PENGARUH RETURN ON ASSET, RETUN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh:

Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BEI Disusun Oleh

Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM

Telah Dipertahankan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada

Tanggal 25 Agustus 2011

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si Sekretaris

Dra. Ec. Mei Retno, M.Si Anggota

Drs. Ec. R.ASuwaidi, MS. Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 196309241989031001


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sejak tahap persiapan hingga tahap akhir yaitu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyakya kepada :

1. Allah SWT beserta Junjungan-NYA Nabi Muhammad SAW atas segala kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan materi dan semangat serta dorongan yang tiada habisnya.

3. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Drs. Ec. R.A Suwaidi, MS Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan banyak waktunya intuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” yang telah memberikan bekal pengetahuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” , serta seluruh karyawan yang ada di Fakultas Ekonomi.

8. Seluruh kru DetEksi Jawa Pos yang telah banyak memberi dukungan berupa fasilitas selama pengerjaan skripsi ini.

Dengan keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...9

1.3. Tujuan Penelitian...10

1.4. Manfaat Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSATAKA... 13

2.1. Penelitian Terdahulu...13

2.2. Landasan Teori...15

2.2.1. Merger Dan Akuisisi...15

2.2.1.1 Merger...15

2.2.1.2 Akuisisi...20

2.2.1.3 Motif Merger dan Akuisisi…...23

2.2.2. Pasar Modal...24

2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal...24

2.2.2.2 Lembaga Pendukng Pasar Modal...25

2.2.3 Saham...28

2.2.3.1 Pengertian Saham...28

2.2.3.2 Jenis-jenis Saham...29

2.2.3.3 Penilaian Harga Saham...29


(7)

2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan...31

2.3.2.Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan..31

2.3.3. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan...33

2.4. Rasio Keuangan...35

2.4.1. Pengertian Rasio Keuangan...35

2.4.2. Menentukan Rasio Standar…...36

2.4.3. Keunggulan Rasio Keuangan...36

2.4.4. Keterbatasan Analisa Rasio…...37

2.4.5. Jenis Rasio...38

2.4.5.1 Rasio Likuiditas...38

2.4.5.2 Rasio Solvabilitas...38

2.4.5.3 Rasio Profitabilitas...39

2.4.5.4 Rasio Leverage...39

2.4.5.5 Rasio Aktivitas...40

2.4.5.6 Rasio Pertumbuhan...40

2.4.5.7 Market Based Ratio...40

2.4.5.8 Rasio Produktivitas...40

2.5 Rasio Profitabilitas...40

2.5.1. ROA (Return On Asset)...41

2.5.2. ROE (Retrun On Equity)...41

2.5.3. NPM (Net Profit Margin)...42


(8)

2.5.5. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham...43

2.5.4. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham...43

2.6 Kerangka Pikir...44

2.7 Hipotesa……...45

BAB III METODE PENELITIAN...46

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...46

3.2 Teknik dan Penetuan Populasi...48

3.2.1. Populasi...48

3.2.2. Sampel...48

3.3 Teknik Pengumpulan Data...49

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...50

3.4.1. Teknik Analisis...50

3.4.2. Uji Hipotesis...51

3.5 Uji Asumsi Klasik...52

3.5.1. Autokorelasi...52

3.5.2. Multikolinieritas...53

3.5.3. Heteroskedastisitas...53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...54

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………...54

4.1.1. Informasi Umum Bursa Efek Indonesia…...54

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia...55


(9)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian...65

4.2.1. Return On Asset (X1)...65

4.2.2. Return On Equity (X2)...66

4.2.3. Net Profit Margin (X3)...68

4.2.4. Harga Saham (Y)...69

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis...71

4.3.1. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda…...71

4.3.2. Koefisien Determinasi (R2)...73

4.3.3. Pengujian Hipotesis Dengan Uji t...73

4.3.4. Uji Asumsi Klasik………...77

4.3.4.1 Hasil Pengujian Autokorelasi...77

4.3.4.2 Hasil Pengujian Multikolinieritas...77

4.3.4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas...78

4.4 Pembahasan………...80

4.4.1. Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham………..80

4.4.2. Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham……….82

4.4.3. Pengaruh NPM Terhadap Harga Saham………84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…...86

5.1 Kesimpulan………...86

5.2 Saran………...87 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Daftar Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi...3

Tabel 2: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia...7

Tabel 3 : Data Return on Asset (X1) periode 2007-2010 (%)……...65

Tabel 4 : Data Return on Equity (X2) periode 2007-2010 (%)………...67

Tabel 5 : Data Net Profit Margin (X3) periode 2007-2010 (%)…………...68

Tabel 6: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia...70

Tabel 7: Data Uji Analisis Regresi………...71

Tabel 8: Hasil Pengujian Multikolinierita…...78


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 : Kurva Hasil Pengujian t Return on Asset (X1)……….75 Gambar 4.2 : Kurva Hasil Pengujian t Return on Equity (X2) ………..76 Gambar 4.3 : Kurva Hasil Pengujian t Net Profit Margin (X3) ……….76


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 2 : Tabel t

Lampiran 3 : Performance Summary Report Bursa Efek Indonesia


(13)

EFFECT OF THE RETURN OF ASSETS, RETURN ON EQUITY AND NET MARGINS TO THE STOCK PRICE OF BANKING COMPANIES THAT REALIZE MERGERS AND ACQUISITIONS AND ALSO LISTED

IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE Hendy Arif Setiadi

Abstract

The research was conducted to determine the effect of the financial ratios of return on assets, return on equity and net margins partially on the price of shares in the banking companies involved in mergers and acquisitions of companies that are quoted on the Indonesian Stock Exchange.

Independent variables used in this study were return on assets (X1), return on equity (X2), and net profit margin (X3). While the dependent variable that used is the stock price (Y) of mergers and acquisitions of banking companies that listed in the Indonesia Stock Exchange. Summary of research data sourced from the official website of the Indonesian Stock Exchange on the performance of each company from 2007 until 2010 by taking a population of 17 banking companies that have joined and registered at the Indonesian Stock Exchange. The sample used for 10 banking companies. Analysis tools used in this study, is to use multiple linear regression. While the measurement of variables in the study, using a ratio scale.

Based on the test results can be seen that the return on assets and return on equity variable at most have a significant positive effect with a significance value of each of 0.095 and 0.002 against the company's share price. While the net profit margin variables, has a significant negative influence on stock prices with a significance value of 0.099.

Keywords : return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), stock price, merger and acquitition.


(14)

PENGARUH RETURN ON ASSET, RETUN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG

TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Hendy Arif Setiadi

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan berupa return on asset, return on equity, dan net profit margin secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Variabel bebas atau variabel independen yang digunakan pada penelitian ini ialah return on asset (X1), return on equity(X2), dan net profit margin(X3). Sedangkan variabel terikat atau dependen yang digunakan ialah harga saham (Y) perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercacat di Bursa Efek Indonesia. Data pada penelitian ini bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia berupa summary performance tiap perusahaan dari tahun 2007 hingga 2010 dengan mengambil populasi sebanyak 17 perusahaan perbankan yang pernah melakukan merger dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 10 perusahaan perbankan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini, ialah menggunakan regresi linier berganda. Sedangkan cara pengukuran variabel pada penelitian, menggunakan skala rasio.

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel return on asset dan return on equity secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,095 dan 0,002 terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan variabel net profit margin, mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dengan nilai signifikansi sebesar 0,099.

Keywords : return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), harga saham, merger dan akusisi


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perbankan adalah sektor yang berkembang pesat seiring dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah (kompas.com). Persaingan usaha yang ketat dalam bidang perbankan, menuntut perusahaan perbankan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar terus berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Strategi yang tepat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan ditempuh adalah dengan melakukan ekspansi baik itu internal maupun eksternal. Ekspansi internal dilakukan dengan menambah kapasitas produksi atau membangun divisi bisnis yang baru. Sedangkan ekspansi internal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan karena penggabungan usaha memiliki keunggulan.

Penyebab lain dari adanya penggabungan usaha, khususnya dalam sektor perbankan ialah karena adanya regulasi dari Bank Indonesia mengenai target minimum untuk menjadi bank jangkar. Target tersebut ialah modal inti


(16)

minimal sebanyak 100 miliar rupiah. Dengan adanya regulasi ini, sejumlah bank pun melakukan berbagai langkah untuk dapat menjadi bank jangkar karena adanya regulasi Bank Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan melakukan merger atau akuisisi.

Moin (2003) mengatakan bahwa keunggulan penggabungan usaha yakni mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. Selain itu, keunggulan lainnya ialah dapat mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.

Setiap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, pasti mempunyai motif atau alasan yang melatarbelakangi terjadinya merger dan akuisisi. pada prinsipnya, ada dua motif yang mendorong perusahaan melakukan merger dan akuisisi. motif itu ialah motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi, berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Meger dan akuisisi, dapat terjadi pada sektor perbankan. Berikut ialah perusahaan perbankan yang melakukan merger atau akuisisi:


(17)

Tabel 1: Daftar Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi

Nama Bank Hasil merger/akuisisi/diakuisisi oleh: Tahun Bank Mandiri Bank Dagang Negara, Bank Bumi

Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Pembangunan Nasional

1999

Bank Danamon Bank Tiara, Bank Duta, Bank Rama, Bank Tamara, Bank Nusa Nasional, Bank Pos Nusantara, Jayabank Int, Bank Risjad Salim Int.

2000

Bank Permata Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia, Bank Patriot

2002

Bank OCBC NISP Bank OCBC*, Bank NISP 2004

Bank Panin* Bank Harfa 2007

Bank ICB Bumiputera Bank Bumiputera, Bank ICB* 2007

Bank Victoria* Bank Swaguna 2007

Bank Artha Graha Int Bank Inter Pacific, Bank Artha Graha 2005 Bank Windu Kentjana Bank Multicor, Bank Windu 2008

Bank Swadesi Bank of India* 2007

Bank Nusantara Parahyangan

The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ*, Ltd, ACOM CO., LTD


(18)

Bank Bumi Arta Bank Duta Nusantara 1976 Bank CIMB Niaga Lippo Bank, Bank Niaga 2008

BII Maybank Bank BII, Maybank* 2008

Bank Kesawan Qatar National Bank* 2011

Bank Mutiara Bank Danpac, Bank CIC, Bank Pikko 2004 Bank UOB Indonesia Bank Buana Indonesia, Bank UOB* 2010 Bank Index Bank Harmoni, Bank Index 2008

Bank ICBC Indonesia* Bank Halim 2007

Commonwealth Ind* Bank ANK 2007

Bank Ekonomi Bank HSBC* 2008

Keterangan: *mengakuisisi Sumber : Bursa Efek Indonesia

Pada data diatas, terlihat fenomena merger dan akuisisi yang terjadi pada periode 2007-2008. Umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua tambah dua sama dengan empat, tetapi merger dan akuisisi harus menjadikan dua tambah dua sama dengan lima. Nilai tambah yang dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja.

Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat sesaat setelah merger dan akuisisi itu terjadi, tetapi diperlukan waktu yang cukup panjang. Sinergi yang terjadi sebagai akibat dari penggabungan


(19)

usaha bisa berupa turun naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal.

Di indonesia, merger dan akuisisi menunjukkan skala peningkatan dalam beberapa tahun belakangan. Sementara itu, di negara-negara maju seperti amerika serikat, Kanada, dan Jerman, fenomena merger dan akuisisi, sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan, di Amerika, gelombang merger dan akuisisi telah dimulai sejak akhir abad 18.

Dalam konteks keilmuan, merger dan akuisisi bisa didekati dari dua perspektif yaitu disiplin keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi adalah bentuk keputusan investasi jangka panjang.

Sementara itu, dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. dilihat dari dua perspektif ini, maka tujuan perusahaan melakukan merger dan akuisisi ialah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. dengan adanya merger dan akuisisi, diharapkan perusahaan mampu meningkatkan nilai saham perusahaan dan memakmilalkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.


(20)

Peneliti telah menemukan fenomena yang terjadi pada beberapa perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi. Setelah dilakukan merger dan akuisisi, diharapkan saham perusahaan perbankan tersebut bisa meningkat. Namun, pada kenyataannya, ada beberapa perusahaan perbankan yang telah melakukan merger dan akuisisi, mengalami penurunan harga saham. Salah satunya, ialah Bank Victoria.

Setelah melakukan akuisisi pada Bank Swaguna di tahun 2007, harga saham bank Victoria mengalami peningkataan sesaat di tahun yang sama. Kemudian, di tahun 2008. 2009, dan 2010 harga saham Bank Victoria terus mengalami penurunan. Bahkan, setahun setelah mengakuisisi Bank Swaguna, net income Bank Victoria mengalami penurunan dari Rp. 50 Miliyar di tahun 2007 menjadi Rp. 35 miliyar di tahun 2008.

Fenomena lainnya ialah turunnya harga saham Bank Swadesi sejak tahun 2007 hingga 2010. Seusai diakuisisi oleh Bank of India pada tahun 2007, harga saham Bank Swadesi terus mengalami penurunan. Di tahun 2008, harga saham bank Swadesi berada di kisaran Rp. 731 per lembar saham. Di tahun 2009 dan 2010, selama dua tahun berturut-turut harga saham Bank Swadesi berada di kisaran Rp. 600.

Adapun harga saham beberapa perusahaan perbankan lainnya yang juga pernah mengalami penurunan setelah merger dan akuisisi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(21)

Tabel 2: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang

Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di BEI

no Nama Bank Kode 2007 2008 2009 2010

1 Bank Mandiri BMRI 3165 2638 3455 5888

2 Bank Danamon BDMN

7371 5169 3977 5565

3 Bank Permata BNLI

914 784 645 1226

4 Bank OCBC NISP NISP

898  790  757  938 

5 Bank Panin PNBN

648 680 664 1049

6 ICB Bumiputera BABP

112 91 88 112

7 Bank Victoria BVIC

148 104 115 134 8 Artha Graha Int INPC

150 67 65 64

9 Windu Kentjana MCOR

183 134 103 132

10 Bank Swadesi BSWD

800 731 600 600

11 Bank Bumi Arta BNBA

274 121 104 127 12 Bank CIMB Niaga BNGA

855 731 626 991

13 Bank Kesawan BKSW

480 619 693 831

14 Bank Ekonomi BAEK -

1521 2610 2919

15 Bank Mutiara BCIC

74 66 50 50

16 BII Maybank BNII

218 421 371 295 17 Bank Nusantara Parahyangan BBNP

1031 1510 1423 1288 Sumber: performance summary Bursa Efek Indonesia


(22)

Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena kecenderungan penurunan harga saham pada beberapa perusahaan perbankan setelah dilakukannya merger dan akuisisi. Diantaranya ialah Bank Artha Graha, Bank Mutiara, serta Bank BII Maybank. Dari tabel diatas pula, terlihat adanya fluktuasi harga saham yang terjadi pada semua perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Banyak fakor diduga mempengaruhi fluktuasi harga saham. Fluktuasi tersebut bisa terjadi karena faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi ialah kondisi diluar perusahaan, antara lain situasi politik dan keamanan, melemahnya nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bungan bank, dan sebagainya yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Faktor eksternal berupa risiko pasar secara sistemik yang dialami bursa-bursa di dunia dapat pula menurunkan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. (vivanews.com)

Di sisi lain, faktor internal juga mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Faktor internal yang mempengaruhi harga saham misalnya profitabilitas, dan likuiditas. Padahal, tujuan dari adanya merger dan akuisisi ialah untuk meningkatkan harga saham perusahaan dan menambah value atau nilai perusahaan.


(23)

Dari uraian diatas maka perlu adanya analisis tentang perkembangan pengaruh rasi profitabilitas terhadap harga saham perusahaan. Pendekatan yang dilakukan untuk harga saham tersbeut adalah dengan menggunakan rasio keuangan berupa return on assets, return on equity, dan net profit margin. Ketiga rasio tersebut akan digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan fenomena merger dan akuisisi perusahaan perbankan serta adanya fenomena fluktuasi harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi, maka judul skripsi ini adalah:

”Pengaruh Return On Asset, Retun On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger Dan Akuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia.”

1.2 Perumusan Masalah

Merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan pubklik banyak mendapat perhatian publik karena menyangkut kepentingan berbeda dari banyak pihak. Untuk memfokuskan permasalahan, penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh return on assets, return on equity, dan net Profit

margin terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger

dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Rumusan masalah pada penelitian ini ialah:


(24)

1. Apakah return on asset mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah return on equity mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah net profit margin mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah:

1. untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisi yang tercatat di bursa efek Indonesia.

2. untuk mengetahui pengaruh return on equity terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisi yang tercatat di bursa efek Indonesia.

3. untuk mengetahui pengaruh net profit margin terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisi yang tercatat di bursa efek Indonesia.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian mengenai merger dan akuisisi ini adalah: 1. Bagi manajemen perusahaan

 Memberi Informasi tentang adanya pengaruh ROA, ROE, dan NPM terhadap harga saham khususnya perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

 Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam operasional dimasa yang akan datang secara tepat dan benar dalam dunia praktik

 Mempertimbangkan pembuatan kebijaksanaan demi peningkatan kinerja perusahaan

2. Bagi Investor dan calon investor

merupakan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

3. Bagi pihak lain diluar perusahaan

Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.

4. Bagi Peneliti

- memberi bukti empiris tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan merger dan akuisisi

- memberi sumbangan pengetahuan mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi


(26)

- Untuk memberikan bahan kajian tentang pengaruh ekonomis atas keputusan merger dan akuisisi terutama bagi perusahaan yang akan melakukan keputusan serupa di masa yang akan datang


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dipakai oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh:

Payamta dan Setyawan (2004) melakukan penelitian mengenai “pengaruh merger dan akuisisi terhdap kinerja perusahaan”. Penelitian yang dilakukan oleh Payamta dan Setyawan (2004) ini dilakukan terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi selama periode 1990-1996. Populasi penelitian ini ialah 53 perusahaan manufaktur publik yang melakukan merger dan akuisisi pada periode tahun 1990-1996. Sampel yang digunakan, ialah perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1990-1996 yang menyediakan laporan keuangan auditan untuk dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan manufaktur. Hipotesa yang digunakan pada peneletian yaitu tingkat kinerja perusahaan manufaktur pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut sebelum melakukan merger. Dari hipotesa tersebut, Payamta dan Setyawan (2004) menggunakan empat rasio keuangan keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Indikator yang digunakan pada rasio tersebut, ialah current ratio, quict ratio, total asset to debt, net worth ratio,


(28)

total asset turnover, fixed asset turnover, ROA, ROE, NOM, dan OPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukian secara serentak semua rasio keuangan untuk satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pengumuman merger dan akuisisi, dua tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman merger dan akuisisi, satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah pengumuman merger dan akuisisi, dan dua tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi tidak berbeda secara signifikan. Jadi, kinerja perusahaan manufaktur setelah melaukan merger dan akuisisi ternyata tidak mengalami perbaikan dibandingkan sebelum melaksanakan merger dan akuisisi. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai.

Penelitian lain dilakukan oleh Timbul dan Nugroho tentang analisa pengaruh economic value added (EVA), return on equity (ROE), return on

asset (ROA), dan persentase kepemilikan modal saham asing terhadap harga

saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang digunakan ialah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel yang digunakan ialah sebanyak 20 bank yang konsisten

listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 hingga 2008. Hipotesa

yang digunakan ialah diduga ada pengaruh antara economic value added

(EVA), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan persentase

kepemilikan modal saham asing terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing –


(29)

masing variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return

On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing )

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sehingga, variabel – variabel EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return

On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing )

mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga Saham perusahaan perbankan. Sebaliknya, ROE ( Return On Equity ) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sehingga variable ROE (

Return On Equity ) tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga

Saham perusahaan perbankan. Hasil pengujian statistik secara bersama-sama

(simultan) variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA (

Return On Asset ),ROE( Return On Equity ) dan PKMSA ( Persentase

Kepemilikan Modal Saham Asing ) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham.

2.2Landasan Teori

2.2.1 Merger dan Akuisisi

2.2.1.1Merger

Merger mempunyai definisi yang hampir sama yang digunakan oleh beberapa pihak. Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha (bussiness combination). Penyatuan usaha itu sendiri


(30)

didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain. Dari definisi tersebut, akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu penyatuan kepentingan atau penyatuan

kepemilikan dan akuisisi. Penyatuan kepentingan memiliki makna

yang sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan (pooling of interest) sebagai suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yangtergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi.

Sedangkan menurut Moin, 2003, merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sedangkan yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Peraturan pemerintah republik Indonesia no. 27 tahun 1988 tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan terbatas menyebut merger sebagai penggabungan.dan konsolidasi perusahaan sebagai peleburan.

Dalam peristiwa merger, perusahaan yang lebih besar dan kuat umumnya akan menjadi surviving firm, dan sebaliknya perusahaan yang


(31)

ukurannya leih kecil akan bubar. Namun demikian, tidak selalu perusahaan yang ukurannya besar yang dipertahankan hidup. Dalam yang yangterjadi sebaliknya yaitu perusahaan yang lebih kecil justru dipertahankan hidup, sementara perusahaan yang lebih besar dibubarkan.

Dalam kondisi ini, merger yang dilakukan disebut pula dengan reverse

merger atau merger terbalik. Dalam klasifikasi berdasar aktivitas

ekonomik, merger terbagi atas lima tipe (Moin, 2003) berupa: 1. Merger Horisontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri atau bidang yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Contoh merger horisontal ini ialah merger anatara PT. Cold Rolling Mill Indonesia dengan PT. Krakatau Baja Permata pada tahun 1991 yang kemudian berubah nama menjadi PT. Krakatau Steel. Merger bank di Jepang antara Bank of Tokyo dengan Mitsubishi Bank menjadi Tha Bank of Tokyo-Mitsubishi Ltd telah mendudukannya sebagai bank tersbesar dunia dalam kepemilikan aset. Salah satu tujuan utama merger horisontal ialah mengurangi persaingan usaha atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, dan distribusi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar. Selain


(32)

itu, dapat pula menimbulkan monopoli pasar bila dua perusahaan besar yang bersaing pada bidang yang sama melakukan merger horisontal.

2. Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya dari industri hilir ke industri hulu. Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilitas pasokan dan pengguna. Tidak semua usaha memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Misalnya perusahaan minyak goreng tidak memiliki perkebunan sawit, atau maskapai penerbangan tidak memiliki biro atau agen perjalanan untuk menyediakan tiket pesawat. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dalam

dua bentuk integrasi, yakni merger ke bawah (backward/downward


(33)

3. Merger Konglomerat

Merger konglomerat ialah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang berbeda. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis yang semula. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda, misalnya manufaktur, perbankan, pertambangan, otomotif, perhotelan ritel, asuransi, dan lainnya.

4. Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor


(34)

karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk. Terhadap konsumen luar negeri.

5. Merger Ekstensi Produk

Merger Ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan untuk meperluas lini produk masing masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.

2.2.1.2Akuisisi

Akuisisi, ialah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis

sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi merupakan bentuk

pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakusisi

(acquirer) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas

perusahaan yang diambil alih (acquiree), dengan memberikan aktiva

tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk


(35)

 mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan

 mengangkat dan memberhentikan manajemen

 mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat

Dengan adanya pengendalian ini maka pengakusisi akan mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yangterlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap beridiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan pengandalian oleh pihak pengakuisisi.

Beralihnya kendali berarti pengakusisi memiliki mayoritas

saham-saham berhak suara (voting stick) yang biasanya ditujukan atas

kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Meskipun demikian ada kemungkinan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu, pengakuisisi bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Berdasarkan obyek yang diakuisisi, klasifikasi akuisisi terbagi atas dua jenis yakni akuisisi saham dan akuisisi aset.

1. Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarakan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi


(36)

ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi. Pada peristiwa ini, pengakuisisi tidak harus meminta persetuajuan dari pihak manajemen target, tetapi ada kalanya pembelian saham tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan negosisasi dan penawaran dengan pihak manajemen atau dewan direksi perusahaan target. Jika manajemen perusahaan target setuju akan terjadi proses akuisisi.

2. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika Pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan, maka hal ini disebut akuisisi parsial. Akuisisi aset dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang tanggung jawab oleh perusahaan target. Berbeda dengan akuisisi saham dimana kewajiban atau hutang target yang ada ditanggung oleh pemilik baru, akuisisi aset dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab ini. Namun demikian kalau proporsi aset yang dibeli melebihi batas tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah, maka pembeli harus ikut menanggung kewajiban perusahaan target. Contoh akuisisi aset ialah rencana PT Semen Gresik mengakusisi PT Bintang


(37)

Semen Mandiri yang lokasinya berhimpitan dengan pabrik Semen Gresik Unit IV di Tuban Jawa Timur.

2.2.1.3Motif Merger dan Akuisisi

Dalam upaya melakukan merger dan akuisisi, perusahaan mempunyai motif atau motivasi tertentu dibalik tujuannya tersebut. Pada prinsipnya, terdapat dua motif yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger dan akuisisi terhadap perusahaan lainnya (Moin, 2003). Motif tersebut berupa motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan peruahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Motif lain yang berkaitan dengan motif ekonomi, ialah motif untuk mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategis.

1. Motif Ekonomi

Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan,

adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value

creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi

memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu, seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.


(38)

2. Motif Non Ekonomi

Ada kalanya merger dan akuisisi dilakukan bukan didasarkan pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi didasarkan pada pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi. Motif non ekonomi ini berasal dari kepentingan personal baik dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.

2.2.2 Pasar Modal

2.2.2.1Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi jual beli aset keuangan berjangka panjang. Pasar modal memiliki tempo lebih dari satu tahun. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen, dan saham biasa. Husnan (1998) mendefiniskan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.Pasar modal menjadi suatu mekanisme ekonomi yang penting bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan dana dari para investor dengan cara penawaran surat berharga di pasar modal.

Fungsi pasar modal ialah menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai dana kepada pihak yang memerlukan dana. Pasar modal juga bermanfaat antara lain diharapkan


(39)

bisa menjadi alternatif penghimpun dana selain perbankan dan memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa surat tanda hutang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham) manfaat yang lain adalah memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.

Weston dan Brigman (1991) mengklasifikasikan pasar modal menjadi dua, yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah penawaran surat berharga untuk pertama kali kepada pemodal saham dengan masa tertentu sebelum saham tersebut dicatat pada bursa. Penawaran surat berharga primer dilakukan oleh penjamin emisinya dengan dibantu agen penjualan yang menjadi anggota bursa dan ditunjuk oleh penjamin pelaksanan emisi.

Pasar sekunder ialah penawaran surat berharaga kepada pemodal setelah surat berharga tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham pada penawaran pasar sekunder tidak lagi ditentukan oleh perusahaan dana penjamin emisinya saja, tapi lebih ditentukan oleh kondisi saat itu.

2.2.2.2Lembaga Pendukung Pasar Modal

Lembaga pendukung pasar modal perlu bekerja secara profesional dan bisa diandalkan sehingga emisi dan transaksi efek bisa berlangsung secara cepat, efisien, serta bisa dipercaya. Lembaga pendukung pasar modal tersebut ialah


(40)

a. BAPEPAM

BAPEPAM merupakan kependekan dari Badan Pengawas Pasar Modal. Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi pasar modal indonesia. BAPEPAM dientuk agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur dan efisien serta dapat melindungi pemodal dan masyarakat. Perlindungan yang dimaksud, bukanlah perlindungan terhadap fluktuasi harga, melainkan perlindungan dari perlakukan tidak baik dalam bertransaksi dengan emiten (misalnya informasi yang diberikan oleh emiten tidak benar) atau lembaga dan profesi yang berkaitan dengan pasar modal.

b. Bursa Efek

Lembaga yang menyelanggarakan perdagangan efek adalah bursa efek. Di Indonesia, Bursa Efek dibentuk secara perseroan. Awalnya, terdapat dua bursa efek di Indonesia, yakni Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Saat ini keduanya melebur dan menjadi Bursa Efek Indonesia.

c. Lembaga Kliring dan Penjamin

Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa. Fungsi dari lembaga kliring ialah untuk melakukan jasa kliring jual beli efek di bursa efek. Sehingga, setiap transaksi harus melewati lembaga ini untuk menyelesaikan transaksinya.


(41)

d. Akuntan Publik

Akuntan publik memiliki peran utama yaitu memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal akuntan publik dituntut memberikan pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang telah terdaftar di bursa. Pendapat wajar tanpa syarat meliputi laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.

e. Wali Amanat

Wali Amanat merupakan pihak yang secara profesional ditunjuk untuk melakukan pengawasan bagi kepentingan seluruh kreditur efek bersifat utang. Dengan keberadaan lembaga penunjang pasar modal ini, semua permasalahan para kreditur sebagaimana tersebut di atas dapat diminimalisir. Dengan kemampuan profesional dari Wali Amanat, biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengawasan ditanggung oleh lembaga ini. Perbedaan kemampuan melakukan pengawasan antar kreditur dapat dijembatani oleh keahlian Wali Amanat, dan penyebaran informasi menjadi lebih merata karena Wali Amanat akan memberitahukan setiap perkembangan Emiten kepada seluruh kreditur dalam waktu yang sama.


(42)

f. Notaris

Jasa notaris dibutuhkan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS. Notaris juga perlu meneliti keabsahan penyelenggaraan RUPS tersebut.

g. Konsultan Hukum

Jasa konsultan hukum diperlukan agar tidak terjadi persengketaan hukum antar pihak di pasar modal. Selin itu, konsultan hukum juga memeriksa keabsahan dokumen-dokumen perusahaan.

2.2.3 Saham

2.2.3.1Pengertian Saham

Saham adalah yanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham ialah Deviden,

Capital Gain, dan manfaat non finansial. Deviden adalah bagian dari

keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang biasanya dibagikan pada akhir buku. Capital Gain ialah keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham. Sedangkan manfaat non finansial, umumnya berupa hak suara dalam menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Saham yang diterbitkan emiten ada dua macam yaitu berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred


(43)

saham tersebut. Hal ini meliputi hak atas menerima deviden, memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi kewajiban perusahaan.

2.2.3.2Jenis-jenis saham

ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat dibedakan menjadi: a. Saham biasa (common stock)

Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam perusahaan yang dilikuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling besar. Karena resiko yang besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan lancar maka pembagian deviden dapat lebih besar dari saham preferen.

b. saham Preferen (preferred stock)

Saham preferen atau saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan saham biasa. Pembagian deviden yang pertama kali harus dibagikan pada pemilik saham prioritas. Setelah itu, bila ada kelebihan deviden, barulah dibagikan pada pemegang saham biasa oleh perusahaan.

2.2.3.3Penilaian Harga Saham

Analisis terhadap saham melalui manajemen investasi aktif dapat dibedakan dengan dua pendekatan yaitu:


(44)

1. Pendekatan Teknikal

Penedekatan teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan.

Pendekatan ini menggunakan data yang sudah dipublikasikan serta faktor-faktor lain yang sasarannya adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham maupun indikator pasar. Penekanan analisis adalah pada perubahan harga daripada tingkat harga untuk meramalkan tren perubahan harga tersebut.

2. pendekatan fundamental

analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan penerbit saham. Nilai intrinsik ialah nilai yang tersermin pada faktor seperti pendapatan, deviden, prospek perusahaan, aspek manajemen, dan sebagainya.


(45)

2.3Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian laporan keuangan

Menurut Harahap(1998), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui aktivitas keuangan dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (stake holder).

2.3.2 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan yang berbentuk neraca, laporan laba rugi, dan laporan keuangan lainnya. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan tersebut ialah: ‘

a. Pemilik Perusahaan

Dengan laporan keuangan, pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya. Kesuksesan seorang manajer dapat diukur dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan tersebut.


(46)

b. manajer perusahaan

Dengan mengetahui kondisi keuangan periode sebelumnya, maka manajer dapat menyusun sebuah kebijakan-kebijakan pada perusahaan agar kinerja keuangan perusahaan tersebut meningkat.

c. kreditur, Bank, dan Investor

Kreditur maupun lembaga keuangan berupa bank perlu mengetahui laporan keuangan sebuah perusahaan sebagai pertimbangan dalam menanamkan modal di perusahaan tersebut.

d. Pemerintah

Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Laporan keuangan ini juga diperlukan oleh biro pusat statistik, dinas perindustrian, perdagangan, dan tenaga kerja sebagai dasar perencanaan pemerintah.

e. Karyawan

Dengan melihat laporan keuangan dimana mereka bekerja maka mereka dapat mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan jaimnan sosial yang lebih baik. Selain itu, dengan meilhat perkembangan keuangan dan hasil-hasil operasinya, karyawan dapat menentukan langkah yang harus ditempuh sehubungan dengan kelangsungan kerja.


(47)

2.3.3 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan

Sebelum melakukan analisa terhadap laporan keuangan, seorang analis harus mempunyai pengertian yang mendalam mengenai laporan keuangan. Pengertian yang mendalam tersebut berupa pemahaman terhadap bentuk maupun prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah yang timbul dala penyusunan laporan tersebut. Macam laporan keuangan terbagi atas (Harahap, 1998):

a. Neraca

Neraca ialah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi, tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut pula balanca sheet. Dengan demikian, neraca terdiri atas:

1. Aktiva

Aktiva terbagi atas dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai pada periode berikutnya. Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif


(48)

permanen atau jangka panjang (dapat dipakai atau tidak akan habis dalam satu periode).

2. Hutang

Hutang ialah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek. Sedangkan hutang jangka panjang ialah kewajiban keuangan yang pembayarannya dilakukan dalam waktu yang lama (lebih dari satu periode atau satu tahun neraca).

3. modal

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. b. laporan laba rugi

Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan atau pendapatan perusahaa, biaya, pendapatan sebelum


(49)

bunga dan pajak, hingga pendapat setelah hutang dan pajak oleh suatu perusahaan pada periode tertentu.

c. Laporan Arus Kas

Merupakan laporan yang digunakan untuk memberi informasi mengenai penggunaan kas dalam satu periode. Para ahli mendefinisikan laporan arus kas sebagai laporan yang menggambarkan keadaan di masa yang akan datang. Sedangkan laporan neraca ialah laporan yang menggambarkan masa kini dan laporan laba rugi digambarakan sebagai laporan yang menggambarkan masa lalu.

d. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal ialah laporan yang menjelaskan tentang perubahan modal baik saham perusahaan perseroan maupun modal dalam perusahaan perseroan.

2.4Rasio Keuangan

2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif dan absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan.


(50)

2.4.2 Menentukan Rasio Standar

Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang dipublikasikan, maka analisis dapat dilakukan dengan membuat standar sendiri. Rasio standar, dapat ditentukan dengan cara berikut:

a. mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan (dalam

industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening dan metode penyusunan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dakan penilaian aktiva dan kebijaksanaan manajemen.

b. menghitung angka-angka rasio yang telah dipilih dari perusahaan. c. Menyusun rasio tersebut dari yang tertinggi hingga terendah

d. menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau

terlalu rendah.

e. menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediannya (ini

merupakan rasio standar yang dicari)

2.4.3 Keunggulan rasio keuangan

Analisa rasio memiliki keunggulan, dibandingkan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut ialah


(51)

a. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafirkan

b. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang

disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan mudah c. mengetahui posisi perusahaan di tengah kompetitor lain.

d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model pengambilan

keputusan dan model prediksi. (Z score) e. menstardisasi ukuran perusahaan.

f. lebih mudah membandingkan sebuah perusahaan dengan perusahaan

lain atau melihat perusahaan secara periodik dan melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.4.4 Keterbatasan Analisa Rasio

Disamping memiliki keunggulan, rasio juga memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan dari analisa rasio ialah:

1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan oleh pemakaianya.

2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga

menjadi keterbatasan dari penggunaan analisa rasio berupa:

a. banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan menggunakan


(52)

b. nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan, bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka

rasio

d. metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka akan

menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar

akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

4.5.2 Jenis Rasio

2.4.5.1Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas ialah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva dan hutang lancar.

2.4.5.2Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas ialah rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini


(53)

dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnay jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.

2.4.5.3Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas ialah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini terbagi atas

a. Gross profit margin ialah perbandingan antara penjulan

dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan penjualan

b. Net profit margin (NPM) ialah perbandingan antara laba

operasi dengan laba bersih

c. Earning Per Share (EPS) ialah hasil kali net profit margin

dengan perputaran aktiva.

d. Return on Asset (ROA) ialah perbandingan antara laba bersih dengan total aset.

e. Return on Asset (ROE) ialah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri.

2.4.5.4Rasio Leverage.

Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang maupun pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).


(54)

Perusahaan yang baik umumnya memiliki komposisi modal lebih besar daripada hutang.

2.4.5.5Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas ialah rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

2.4.5.6Rasio Pertumbuhan

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan perusahaan dari tahun ke tahun.

2.4.5.7Market Based Ratio (penelitian pasar)

Rasio ini merupakan salah satu rasio yang lazim dan khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan presrasi perusahaan di pasar modal.

2.4.5.8Rasio Produktivitas

Rasio produktivitas diguanakan untuk menilai produktivitas unit-unit dalam perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.

2.5 Rasio Profitabilitas

Analisa profitabilitas biasanya dilakukan dengan tujuan mengukura tingkat efektifitas penggunaan dan yang dapat dicapai oleh perusahaan. Profitabilitas atau kemampulabaan mempunyai arti penting bagi perusahaan


(55)

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khusunya dalam jangka panjang.

2.5.1 ROA (Return On Assets)

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran aktiva yang dilihat dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap,1998).

Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets dapat diukur dengan rumus berikut (Sawir, 2001):

Return on assets (ROA) = EBIT x 100 %

Total aktiva

Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

2.5.2 ROE (Return on Equity)

Return on equity ialah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham


(56)

tertentu. Rasio juga menunjukkan berapa persen laba yang diperoleh bila diukur dari modal pemilik. Untuk mengukur return on equity, digunakan rumus berikut

Return on Equity (ROE)= EAT x 100%

modal sendiri

Semakin besar hasil rasio ini, semakin baik ukuran laba yang diperoleh diukur dari modal pemilik.

2.5.3 Net Profit Margin

Net profit margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

Rumus yag digunakan ialah:

Net Profit Margin (NPM)= EAT x 100%

penjualan

2.5.4 Pengaruh return on assets terhadap harga saham

Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan Penelitian Timbul dan Nugroho (2009), ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan.


(57)

2.5.5 Pengaruh Return on Equity terhadap harga saham

Retun On Equity ialah Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Timbul dan Nugroho (2009) menyimpulkan bahwa Return on Equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan.

2.5.6 Pengaruh Net profit margin terhadap harga saham

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Net Profit Margin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.


(58)

2.6Kerangka pikir

Kecenderungan penurunan/fluktuatif terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi, maka penelitian ini bermaksud memadukan pengaruh rasio keuangan (variabel ROA, ROE, dan NPM) pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Menurut Timbul dan Nugroho (2009): Return On Asset (ROA) adalah

salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar

Return on Equity merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak

terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis.ROE digunakan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing (Timbul dan Nugroho, 2009).

Menurut Payamta dan Setyawan (2004): Net Profit Margin mengalami

penurunan setelah dilakukannya merger dan akuisisi yang mengindikasikan bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai.

ROA (X1)

ROE (X2)

NPM (X3)


(59)

2.7 Hipotesis

1. Diduga ada pengaruh antara return on asset terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Diduga ada pengaruh antara return on equity terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

3. Diduga ada pengaruh antara net profit margin terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan pengukuran variabel

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel. Variabel tersebut ialah berupa:

1. Variabel terikat (Y) adalah harga saham

Harga saham merupakan harga saham per lembar saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Harga per lembar saham ditentukan berdasarkan rata-rata penutupan (closing price) setiap bulan dari periode 2006 hingga 2010 yang dinyatakan dalam rupiah. 2. Variabel Bebas (X) yang digunakan terdiri dari:

a. Variabel ROA (X1)

Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Rasio ini menggambarkan

perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Skala pengukuran rasio ini menggunakan ukuran persen (%).

Return on assets (ROA) = EBIT x 100 %


(61)

b. Return on Equity (X2)

Return on equity ialah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio juga menunjukkan berapa persen laba yang diperoleh bila diukur dari modal pemilik. Untuk mengukur return on equity, digunakan rumus berikut dengan menggunakan skala pengukuran berupa persen (%)

Return on Equity (ROE)= EAT x 100%

modal sendiri

c. Net Profit Margin (X3)

Net profit margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Skala

pengukuran rasio ini menggunakan ukuran persen (%) Net Profit Margin (NPM)= EAT x 100%


(62)

3.2Teknik dan penentuan sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan ialah perusahaan perbankan yang pernah melakukan aktivitas merger, mengakuisisi dan diakuisisi oleh perusahaan perbankan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dari perusahaan perbankan yang melakukan merger, dan akuisisi ialah sebanyak 17 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Dari populasi sebanyak 17 perusahaan yang dijadikan objek penelitian, diambil sampel sebanyak 10 perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan ialah teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara sengaja yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dengan periode merger dan akuisisi dari tahun 1997 – 2007


(63)

2. Perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang akif memberikan laporan keuangan pada tahun 2007 – 2010 di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat sepuluh perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang menjadi sampel penelitian yaitu:

1. PT. Bank Mandiri Tbk.

2. PT. Bank Danamon Tbk.

3. PT. Bank Permata Tbk

4. PT. Bank OCBC NISP Tbk.

5. PT. Bank Artha Graha International Tbk 6. PT. Bank Pan Indonesia,Tbk

7. PT. ICB Bumiputera, Tbk

8. PT. Bank Victoria International, Tbk 9. PT. Bank Swadesi, Tbk

10. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

3.3Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari

a. data ringkasan laporan keuangan pada periode 2007 – 2010 perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi.


(64)

b. Data harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di bursa Efek Indonesia pada periode 2007 – 2010.

Data penelitian ini bersumber pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

3.4Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun model analisis regresi linier berganda yang digunakan ialah:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮i

Keterangan:

Y : Harga Saham

X1 : Return On Assets (ROA)

X2 : Return On Equity (ROE)

X3 : Net Profit Margin (NPM)

β0 : Konstanta

β1,β2,β3 : koefisien regresi


(65)

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji t yang Digunakan untuk melihat pengaruh masing– masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut:

1. H0 : β1,β2, β3 = 0 (tidak ada pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y)

H1 : β1, β2, β3≠ 0 (ada pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y)

2. Tingkat Signifikan = 10 % dengan dengan derajat bebas = (n-k) Dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas

3. t hitung = β

Se (β1)

Keterangan:

t hitung : t hasil penelitian

β1 : koefisien regresi

Se (β1) : Standart Error

4. Kriteria Pengujian

a. Jika | thitung | > ttabel,, maka H0 ditolak dan H1 diterima (yang

menandakan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat)

b. Jika | thitung | < ttabel,, maka H0 diterima dan H1 ditolak (yang

menandakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat)


(66)

3.5 Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier

Unbiassed Estimator) yang artinya pengambilan keputusan F tidak boleh

bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier:

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinieritas 3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka regresi yang diperoleh tidak bersifat BLUE.

3.5.1 Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dala sebuah model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pedoman regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut Durbin Watson (D-W) ialah:

a. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif b. angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif


(67)

3.5.2 Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya. Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinieritas yang dapat dilakukan dengan cara menghitung Variance Inflaction Factor (VIF). FIV menyatakan tingkat variance. Apabila nilai VIF lebih dari 10, maka terdapat multikolinieritas.

3.5.3 Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena menghimpun data yang terwakili dari berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. nilai probabilitas > 0,05 menandakan bebas heteroskedastisitas b. nilai probabilitas < 0,05 menandakan terkena heteroskedastisitas.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Informasi Umum PT. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.

Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.

Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan


(69)

harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham. Diantaranya ialah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Indeks Individual, Jakarta Islamic Index, Indeks Papan Utama dan Papan Pengemabangan, serta Indeks Kompas 100.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ialah indeks di Bursa Efek Indonesia yang menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks. Sedangkan Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar.

Jakarta Islamic Index, merupakan Indeks perdagangan saham syariah. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas.

4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Visi dari Bursa Efek Indonesia ialah menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Sedangkan misi dari Bursa Efek Indonesia adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan


(70)

emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.

Di Bursa Efek Indonesia terdapat empat core value yang menjadi nilai inti dari perusahaan. Empat core value tersebut ialah teamwork,

integrity, professionalism, dan service excellence.

4.1.3 Keadaan Umum Objek Perusahaan

1. PT. Bank Mandiri Tbk.

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim dan Bapindo dilebur menjadi

Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan

peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan mengurang jumlah karyawan, dari

jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Perubahan brand pun juga


(71)

Satu dari sekian banyak keberhasilan Bank Mandiri yang paling signifikan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan implementasi sistem teknologi baru.

Sejak dilaksanakannya merger, Bank Mandiri selalu meraih laba yang tinggi. Harga saham pun, terus meningkat seiring kepercayaan publik pada Bank Mandiri. Namun, pada 2008, krisis global membuat harga saham Bank Mandiri jatuh ke level Rp. 1490 di bulan Nopember. Meskipun demikian, keterpurukan tersebut tak berlangsung lama. Di tahun 2009, saham Bank Mandiri kembali meningkat hingga tiga kali lipat, yakni Rp. 4700.

2. PT. Bank Danamon Tbk.

Bank Danamon Indonesia didirikan pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing di tahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak tahun 1989.

Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan BPPN atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama IBRA) sebagai Bank yang diambil alih (BTO - Bank Take Over). Pada tahun 1999, pemerintah melalui BPPN melakukan rekapitalisasi Bank Danamon


(72)

sebesar Rp 32 milyar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (Government Bonds). Pada tahun yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank Danamon sebagai salah satu bagian dari rencana restrukturisasi BPPN.

Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya oleh konsorsium Asia Finance Indonesia --- di bawah kendali Temasek Holdings. Dengan hadirnya manajemen baru, maka dicanangkanlah penata ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia.

3. PT. Bank Permata Tbk

PermataBank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap PermataBank, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006.


(73)

Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama PermataBank. PT Astra International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan PermataBank berada dalam posisi yang unik.

4. PT. Bank OCBC NISP Tbk

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank.

Bank OCBC NISP kemudian resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.

Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi.

Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik perhatian International


(74)

Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC NISP.

5. PT. Bank Artha Graha International Tbk

PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47.

Di tahun 1992, PT. Inter-Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT. Inter-Pacific Bank. Pada tanggal 24 Februari 1993, PT. Inter-Pacific Bank mendapatkan izin usaha sebagai bank umum dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/KMK.017/1993.


(75)

Pada tanggal 14 April 2005, PT. Bank Inter-Pacific melakukan penggabungan usaha dengan PT. Bank Artha Graha. Dari merger tersebut, nama perusahaan kemudian berganti menjadi PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

6. PT. Bank Pan Indonesia,Tbk

Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta tahun 1982 sebagai bank Go Public yang pertama.

Dengan struktur modal yang kuat dan Rasio kecukupan Modal yang tinggi, Panin Bank Bersyukur tidak harus direkapitalisasi oleh pemerintah pasca krisis ekonomi pada tahun 1998. pemegang saham Panin Bank adalah ANZ Banking Group of Austarlia (37,1%), Panin Life (45,9%), dan publik-domestik dan internasional.

Strategi usaha Panin Bank fokus pada bisnis perbankan retail. Panin Bank berhasil memposisikan sebagai salah satu bank utama yang unggul dalam produk jasa konsumen dan komersial.

Di kuartal empat tahun 2007, Bank Panin sukses mengakuisisi Bank Harfa yang kemudian dikembangkan menjadi jaringan perbankan syariah dari Bank Panin.


(76)

7. PT. ICB Bumiputera, Tbk

Bank Bumiputera mulai beroperasi sebagai bank umum sejak 12 Januari 1990. Pada saat pendiriannya Bank Bumiputera 100% dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912, perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia. Dalam perjalanan usahanya terjadi pasang surut usaha sesuai dengan keadaan ekonomi Indonesia. Namun pada saat krisis moneter yang merebak menjadi krisis multidimensional yang melanda Indonesia pada akhir tahun 90an, Bank Bumiputera berhasil bertahan untuk menjadi Bank yang sehat dalam Kategori A dan tidak memerlukan rekapitalisasi. Sebagai bank yang berhasil menyiasati badai krisis perbankan, Bank Bumiputera mampu mengelola usaha perbankan yang sehat, berlandaskan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, dengan menganut azas profesionalisme, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewajaran.

Di tahun 2002, Bank Bumiputera go-public dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode saham “BABP”.

Di tahun 2007, jaringan perbankan ICB yang berpusat di Swiss melakukan akuisisi terhadap Bank Bumiputera. Dari akuisisi tersebut, nama Bank Bumiputera kemudian berganti menjadi Bank ICB Bumiputera.


(1)

b. Bagi Investor

Bagi investor hendaknya melakukan analisa secara mendalam sebelum melakukan investasi pada sebuah perusahaan perbankan yang pernah melakukan merger dan akusisi. Analisa tersebut mencakup historis perusahaan, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, harga saham perusahaan atau dengan melihat kinerja keuangan secara keseluruhan berdasarkan laporan keuangan, rasio keuangan atau sumber lainnya.


(2)

Daftar Isi

Arifin, Zainal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Ekonisia

Harahap, Sofyan Syafri. 1998. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapannya (Keputusan Jangka Panjang) Buku 1. BPFE

Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Ekonisia Munawir. 1980. Analisis Laporan Keuangan

Payamta & Setiawan, Doddy. 2004. AnalisaPengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Universitas Sebelas Maret.

Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. 2005. MetodePenelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada.

Sawir, Agnes, 2001, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Suta, Ari, I.P.G., 1992, Akuisisi dan Implikasinya bagi Perusahaan Publik. Jakarta.

Timbul, Ucok Saut & Widyo Nugroho. 2009. Analisis Pengaruh Economic Value Added, Return on Asset, Net profit margin, dan Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Universitas Gunadarma. Jakarta


(3)

Weston, J. Fred & Brigham, Eugene F. 1978. Managerial Finance. Dryden Press http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/02/19400323/Pasca-Krisis.Global.Sektor.Perkantoran.Pulih.Lagi. http://www.tribunnews.com/2010/11/09/ocbc-nisp-dan-ocbc-indonesia-resmi-melebur http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_202 05626.pdf http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/bi-tetapkan-lima-kriteria-bank-jangkar-nfpchj2.html http://www.danamon.co.id/LinkClick.aspx?fileticket=ccIPoXXrMxc%3D&tabid= 265&language=id-ID http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia http://id.icbbumiputera.co.id/tentang/ http://us.detikfinance.com/read/2007/09/13/102647/829523/5/bank-victoria-rampungkan-akuisisi-bank-swaguna www.suarakaryaonline.com%2Fnews.html%3Fid%3D182045&ei=HXsuTuCGC4 rprAeD96WsAw&usg=AFQjCNGoULNkJPxLOubRJYI1RrRTGnwdeQ http://www.arsip.net/id/link.php?lh=BwYMV1QPBFwF http://www.permatabank.com/corporateprofile/1/index.html http://www.ocbcnisp.com/?opt=content&cid=3&task=view&id=1&item_id=6&la ng=1


(4)

http://us.detikfinance.com/read/2008/06/17/181906/957979/5/usai-merger-bank-windu-tunda-penggunaan-dana-ipo

http://www.antaranews.com/view/?i=1182414111&c=EKB&s=

http://us.detikfinance.com/read/2007/10/11/093102/840531/5/bank-panin-akuisisi-bank-harfa

http://mm.uns.ac.id/data/jurnal.php?ket=detail&did=478 http://www.bankbnp.com/tentangkami.php?menu=tentangkami

http://nasional.kompas.com/read/2008/06/18/07384865/Laba.Bersih.Perbankan.M ulai.Menyusut#

http://finance.detik.com/read/2009/10/29/075902/1230656/5/laba-bank-panin-turun-tipis-699

http://finance.detik.com/read/2009/10/29/075902/1230656/5/laba-bank-panin-turun-tipis-699

http://en.wikipedia.org/wiki/Return_on_equity

http://m.inilah.com/read/detail/38601/investor-saham-beralih-ke-valas/ http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_fundamental


(5)

Lampiran

Hasil uji penelitian

Performance summary

Tabel uji t


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Price Book Value (PBV) dan Earnings Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Peusahaan Perbankan yang Teraftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (2009-2011)

2 39 104

Analisis Pengaruh Return On Equity, Return On Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Di Bursa Efek Indonesia

1 79 97

Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return On Investment Pada Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 33 127

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), dan Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Asuransi di BEI Periode tahun 2007-2010

0 5 80

ANALISIS PENGARUH NET PROFIT MARGIN (NPM), RETURN ON Analisis Pengaruh Net Profit Margin (Npm), Return On Asset (Roa), Dan Return On Equity (Roe) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bei.

0 3 14

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

0 1 15

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

0 2 15

PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN PENDAPATAN RETURN ON EQUITY ASSET PADA HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 12

Pengaruh Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 26