaan
perbankan. Sebaliknya, ROE Return On Equity tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sehingga variable ROE
Return On Equity tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga Saham perusahaan perbankan. Hasil pengujian statistik secara bersama-sama
simultan variabel bebas yaitu EVA Economic Value Added , ROA Return On Asset ,ROE Return On Equity dan PKMSA Persentase
Kepemilikan Modal Saham Asing menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Merger dan Akuisisi
2.2.1.1 Merger
Merger mempunyai definisi yang hampir sama yang digunakan oleh beberapa pihak. Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi
berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha bussiness combination. Penyatuan usaha itu sendiri
didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan
perusahaan lain. Dari definisi tersebut, akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu penyatuan kepentingan atau penyatuan
kepemilikan dan akuisisi. Penyatuan kepentingan memiliki makna
yang sama dengan terminologi merger dan PSAK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan
pooling of interest sebagai suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yangtergabung bersama-sama menyatukan
kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama
segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi.
Sedangkan menurut Moin, 2003, merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang
tetap hidup sebagai badan hukum, sedangkan yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Peraturan pemerintah republik Indonesia no. 27
tahun 1988 tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan terbatas menyebut merger sebagai penggabungan.dan
konsolidasi perusahaan sebagai peleburan. Dalam peristiwa merger, perusahaan yang lebih besar dan kuat
umumnya akan menjadi surviving firm, dan sebaliknya perusahaan yang
ukurannya leih kecil akan bubar. Namun demikian, tidak selalu perusahaan yang ukurannya besar yang dipertahankan hidup. Dalam yang
yangterjadi sebaliknya yaitu perusahaan yang lebih kecil justru dipertahankan hidup, sementara perusahaan yang lebih besar dibubarkan.
Dalam kondisi ini, merger yang dilakukan disebut pula dengan reverse merger atau merger terbalik. Dalam klasifikasi berdasar aktivitas
ekonomik, merger terbagi atas lima tipe Moin, 2003 berupa: 1.
Merger Horisontal Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri atau bidang yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam
pasarindustri yang sama. Contoh merger horisontal ini ialah merger anatara PT. Cold Rolling Mill Indonesia dengan PT. Krakatau Baja
Permata pada tahun 1991 yang kemudian berubah nama menjadi PT. Krakatau Steel. Merger bank di Jepang antara Bank of Tokyo dengan
Mitsubishi Bank menjadi Tha Bank of Tokyo-Mitsubishi Ltd telah mendudukannya sebagai bank tersbesar dunia dalam kepemilikan aset.
Salah satu tujuan utama merger horisontal ialah mengurangi persaingan usaha atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan
aktivitas produksi, pemasaran, dan distribusi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar. Selain
itu, dapat pula menimbulkan monopoli pasar bila dua perusahaan besar yang bersaing pada bidang yang sama melakukan merger horisontal.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau
operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya dari industri hilir
ke industri hulu. Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan- perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya
terhadap pemasok danatau pengguna produk dalam rangka stabilitas pasokan dan pengguna. Tidak semua usaha memiliki bidang usaha
yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Misalnya perusahaan minyak goreng tidak memiliki perkebunan sawit,
atau maskapai penerbangan tidak memiliki biro atau agen perjalanan untuk menyediakan tiket pesawat. Untuk menjamin bahwa pasokan
input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dalam
dua bentuk integrasi, yakni merger ke bawah backwarddownward integration dan merger keatas forward upward integration.
3. Merger Konglomerat
Merger konglomerat ialah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang berbeda. Merger
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bisnis yang semula. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka
terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda,
misalnya manufaktur, perbankan, pertambangan, otomotif, perhotelan ritel, asuransi, dan lainnya.
4. Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama
memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger
ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi. Strategi ini dilakukan
untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki.
Merger ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor
karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk. Terhadap konsumen luar negeri.
5. Merger Ekstensi Produk
Merger Ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan untuk meperluas lini produk masing masing
perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen
yang lebih luas.
2.2.1.2 Akuisisi